5 Penjaga Gawang Hebat Juara Piala Dunia, Ada yang Jadi Kapten Tim

Piala Dunia telah menjadi panggung bagi banyak penjaga gawang hebat, tetapi hanya sedikit di antara mereka yang berkesempatan mengangkat trofi juara.

oleh Mohamad Taufik diperbarui 26 Okt 2022, 11:00 WIB
Kiper Spanyol Iker Casillas mengangkat trofi Piala Dunia 2010 setelah mengalahkan Belanda di stadion Soccer City di Soweto, pinggiran kota Johannesburg pada 11 Juli 2010. (AFP/Javier Soriano)

Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia selalu menghadirkan sederet penjaga gawang hebat. Piala Dunia 2022 di Qatar juga bakal menjadi panggung bagi sejumlah kiper papan atas dunia yang ada saat ini.

Tetapi tidak semua kiper hebat yang pernah tampil di Piala Dunia bisa memenangkan gelar juara di akhir turnamen. 

Kiper hebat lebih dari sekadar sosok yang memiliki kemampuan mementahkan setiap upaya lawan mencetak gol. Penjaga gawang juga dituntut harus menjadi pembaca permainan yang sangat baik dan menggunakan posisi mereka untuk mengarahkan permainan, terutama saat melakukan tendangan gawang dan memerintah pemain bertahan selama tendangan sudut, tendangan bebas, dan penjagaan.

Sejak dimulainya sepak bola dan sepanjang sejarah panjang Piala Dunia, ada banyak penjaga gawang yang luar biasa. Mereka dipuja karena penyelamatan penting, kelincahan dan refleks yang luar biasa. Juga ketenangan mereka di bawah tekanan, serta keterampilan dan kepemimpinan meski berada dari posisi paling belakang permainan.

Ada beberapa penjaga gawang hebat yang berhasil melengkapi penampilan gemilangnya di Piala Dunia dengan gelar juara.

Setidaknya lima dari sekian banyak penjaga gawang legendaris cukup beruntung nasibnya, karena mereka tidak hanya sekadar bermain di panggung Piala Dunia, juga memenangkan trofi untuk tanah kelahiran.


Gordon Banks

Gordon Banks meninggal dunia pada Selasa (12/2/2018). (AFP/Oli Scarff)

Pemenang Piala Dunia 1966, Gordon Banks yang dipuja sebagai kiper terbaik yang pernah bermain untuk Timnas Inggris. Selama 20 tahun kariernya, ia dianugerahi Penghargaan Kiper Terbaik FIFA sebanyak enam kali berturut-turut. Dia juga diberikan berbagai penghargaan legendaris lainnya, termasuk gelar OBE dari Kerajaan Inggris.

Mental Gordon Banks terbentuk sejak remaja ketika dia harus bekerja sebagai pengangkut batu bara di kota Sheffield, Inggris Utara. Banyak yang percaya lingkungan pekerja menjadikan Gordon Banks bisa membangun kekuatan fisik dan mental yang luar biasa.

Setelah bermain untuk beberapa tim lokal di Sheffield, Banks digaet Chesterfield FC pada tahun 1958. Setelah satu musim, ia diburu oleh Leicester City dan kemudian membantu mereka mencapai dua kali final Piala FA dan memenangkan Piala Liga Inggris.

Selama waktunya di Leicester City, Gordon Banks adalah anggota penting dari timnas Inggris pemenang Piala Dunia 1966. Dengan clean sheet di semua pertandingan, kecuali semifinal melawan Portugal dan final melawan Jerman Barat, Gordon Banks dikenal karena penyelamatan akrobatiknya dan kemampuannya yang luar biasa untuk menahan bola agar tidak melewati garis, apapun risikonya.

Penyelamatan Banks yang paling terkenal, juga dikenal sebagai penyelamatan abad ini terjadi pada putaran final Piala Dunia 1970 di Meksiko. Dia menggagalkan sundulan Pele yang tampaknya tak terbendung.

Gordon Banks melompat dengan kekuatan dan kelincahan yang luar biasa untuk meregangkan ujung jarinya dan membuat bola tidak melewati garis gawang. Jika dia belum menjadi sosok legendaris untuk usahanya di Piala Dunia 1966 empat tahun sebelumnya, penyelamatan itu memastikan namanya akan selalu diingat dalam sejarah sepak bola dan Piala Dunia.

Banks, yang meninggal pada tahun 2019, adalah seorang sosok terhormat dalam permainan yang ketenangan dan kerendahan hatinya membuatnya disayang tidak hanya oleh para penggemar Inggris tetapi juga melihatnya dipuja oleh penggemar saingan di seluruh dunia.


Sepp Maier

8. Sepp Maier, kiper asal Jerman Barat ini penampilannya pada Piala Eropa cukup mengesankan, dirinya menjadi tembok tangguh pertahanan terakhir bagi pasukan Panser.

Dijuluki 'Si Kucing' karena kelincahan, fleksibilitas, refleks cepat dan kecepatannya. Sepp Maier, bisa dibilang, produk penjaga gawang terhebat yang pernah ada di lapangan untuk Jerman Barat. Dia memainkan 95 pertandingan untuk Jerman Barat dari tahun 1966 hingga 1979.

Konsistensi adalah salah satu aset penting yang harus dimiliki semua kiper hebat. Konsistensi permainan mendapatkan kepercayaan dan keyakinan, tidak hanya dari rekan satu tim dan manajer, tetapi juga dari penggemar.

Sepp Maier tidak diragukan lagi dapat dianggap sebagai salah satu kiper hebat dunia yang membuktikan kemampuannya, dan konsistensinya, selama bertahun-tahun sebagai di level internasional bersama Jerman Barat dan level klub dengan Bayern Munchen.

Maier adalah penjaga gawang Bayern Munchen selama lebih dari 18 tahun, mencatatkan lebih dari 500 penampilan, bukti keandalannya dalam menjaga gawang. Dia juga memainkan rekor 422 pertandingan Bundesliga berturut-turut, yang tetap menjadi rekor hingga hari ini. Bersama Sepp Maier, Bayern Munchen memenangkan 13 trofi dalam 10 tahun.

Prestasi Maier di Bayern sama-sama menyamai karier internasionalnya yang impresif. Maier terpilih untuk empat Piala Dunia berturut-turut yakni pada tahun 1966, 1970, 1974 dan 1978.

Dia bermain di setiap pertandingan untuk mencapai semifinal pada tahun 1970 dan, pada tahun 1974, dia menjaga gawangnya sampai ke final, di mana dia mendapat kehormatan untuk memenangkan Piala Dunia di kandang sendiri di kota Munchen setelah mengubur Belanda 2-1.

Sayangnya, karier Maier terhenti karena kecelakaan mobil pada usia 35 tahun. Namun, Maier terus mengabdi baik di Bayern maupun tim nasional Jerman sebagai pelatih kiper selama bertahun-tahun, dan ia masih dihormati oleh para penggemar hingga saat ini sebagai salah satu kiper Jerman terhebat yang pernah ada.


Dino Zoff

Kiper tim nasional Italia, Dino Zoff, pada pertandingan melawan Cekoslovakia, pada perebutan tempat ketiga, di Stadion Olimpico, 21 Juni 1980.

Hanya sebagian kecil penjaga gawang yang mendapat kehormatan menjadi pemenang Piala Dunia, dan hanya sedikit kiper yang menjadi kapten tim pemenang Piala Dunia selama lebih dari 100 tahun turnamen digelar.

Salah satunya adalah Dino Zoff. Pada usia 40, Zoff adalah kapten tertua yang mengangkat trofi Piala Dunia ketika membawa Italia menjadi juara di Piala Dunia 1982 Spanyol.

Zoff mempertahankan karier internasional selama lebih dari 15 tahun, menghasilkan 112 caps dan tampil dalam empat Piala Dunia, masing-masing edisi 1970, 1974, 1978 dan 1982.

Di berbagai kesempatan selama kariernya, ia harus berjuang untuk mempertahankan posisinya sebagai nomor 1 di tim nasional. Namun, pengalaman dan tekadnya, serta kemampuannya dalam menghentikan usaha lawan, mengamankan tempatnya sebagai kapten tim pemenang Piala Dunia 1982. Penampilannya sepanjang Piala Dunia 1982 digelar membuat Dino Zoff mendapatkan penghargaan Kiper Terbaik Turnamen.

Selama kariernya, Zoff terkenal karena usahanya dalam memukul mundur serangan lawan ke gawangnya. Di era 1970-an, Dino Zoff menorehkan rekor kebobolan paling sedikit dalam satu musim di kompetisi Serie A Italia, dan waktu bermain terlama tanpa kebobolan di turnamen internasional.

Dia juga dihormati karena ketenangan, kepemimpinan dan kemampuannya untuk menanamkan disiplin di dalam permainan tim. Namun, pengaruhnya yang paling signifikan sebagai penjaga gawang adalah kemampuannya untuk mengatur peluang menyerang.

Secara tradisional, penjaga gawang menahan bola untuk memungkinkan kedua tim kembali ke posisi semula. Namun, Zoff menyadari bahwa dengan melepaskan bola dengan cepat setelah serangan lawan, ia dapat mengaktifkan serangan balik, dan membuka peluang rekannya mencetak gol.

Visi Dino Zoff tersebut merupakan aspek fundamental dari penjaga gawang yang hebat. Mungkin kesadaran taktis jenis inilah yang membuatnya memenuhi syarat untuk mengelola tim nasional dari tahun 1998 hingga 2000, sebuah kesempatan yang jarang diterima oleh seorang mantan penjaga gawang.


Gianluigi Buffon

Gianluigi Buffon. Pada Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman, kiper Timnas Italia ini mampu membawa negaranya menjadi kampiun usai mengalahkan Prancis di partai final via adu penalti. Dalam total 7 laga ia mencatat 5 kali clean sheet dan hanya kebobolan 2 gol. Selain di Piala Dunia 2006, ia juga tampil di edisi 2002, 2010 dan 2014. Total ia mengumpulkan 14 caps dalam 4 edisi Piala Dunia dengan torehan 6 kali clean sheet dan kebobolan 10 gol. (AFP/Patrick Hertzog)

Gianluigi Buffon memainkan sebagian besar karier klubnya di tim Juventus yang sangat sukses. Faktanya, Buffon memenangkan lebih dari 20 trofi dan memecahkan rekor 974 menit berturut-turut tanpa kebobolan satu gol pun untuk tim Juventus, mengalahkan rekor lama yang dipegang Dino Zoff.

Buffon mendapatkan caps pertamanya untuk tim nasional Italia pada usia belum genap 20 tahun sebagai pengganti Gianluca Pagliuca yang cedera. Pada usia 21, Buffon mengeklaim posisi penjaga gawang teratas sebagai miliknya.

Dia dengan cepat mendapatkan reputasi sebagai yang terbaik di dunia, yang dia tunjukkan setahun sebelumnya ketika Juventus mengamankan jasanya dengan rekor transfer 52 juta Euro dari Parma. Biaya transfer adalah jumlah uang yang mengejutkan pada saat itu untuk kiper muda.

Namun, selama karier yang berlangsung lebih dari 20 tahun, dan dengan lebih dari 1.000 penampilan di level senior, 670 untuk Juventus, sebagian besar mungkin sekarang akan berkata, uang yang dikeluarkan Juventus saat itu untuk mengamankan Buffon adalah biaya yang murah.

Rekor internasionalnya sama mengesankan, dengan 175 caps untuk Italia. Puncak penampilannya adalah final Piala Dunia 2006 di mana Italia yang gigih mengalahkan Prancis di kota Berlin lewat drama adu penalti. Kontribusi Buffon untuk kemenangan Italia cukup besar, termasuk penyelamatan fantastis dari usaha Zinedine Zidane di perpanjangan waktu.

Memiliki pengalaman melakoni pertandingan-pertandingan penting di usia yang begitu muda membantu Buffon menjadi pemain yang tenang di bawah tekanan. Pada usia pertengahan 20 tahunan, membuatnya memiliki kemampuan lebih baik dalam menghentikan tembakan.

Karakternya yang kuat menjadikannya pilihan ideal untuk menjadi kapten di klub maupun Timnas. Keterampilan-keterampilan inilah yang juga memungkinkannya untuk memiliki karier yang luar biasa begitu lama. Bahkan di usia empat puluhan, Buffon terus mengabdi untuk negaranya dan Juventus.


Iker Casillas

Karier Iker Casillas mengikuti jalur yang hampir mirip dengan Gianluigi Buffon. Keduanya bermain untuk klub terbesar di negara mereka masing-masing, keduanya mengumpulkan jumlah trofi yang mengesankan, dan keduanya menjadi kapten negara mereka selama bertahun-tahun.

Memang, kedua pemain tersebut kerap saling berlomba menunjukkan kemampuan yang menjadi inspirasi banyak penjaga gawang di berbagai negara. Mungkin satu perbedaan di antara keduanya adalah bahwa Saint Iker mendapat kehormatan mengangkat trofi Piala Dunia yang didambakan sebagai kapten.

Popularitas Iker Casillas tiba-tiba meroket di usianya yang masih sangat muda bersama Real Madrid. Dia didorong ke tim utama Real Madrid sejak awal, setelah bermain 30 pertandingan tim muda dan cadangan.

Penampilan awalnya mendapat kepercayaan dari penggemar dan rekan satu timnya saat ia menghasilkan beberapa penyelamatan yang menakjubkan. Selang empat hari setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-19, Casillas bermain di final Liga Champions 2000 untuk Real Madrid menghadapi Valencia di Stade de France.

Kemampuan Casillas bersama Real Madrid telah menarik perhatian pelatih tim nasional Spanyol ketika itu, Jose Antonio Camacho, karena 10 hari kemudian dia melakukan debut internasionalnya.

Pada tahun 2008 Casillas pertama kali mengenakan ban kapten dan dia mendapat kehormatan mengangkat trofi juara Euro 2008 sebagai kapten. Dua tahun kemudian, Spanyol mengangkat trofi Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, lagi-lagi dengan Casillas sebagai kapten.

Seperti semua kiper hebat lainnya, Casillas memiliki reputasi bekerja sangat keras saat latihan, dan pertandingan. Inilah yang membuatnya bermain lebih dari 167 kali untuk negaranya dan bermain lebih dari 1.000 pertandingan selama karier profesional.

Karier Casillas secara tragis berakhir setelah menderita serangan jantung ketika menjalani latihan bersama klub terakhirnya, FC Porto. Casillas memutuskan pensiun sebagai pemain sepak bola pada Agustus tahun 2020.

Namun, tidak ada penjaga gawang lain yang bisa mengeklaim lemari trofi seluas Casillas, dan itulah sebabnya ia akan selalu dibicarakan sebagai salah satu penjaga gawang terbaik yang pernah ada.

Infografis Stadion Piala Dunia 2022. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya