Pimpinan PKI DN Aidit, Benarkah Habib atau Keturunan Rasulullah Marga Al Aidid?

Beredar kabar jika Ketua PKI, DN Aidit keturunan Rasulullah SAW atau Habib bermarga Al Aidid, benarkah?

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2022, 07:23 WIB
Sejumlah fakta yang jarang terungkap soal sosok DN Aidit, tokoh politik pasca kemerdekaan, yang kerap dikaitkan dengan G30S PKI (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu terakhir, nama DN Aidit, ketua PKI kembali banyak dibicarakan seturut datangnya bulan Oktober, atau ketika terjadi G30S PKI pada 1965 silam.

Salah satu yang banyak dibicarakan adalah nama Aidit di belakangan Dipa Nusantara (DN) yang mirip dengan salah satu marga keturunan Rasulullah SAW, al Aidid.

Bahkan, ada klaim bahwa DN adit adalah sosok habib atau keturunan Nabi Muhammad. Hal ini terkait dengan latar belakang keluarga DN Aidit yang merupakan tokoh Islam terkemuka pada zamannya.

Melihat sekilas nama asli DN Aidit, klaim itu seolah mendapat kebenarannya. Aidit lahir dengan nama Achmad Aidit. Orangtuanya merupakan tokoh agama dan bangsawan yang dikenal sebagai pejuang Islam di Pulau Belitung.

Masa kanak-kanak Adit juga sarat pendidikan keagamaan. Konon, suaranya indah sehingga kerap diminta melantunkan azan. Dia pun khatam Al-Qur'an.

Dengan latar belakang itu, benarkah DN Aidit keturunan Rasulullah SAW ber-marga al Aidid?

Nama Aidit di belakang nama DN Adit dan orangtuanya bukanlah nama marga. Namun, diakui memang ada hubungan antara marga Aidid dengan keluarga DN Aidit.

DN Aidit adalah anak dari Abdullah Aidit. Abdullah Aidit memiliki ayah bernama Ismail, asal Sumatera Barat. Konon, kakek Aidit ini diangkat anak oleh keluarga habaib atau habib bermarga al Aidid sehingga nama belakangnya menggunakan nama aidit, bukan Al Aidid.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Klarifikasi Marga Aidid

Jokowi perlihatkan gambar yang menyebut dia mendampingi Aidit, padahal lahir saja belum. (Liputan6.com/Hanz Jimenez S.)

Bantahan juga telah diterbitkan oleh Kominfo. Dalam unggahan artikel berujudl '[HOAKS] Petinggi PKI DN Aidit Keturunan Habaib'.

"Telah beredar informasi di media sosial yang mengatakan bahwa salah satu pemberontakan G30S PKI DN Aidit merupakan keturunan habaib.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, DPP Rabithah Alawiyah beserta Maktab Daimi sebagai lembaga resmi pencatatan nasab Alawiyin menyatakan bahwa gembong PKI DN Aidit bukanlah keturunan habaib. Sedangkan DN Aidit tidak ada hubungan sama sekali dengan keluarga Al-Aidid dan hanya kemiripan nama semata," begitu bunyi pengumuman kominfo.go.id, Senin (24/10/2022).

Klarifikasi lebih jelas diperoleh dari perkumpulan marga Aidid di Indonesia. Mengutip Republika, Habib Alwi selaku ketua Perkumpulan Marga Aidid menjelaskan Aidit yang disandang pentolan PKI itu tak terkait dengan marga Aidid.

Habib Alwi pun membantah klaim Ilham yang menyebut kaitannya dengan keturunan Rasulullah shalalahu alaihi wassalam. "Tidak benar itu. Namanya tidak ada (di daftar buku silsilah)," kata Habib Alwi menegaskan.

Namun, Habib Alwi mengakui kemiripan nama dengan DN Aidit itu membawa konsekuensi yang besar bagi seluruh marga Aidid di Indonesia. Selepas 1965, masyarakat yang bermarga Aidid diakuinya sengaja menghilangkan identitasnya. Aidid pun sempat menjadi marga yang menghilang di Indonesia.

"Memang pada tahun 1965 sampai 1970-an, banyak yang menghilangkan nama (Aidid). Karena situasinya saat itu tak memungkinkan pakai nama Aidid. Tapi, sekarang semua sudah terbuka," kata Habib Alwi.

Perkataan Habib Alwi diperkuat kisah Abdul Rachman. Sambil mempersilakan Republika.co.id menyeduh teh yang disajikan di kediamannya, Abdul Rachman berujar, "Dulu (selepas 1965) cuma dua kali nama Aidit kita sebut. Pas menikahkan anak yang marganya Aidit, atau pas bacain tahlil buat marga Aidit yang meninggal dunia," ujarnya.


Masa Kecil DN Aidit

Dipa Nusantara Aidit. (Wikipedia)

Meski klaim habib sudah terbantah, tak dipungkiri Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit ini memiliki latar belakang keluarga dengan agama yang kuat. Mengutip tirto.id, sosok bernama asli Achmad Aidit ini sudah khatam mengaji sejak kecil.

Sedari dini, Achmad dan adik-adiknya dididik secara islami. Saban hari sepulang sekolah, mereka belajar mengaji di bawah bimbingan sang paman, Abdurrachim. Orang-orang sekampung mengenal Achmad sebagai bocah yang alim, rajin ke masjid, juga pandai mengaji.

“[…] Bang Amat (Achmad Aidit) tamat mengaji, khatam Alquran. Kami semua khatam Alquran,” ungkap Sobron Aidit, adik tiri Achmad, yang dituliskannya dalam buku berjudul Aidit: Abang, Sahabat, dan Guru di Masa Pergolakan (2003).

Achmad kecil juga kerap bertugas melantunkan azan di masjid. Diungkap Satriono Priyo Utomo dalam Aidit, Marxisme-Leninisme, dan Revolusi Indonesia (2016), ia sering diminta untuk mengumandangkan azan karena suaranya dianggap keras dan lafalnya jelas.

Kiprah Abdullah Ayah Aidit Achmad Aidit atau yang kelak dikenal sebagai D.N. Aidit punya latar belakang yang baik. Lahir di Tanjung Pandan, Belitung, pada 30 Juli 1923, keluarga Aidit amat terpandang kendati merupakan warga pendatang.

Berdasarkan penelusuran Rosamona yang diterbitkan dalam buku Matinja Aidit, Marsekal Lubang-Buaja (1967), keluarga Aidit berasal Sumatera Barat, yang kemudian merantau ke Belitung. Ayah Achmad, yakni Abdullah bin Ismail, dikenal sebagai tokoh agama dan salah satu pelopor pendidikan Islam di Belitung yang disegani masyarakat.

Abdullah juga seorang mantri kehutanan. Ayah Aidit yang muslim taat ini pernah menggagas dan memimpin gerakan kepemudaan untuk menentang kolonial Hindia Belanda. Selanjutnya, pada 10 November 1937, Abdullah menjadi salah satu pendiri organisasi keagamaan bernama “Nurul Islam”.

Sedangkan dari garis ibu, Achmad terbilang masih keturunan ningrat. Ayu Mailan, ibunda Aidit, berasal dari keluarga bangsawan. Ayah Mailan yang dikenal dengan nama Ki Agus Haji Abdul Rahman, adalah seorang haji sekaligus tuan tanah.

Berawal dari Belitung dengan segenap kehormatan dan kealiman latar belakang keluarganya, garis nasib membawa Achmad alias Dipa Nusantara Aidit ke Jakarta sebelum era pendudukan Jepang.

Hingga akhirnya, Aidit menjadi Ketua Committee Central PKI, partai politik yang dibawanya berjaya di Pemilu 1955 meski harus mengubur riwayat usai peristiwa berdarah G30S 1965.

Tim Rembulan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya