Liputan6.com, Cilacap - Fenomena gerhana matahari merupakan salah satu bukti kebesaran Allah SWT. Gerhana matahari merupakan fenomena alam yang terjadi akibat dari matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus.
Atas kejadian ini maka cahaya matahari yang memancar ke bumi pada siang hari terhalang oleh bulan, sehingga keadaan menjadi agak gelap atau gelap gulita jika mengalami gerhana matahari total.
Mengutip Merdeka.com, tepat hari ini, Selasa, 25 Oktober 2022 akan terjadi gerhana matahari sebagian. Fenomena bulan melintas di depan matahari ini merupakan gerhana matahari terakhir tahun 2022.
Baca Juga
Advertisement
Sayangnya, gerhana matahari ini hanya dapat dilihat di sebagian wilayah seperti Asia, Afrika dan Eropa. Gerhana matahari ini tidak bisa dilihat dari Indonesia karena tidak dilalui oleh bayangan penumbra bulan.
Menghadapi fenomena ini, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan sholat gerhana matahari atau yang kita kenal dengan sholat kusuf atau sholat gerhana matahari. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ تَعَالَى فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا وَصَلُّوا
Artinya: Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian. (HR Bukhari-Muslim).
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tata Cara Shalat Gerhana Matahari
Adapun tata cara sholat gerhana matahari sebagaimana dilansir dari laman NU Online adalah sebagai berikut:
ata cara shalat gerhana matahari sedikit berbeda dari shalat sunnah pada umumnya. Berikut ini kami sebutkan rangkaian pelaksanaan shalat sunnah gerhana matahari.
1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram sebagai imam atau makmum.
2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.
3. Baca ta‘awudz, Surat Al-Fatihah, dan membaca surat dalam Al-Qur’an.
4. Rukuk.
5. Itidal.
6. Baca ta‘awudz, Surat Al-Fatihah, dan membaca surat dalam Al-Qur’an.
7. Rukuk kedua.
8. Itidal kedua dan baca doa i'tidal.
9. Sujud pertama.
10. Duduk di antara dua sujud.
11. Sujud kedua.
12. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua.
13. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Durasi pengerjaan rakaat kedua lebih pendek daripada pengerjaan rakaat pertama.
14. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk tasyahud untuk membaca tasyahud akhir.
15. Salam.
16. Istighfar dan doa.
Adapun berikut ini sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan shalat sunnah gerhana matahari:
1. Memastikan sebelumnya terjadi gerhana matahari.
2. Shalat sunnah gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Pelaksanaan shalat sunnah gerhana dianjurkan secara berjamaah. Shalat sunnah gerhana dapat dilakukan sendiri.
4. Sebelum pelaksanaan, jamaah shalat gerhana berjamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,”As-Shalâtu jâmi'ah.”
5. Berikut ini lafal niat shalat sunnah gerhana matahari sebagai imam atau makmum:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى .
"Ushalli sunnatal likusuufissyamsi (imaaman/ma'muman) lillahi ta'aala,"
"Aku niat salat sunat gerhana matahari (menjadi imam/ma'mum) karena Allah Ta'aala
6. Shalat gerhana terdiri atas dua rakaat.
7. Setiap rakaat terdiri atas dua kali rukuk dan dua kali sujud.
8. Pada rukuk pertama, imam dan makmum dianjurkan membaca tasbih selama bacaan 100 ayat pada Surat Al-Baqarah. Pada rukuk kedua, imam dan makmum dianjurkan membaca tasbih selama bacaan 80 ayat pada Surat Al-Baqarah.
9. Bangun dari rukuk pertama, jamaah kembali membaca Surat Al-Fatihah dan surat sebelum rukuk kedua.
10. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua.
11. Setelah shalat, imam disunnahkan menyampaikan khotbah shalat gerhana.
Kitab-kitab fikih Mazhab Syafi’i menaruh perhatian pada soal durasi ruku’ shalat gerhana. Menurut mereka, ruku’ yang pertama dalam rakaat pertama lebih panjang dari yang kedua. Pada ruku’ pertama, imam dan jamaahnya (idealnya) membaca tasbih sekira bacaan seratus ayat Surat Al-Baqarah. Sedangkan, pada ruku’ kedua, mereka membaca tasbih sekira bacaan delapan puluh ayat Surat Al-Baqarah.
Setelah selesai shalat, imam atau penggantinya menyampaikan khotbah sebagaimana khotbah Jumat. Untuk shalat sunnah gerhana matahari sendirian, tidak perlu ada khotbah. Begitu juga jika semua jamaahnya adalah perempuan. Tetapi jika ada salah satu dari perempuan tersebut yang berdiri untuk memberikan mauidlah tidak ada masalah.
َيَخْطُبُ الْإِمَامُ) أَيْ أَوْ نَائِبُهُ وَتُخْتَصُّ الْخُطْبَةُ بِمَنْ يُصَلِّي جَمَاعَةً مِنَ الذُّكُورِ فَلَا خُطْبَةَ لِمُنْفَرِدٍ وَلَا لِجَمَاعَةِ النِّسَاءِ فَلَوْ قَامَتْ وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ وَوَعَظَتْهُنَّ فَلَا بَأْسَ بِهِ كَمَا فِى خُطْبَةِ الْعِيدِ
Artinya, “Kemudian imam berkhotbah atau orang yang menggantikan imam. Khotbah dikhususkan bagi orang laki-laki yang yang mengikuti shalat tersebut secara jamaah. Karenanya, tidak ada khutbah bagi orang yang shalat sendirian juga bagi jamaah perempuan, (akan tetapi, pent) jika salah satu dari jamaah perempuan berdiri dan memberikan mauidlah, tidak apa-apa sebagaimana dalam khotbah shalat ‘ied,” (Lihat Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatus Syeikh Ibrahim Al-Baijuri, [Indonesia, Darul Kutub Al-Islamiyyah: 1428 H/2007 M], juz I, halaman 438). Wallahu a’lam.
Sumber: https://nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-gerhana-matahari-RAFtJ
Khazim Mahrur
Advertisement