Liputan6.com, Jakarta - Orang Tidak Dikenal (OTK) berusaha menghalang-halangi keluarga untuk mengungkap fakta tewasnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Seorang kerabat Brigadir J, Sangga Parulian membeberkan di hadapan Majelis Hakim. Dia dihadirkan untuk memberikan kesaksian untuk terdakwa Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E di PN Jaksel hari ini, Selasa (25/10/2022).
Advertisement
Sangga menceritakan, mendapat telepon dari seseorang yang misterius kala jenazah Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J sudah dikebumikan.
"Saya di rumah mendapat telepon dari orang lain yang tidak bisa saya buka nomernya," kata dia di Persidangan.
Sangga ingat betul ucapan yang disampaikan oleh orang tak dikenal (OTK). Adapun, permintaan agar Rohani Simanjuntak tidak memperbesar-besarkan kasus kematian Brigadir J. Apalagi, sampai membocorkan ke media.
"Berkata demikian pak, bu tolong ya Rohani jangan berbicara di media, bapak ini siapa saya bilang. Ibu kan keluarganya almarhum, kami mau menjembatani keluarga supaya damai-damai begitu," kata Sangga.
Sangga mengaku telah mencoba mencari tahu sosok si penelepon. Namun, tidak digubris.
"Bapak siapa. Tak perlu ibu tahu siapa saya. Saya cek nomernya tidak bisa pak kemudian saya matikan, ada beberapa menit lagi dihubungi lagi pak. Pastikan ya bu demi keamanan keluarga. Tiba-tiba di hati saya itu menduga ada apa ini, kemudian saya matikan lagi. Sudah saya matikan ditelepon lagi, pastikan rohani tidak bicara di media begitu pak. Saya bilang, hubungi saja Rohani saya tidak kenal dengan Rohani saya bilang begitu ya pak," papar dia.
Tergerak untuk Mengungkap Kebenaran
Sangga mengaku punya firasat kematian Brigadir J tak wajar. Dia merasa harus bergerak untuk mengungkap kebenaran.
"Saya ajak suami ini ada apa ya kok sepertinya janggal sekali gitu ya pak. Kemudian saya ambil sikap karena saya tahu bagi tuhan tidak ada yang mustahil, dan saya saat itu saya berdoa tuhan tolong kami. Kami tahu segala sesuatu yang ada di muka bumi engkau mengetahui. Itu saja saya berdoa," ujar dia.
Sangga membuka kembali telepon gemggam. Ia mengaku melihat media sosial milik Kamaruddin Simanjuntak. Ada sebuah status yang dibuat merespon pemberitaan kematian Brigadir J.
"Isi status polisi menembak polisi di rumah utama polisi jangan sampai mengurusi wanitanya polisi," ujar dia.
Sangga mengaku mengenal keluarga Kamaruddin Simanjuntak membalas status dengan menuliskan komentar.
"Saya balas tulang yang meninggal itu adalah bere mu ibunya marga Simanjuntak cucunya ibu saya. Saya tidak buka lagi handphone karena saya ada rasa takut juga seperti diteror telekomunikasi saya matikan handphone," ujar dia.
Advertisement
Minta Jenazah Diotopsi
Sangga menuturkan, komentar dibalas oleh Kamaruddin Simanjuntak sekira pukul 08.30 WIB. Dia pun meminta agar jenazah di otopsi dan mengungkapkan kesediaan untuk membantu dalam menghadapi proses hukum.
"Yang isinya turut berduka cita sedalam-dalamnya, itu jenazah harus diotopsi sampaikan kepada keluargamu saya siap membantu, ini nomer saya hubungi saya penting, naluri saya berkata ini adalah pembunuhan," ujar dia.
Sangga berusaha menyakini diri sendiri. Ia merenung apakah Kamaruddin Simanjuntak benar-benar bersedia menolong.
"Karena saya lihat keluarga masih dalam keadaan berduka. Bagaimana ini siapa yang nolong kita, siapa yang kita hubungi. Yang kita lawan itu adalah Jendral apa iya begitu," ujar dia.
Sangga menjalin komunikasi dengan Kamaruddin Simanjuntak via sambungan telepon. Saat itu, Kamaruddin Simanjuntak bertanya-tanya lebih jauh latar belakang korban.
"Jadi saya hubungi pak Kamaruddin dan bapak itu menyahut keluarga korban ini siapa mu, ibu korban adalah sepupu saya tulang, oke tinggalkan semua kegiatan mu pergi ke rumah duka, sejauh mana engkau tempat mu ke rumah duka. Sekitar 300 atau 1 km lah 10 menit nyampe, sudah tinggalkan," ujar dia.
Sangga bergegar ke kediaman orangtua Brigadir J. Adapun, orang pertama yang diberitahu adalah Rohani Simanjuntak
"Saya bilang sudah ada yang nolong kita dari Jakarta namanya Kamaruddin Simanjuntak seorang advokat jadi sampaikan lah kepada Rosti ibu Yoshua dan saat itu. Ibu Rosti menjerit terimakasih tuhan kemudian kami hubungi pak Kamaruddin dan Kamaruddin berbicara dengan saudara inti," ujar dia.