Pabrik Hampir Rampung, Pupuk Kaltim Bakal Tekan Impor Amonium Nitrat

PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim tengah membangun pabrik amonium nitrat di kawasan industri Bontang, Kalimantan Timur.

oleh Arief Rahman H diperbarui 25 Okt 2022, 19:15 WIB
Pupuk Kaltim. (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim tengah membangun pabrik amonium nitrat di kawasan industri Bontang, Kalimantan Timur. Adanya pabrik ini disebut akan menekan jumlah impor amonium nitrat Indonesia.

Pabrik ini ditarget rampung di awal 2023 dan akan mulai beroperasi di kuartal II di tahun yang sama. Besaran produksinya mencapai 75.000 metrik ton per tahun. Pabrik ini akan dikelola oleh PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN), perusahaan patungan Pupuk Kaltim dan PT Dahana.

SVP Pengembangan Pupuk Kaltim Indardi mengatakan Indonesia masih melakukan impor produk turunan amoniak tersebut. Meski, dalam 7 tahun terakhir trennya mengalami penurunan.

"Jadi kalau kita lihat impor amonium nitrat, tahun 2015-2021 memang ada trennya menurun, tapi intinya Indonesia masih impor," kata dia dalam Media Briefing, Selasa (25/10/2022).

Mengacu data yang ditampilkannya, Indonesia masih impor sebanyak 119 ribu ton per tahun di 2015. Kemudian, turun menjadi 71 ribu ton di 2017, kembali naik menjadi 82 ribu ton di 2019. Sementara, ada penurunan menjadi 24 ribu ton di 2021 karena adanya pandemi covid-19.

Sementara itu, Indardi melihat adanya peluang dalam penyerapan amonium nitrat hingga 2034 mendatang. Ini didorong dengan semakin berkembangnya pembangunan infrastruktur dan pertambangan.

Mengacu catatannya, di 2022 peluang pasae aminium nitrat di dalam negeri mencapai lebih dsri 75 ribu ton per tahun. Kemudian, akan meningkat hingga menyentuh 150 ribu ton per tahun di 2030. Hingga mencapai kebutuhan paling tinggi di 2034 sebanyak 200 ribu ton.

"Kalau lihat trennya 2022-2034 ini trennya akan cenderung naik, jadi kebutuhan amonium nitrat ini akan tumbuh sejalan dengan bertumbuhnya industri pertambangan dan infrasteuktur," ujarnya.

 


Peluang

Pabrik Pupuk Kaltim

Di sisi lain, dia melihat adanya peluang meski Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan moratorium untuk menyetop pembangunan pembangkit batu bara. Tapi masih ada insentif bagi produsen batu bara dengan tujuan hilirisasi.

"Maksudnya, amonium nitrat itu bahan peledak di tambang batu bara, jadi meskipun dulunya ada rencana (penurunan) emisi ya, tapi kemudian Indonesia komit untuk tahun 2060 ini zero emission, makanya batu bara juga mulai ketat penggubaannya. Tapi pemerinrah masih membymikan insentif kalau ada batu bara yang melakukan proses hilirisasi menghasilkan hidgrogen ataipun CH4 itu bisa diapakai untuj idnustri selsnjutnya, untuk industri pabrik amoniak misalnya," paparnya.

"Jadi disitu masih tetap ada peluangnya, itulah mengapa kita memprediksi pasar amoniak dalam negeri akan terus naik," tambah Indardi.

 


Penuhi 13 Persen Kebutuhan Domestik

Pupuk Kaltim mencanangkan inovasi pemanfaatan limbah Fly Ash & Bottom Ash (FABA) yang dapat digunakan sebagai material substitusi seperti batako, paving blok, stabilisasi tanah serta pemanfaatan lainnya. (Dok PKT)

Pabrik amonium nitrat mlik PT Pupuk Kaltim dan PT Dahana ditarget rampung pada awal tahun 2023 mendatang. Dengan kapasitas produksi 75.000 metrik ton, maka itu akan memenuhi sekitar 13 persen kebutuhan domestik.

Pabrik ini dibangun sejak 2019 lalu, dan nantinya dikelola oleh PT Kaltim Amonium Nitrat, sebuah perusahaan patungan antara Pupuk Kaltim dan Dahana. Amonium nitrat sendiri merupakan bahan baku untuk peledak yang berguna untum pertambangan dan berbagai sektor lainnya.

Direktur Utama PT KAN Dormatua Siahaan menyebut pabrik ini memiliki kapasitas produksi sekitar 75.000 metrik ton per tahun. Sementara, kebutuhan domestik diperkirakan sebanyak 500.000 metrik ton per tahun.

"Kalau tadi saat ini kebutuhan domestiknya 500 ribu metrik ton, kurang lebih akan memenuhi 12-13 persen market kita," kata dia dalam Media Brieding PT KAN, Selasa (25/19/2022).

Sementaea itu dari sisi segmen, dia mengatakan akan menyasar sektor pertambangan. Apalagi melihat potensi tambang di Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan.

Menurutnya, produk amonium nitrat yang dihasilkan PT KAN akan lebih kompetitif karena jarak distribysi ke pembeli semakin dekat. Artinya, bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor produk serupa.

"Untuk segmen memang karena lokasi kita di Bontang Kaltim, dan kita tau Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan lebih banyak tambang batu bara, jadi memang akan sangat kompetitif, dari geografi lebih dekat, taruh lah kalau teman-teman harus impor dari korea, jadi kita fokus dalam negeri dengan segmen di Kalimantan," ujarnya.

 


Bisa Ditingkatkan

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi (kanan) memantau pabrik 5 Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim. (Dok PKT).

Lebih lanjut, dia mengisahkan kalau besaran produksi itu bisa ditingkatkan kedepannya. Hanya saja nantinya akan lebih dulu melihat porsi permintaan di dalam negeri.

Misalnya, dengan adanya rencana PT Pupuk Kaltim yang akan mengembangkan produk pupuk NPK Nitrat. Dengan begitu, permintaan akan semakin meningkat, dan penambahan produksi pun bisa dilakukan.

"Kalau tadi demand ada growth sekuat mungkin dengan skema melakuka repumping, memang kapasitas kita 75 ribu (metrik ton), tapi kalau dari sisi desain teman-teman melakukan, disensor sebenernya dengan tambahan-tambahan peralatan sedikit saja itu bisa (meningkat) ke 100 ribu (metrik ton)," ungkapnya.

"Ini akan kita sinergikan dengan PKT. Dimana salah satu pengembangan ke NPK nitrat. Segmen kita bisa melayani industri jasa peledakan, ke PT Dahana, PT Pindad dan sebagainya. Tapi kita juga bisa layani kebutuhan pupuk. Kembali lagi kebutuhan pasar. Kalau misal size tak terlalu ini, sebenarnya masih bisa 100-110 ribu," bebernya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya