Mengenal Implementasi Project Based Learning pada Kurikulum Merdeka, Solusi Pendidikan Pascapandemi  

Project Based Learning dilakukan berdasarkan pengalaman/permasalahan yang nyata dan relevan dengan kehidupan siswa. Hal ini tidak dimiliki oleh project biasa.

oleh Gilar Ramdhani pada 26 Okt 2022, 10:02 WIB
Webinar Impact Talks bertajuk “Implementasi Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka sebagai Solusi Pendidikan Pascapandemi”.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 yang muncul awal 2020 lalu telah membuat sektor Pendidikan banyak mengalami perubahan. Tak hanya sementara, berbagai perubahan yang terjadi juga memicu transformasi pendidikan secara jangka panjang. Paling terlihat adalah penggunaan media digital dalam pembelajaran.

Menyikapi hal tersebut, Ruangguru bersama Kemenkominfo menyelenggarakan Webinar Impact Talks bertajuk “Implementasi Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka sebagai Solusi Pendidikan Pascapandemi”. Acara ini sekaligus menjadi rangkaian dari Road to Digital Transformation Expo (DTE) G20 Indonesia.

Dalam webinar yang berlangsung hari Sabtu (15/9) lalu itu membahas lebih detail mengenai Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka serta peran penting penerapan metode tersebut untuk mengatasi dampak learning loss pascapandemi.

Asal mula Kurikulum Merdeka

Mewakili Kemdikbudristek sebagai Koordinator Sub Pokja Transformasi Digital, Jatnika Hermawan menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka awalnya bermula dari kurikulum darurat yang dirumuskan di masa awal pandemi. Ketika itu, untuk meringankan kesulitan belajar selama pandemi, Kemdikbudristek mengambil langkah untuk menyederhanakan kurikulum dengan pengurangan 40–60%.

Setelah satu tahun berlangsung, ditemukan bahwa sekolah yang memilih menerapkan kurikulum darurat mencapai hasil belajar yang lebih baik dibanding sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Hasil baik inilah yang mendukung pemerintah untuk merumuskan Kurikulum Merdeka. Dengan Kurikulum Merdeka, guru memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada kualitas pembelajaran, bukan kuantitas.


Perbedaan antara Project dan Project Based Learning (PjBL)

Inti dari PjBL sendiri adalah student-centered learning, di mana guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran, melainkan fasilitator.

Hendi Pratama, Dosen & Coach Transformasi Pendidikan yang turut hadir sebagai pemateri dalam webinar tersebut  menjelaskan perbedaan antara project dan Project Based Learning dalam konteks pengajaran:

Project dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa, sedangkan PjBL memerlukan kolaborasi serta bimbingan dari guru.

Project berfokus pada hasil. Di sisi lain, PjBL berfokus pada proses. Hasil dari Project Based Learning sendiri tidak harus berupa barang atau produk, melainkan dapat berupa konsep, gagasan, proposal ide, hingga suatu teori baru.

PjBL dilakukan berdasarkan pengalaman/permasalahan yang nyata dan relevan dengan kehidupan siswa. Hal ini tidak dimiliki oleh project biasa.

Hendi melanjutkan, salah satu ide PjBL yang bisa diterapkan para guru misalnya mengajak siswa mengeksplorasi solusi untuk membujuk orang-orang yang merokok di tempat umum agar menggunakan tempat yang disediakan.


Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka

Webinar Impact Talks bertajuk “Implementasi Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka sebagai Solusi Pendidikan Pascapandemi”.

Dalam pemaparannya, Jatnika Hermawan menyebutkan tiga ciri dari Kurikulum Merdeka, yakni:

  • Esensial: Fokus pada materi esensial agar pembelajaran lebih mendalam dan interaktif.
  • Fleksibel: Sekolah memiliki kebebasan merancang kurikulum sesuai relevansi dan kondisi masing-masing sekolah.
  • Kaya: Disediakan perangkat ajar yang beragam bagi guru, mulai dari buku teks digital, perangkat asesmen yang terstandarisasi hingga platform Merdeka Mengajar yang memungkinkan guru untuk mengeksplorasi dan mengembangkan materi ajar.

Jatnika Hermawan melanjutkan bahwa Kurikulum Merdeka membantu membuat pengajaran menjadi lebih aplikatif dan interaktif. Penerapan Project Based Learning memperkuat Kurikulum Merdeka dengan adanya tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.

Hal ini juga diamini oleh Ignasius Ghele Radja sebagai narasumber guru dari SMPN 1 Ende yang menuturkan bahwa penerapan PjBL mendapat respon positif dari siswa-siswi yang diampunya karena mereka dapat terlibat langsung, tidak mudah bosan, serta lebih aktif dalam pembelajaran.

Pesan untuk Para Guru di Masa Pascapandemi

Menutup sesi webinar, Hendi Pratama berpesan kepada guru-guru Indonesia bahwa kini guru tidak hanya “menjual” ilmu, namun juga mengajarkan siswa untuk dapat menghadapi berbagai permasalahan. Ilmu yang diberikan oleh guru bukan lagi sebatas teori, tapi dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa. Dengan kata lain, guru berperan dalam menginspirasi dan memberikan pencerahan bagi siswa. Hal ini juga membuat penerapan Project Based Learning menjadi semakin esensial.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya