Liputan6.com, Jakarta - Komoditas rumput laut memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Namun nilai ekonomi rumput laut tersebut belum diketahui banyak oleh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mencoba mengenalkan berbagai nilai lebih dari budidaya rumput laut.
Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP Nono Hartanto mengatakan, usaha budi daya rumput laut lebih menguntungkan dari bisnis penanaman padi di sawah. Bahkan, banyak pembudidaya rumput laut beras menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah, Arab Saudi.
Advertisement
"Jadi, kalau kita lihat potensi peluang pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia sangat banyak," ujarnya dalam webinar bertajuk Peluang Investasi Usaha Rumput Laut di Jakarta, Selasa (25/10/2022).
Nono mencontohkan, potensi besar meraup untung dari usaha budi daya rumput laut ketimbang sawah tak lepas dari ketersediaan bahan baku. Di mana, Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah China.
"Kita itu bisa menghasilkan sekitar 9 juta ton (rumput laut), sedangkan China 18 juta ton," ujarnya.
Kedua, lahan untuk budi daya rumput laut masih banyak tersedia. KKP mencatat, pemanfaatan lahan budi daya rumput laut baru mencapai 0,8 persen dari total luasan 12,3 juta hektare.
"Artinya, masih terbuka peluang untuk bisa mengembangkan budi daya rumput laut," tekannya.
Ketiga, penggunaan teknologi untuk kegiatan budi daya rumput laut tergolong sederhana. Sehingga, gak dibutuhkan ketrampilan khusus untuk menjalankan usaha rumput laut.
Panen Lebih Cepat
Keempat, waktu masa panen rumput laut lebih cepat dibandingkan padi. Nono menyebut, masa tanam hingga proses permanenan rumput laut hanya berkisar 35 hari sampai 40 hari.
"Bandingkan dengan usaha sawah (panen) harus sampai 90 hari, usaha rumput laut ini separuhnya. Jadi, sangat cepat untuk panen dan menghasilkan hasilnya," kata Nono.
Kelima, permintaan pasar yang terus meningkat di setiap tahunnya. KKP mencatat, rata-rata permintaan terhadap komoditas rumput laut mencapai 4,8 persen per tahun.
Keenam, efektif menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pesisir dan harga rumput laut cenderung mengalami tren peningkatan. Nono mencatat, saat ini harga rumput laut naik drastis mencapai Rp35.000 sampai Rp45.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp15.000 per kilogram.
"Jadi, (budi daya rumput laut) ini menjadi mata pencaharian cukup banyak diminati dan mendatangkan kesejahteraan. Banyak yang naik haji gara-gara budi daya rumput laut," pungkasnya.
Advertisement
Punya Lahan Marikultur 12,3 Juta Ha, Indonesia Bisa jadi Raja Rumput Laut Dunia
Sebelumnya, hasil budidaya rumput laut Tual dan Maluku Tenggara diproyeksikan sebagai komoditas unggulan eskpor. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai proyeksi tersebut karena kondisi lingkungan yang baik serta kandungan karagenan yang lebih tinggi.
"Kami beri support penuh untuk daerah-daerah potensial yang mau mengembangkan rumput laut. Seperti di Tual dan Maluku Tenggara, dan daerah potensial lainnya," ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu di Tual, dikutip pada Kamis (15/9).
Tebe memaparkan bahwa Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia di bawah China (FAO 2020) dan memasok bahan baku rumput laut khusus untuk jenis Euchema cottonii. Capaian tersebut berpotensi terus meningkatkan seiring pemanfaatan lahan marikultur.
Dia menyebutkan, Indonesia memiliki luas lahan marikultur 12,3 juta hektar, sementara potensi tersebut baru digarap 102 ribu hektare atau baru 0,8 persen.
"Jika potensi yang ada bisa dimaksimalkan, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi raja rumput laut dunia," ungkapnya.
Tebe menambahkan, rumput laut merupakan komoditi yang mudah untuk diaplikasikan, dan cepat dipanen. Selain itu, budidaya rumput laut menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Keunggulan lainnya menurut Tebe adalah praktik budidaya rumput laut ramah lingkungan, emisi rendah karbon, mereduksi polutan dan berpotensi sebagai renewable resources.
"Rumput laut itu unik, dan ini sangat merakyat. Tapi jika dikembangkan maksimal bisa menjadi sumber ekonomi besar,” ujar Tebe.
Penyediaan Bibit
Kementerian Kelautan dan Kebudayaan, ujar Tebe, berkomitmen mengembangkan potensi dari rumput laut. Seperti, penyediaan bibit rumput laut berkualitas hasil teknologi kultur jaringan atau metode reproduksi vegetatif yang mengembangbiakan potongan jaringan pada media hingga membentuk individu baru.
Selain itu, Tebe menyampaikan terobosan yang dilakukan adalah penyediaan sarana prasarana yang digunakan untuk memproduksi bibit rumput laut yang berkualitas. Sehingga, manfaat yang dihasilkan kebun bibit rumput laut yaitu penyediaan bibit rumput laut yang bermutu secara berkelanjutan, peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan produksi rumput laut tercapai.
"Pada akhirnya tujuan kita menjadikan rumput laut sebagai sumber pendapatan dan peningkatan ekonomi masyarakat bisa terwujud," pungkasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement