Liputan6.com, Makassar - Suku Bugis Makassar memiliki beragam tradisi yang unik dan menarik. Salah satunya ialah keberadaan uang panai yang menjadi bagian tradisi pernikahan orang Bugis.
Uang panai atau panaik diartikan sebagai pemberian harta, terutama uang oleh calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita. Kedudukan uang panai berbeda dengan mahar pernikahan.
Dikutip dari jurnal yang berjudul "Uang Panai' Dalam Tradisi Pernikahan Suku Bugis" (2018) oleh Marini, uang panai dalam bahasa Makassar biasanya disebut doi panai, sementara dalam bahasa Bugis disebut doi menre.
Uang Panai terkenal memiliki jumlah yang fantastis. Pasalnya uang yang akan diberikan kepada keluarga pihak perempuan ini digunakan untuk membiayai pesta pernikahan.
Baca Juga
Advertisement
Besaran uang panai tak boleh sembarangan ditentukan. Nominal uang panai disesuaikan oleh status pendidikan dan keturunan sang gadis.
Misalnya, calon pengantin wanita mengenyam pendidikan hanya sampai pada tingkat SMA, uang panai yang harus disiapkan berkisar pada angka 50 juta. Sedangkan untuk mereka yang berhasil menyelesaikan pendidikan sampai tingkat S1, uang panainya bisa sampai 150 juta.
Apalagi jika status pendidikan sudah sampai pada tingkat S2. Jumlah tersebut belum melihat status keturunan calon pengantin wanitanya belum lagi jika ditambah dengan jenis pekerjaan wanita tersebut.
Bahkan jika calon pengantin wanita memiliki keturunan darah biru atau keturunan bangsawan, uang panai yang harus disiapkan oleh calon pengantin pria bisa mencapai angka satu miliar rupiah. Terlepas dari besarnya jumlah uang panai, tradisi ini sebenarnya ingin menyampaikan bahwa wanita adalah sosok yang memang layak untuk dihargai lebih.
Bukan Menjual Anak
Bukan ingin menjual anak gadis seperti kebanyakan pikiran masyarakat. Uang panai suku Bugis Makassar ini mengisyaratkan bahwa memang seperti itulah perjuangan untuk mendapatkan wanita pujaan hati.
Uang panai juga menjadi simbol keuletan dan kerja keras laki-laki untuk meminang gadis pujaan hatinya. Meskipun namanya uang panai, akan tetapi panaik bisa dibayarkan oleh calon suami dengan menggunakan properti yang ia miliki, seperti tanah, sawah maupun rumah.
Akan tetapi properti tersebut, hanya berfungsi sebagai penggenap dari uang panai saja. Meskipun nominal uang panai selalu terkesan besar dan fantastis, tetapi jumlah uang panai yang harus diberikan oleh mempelai pria tidaklah mutlak. Artinya, jumlah uang panai dapat dinegosiasikan oleh kedua belah pihak keluarga
Advertisement