Liputan6.com, Jakarta Subvarian Omicron XBB yang telah terdeteksi di Indonesia menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi peningkatan kasus COVID-19. Terlebih, beberapa negara tetangga Indonesia seperti Singapura dan Filipina mengalami kenaikan kasus terkait adanya Omicron XBB.
Lantas, apakah menutup pintu masuk negara bisa menjadi solusi efektif meredam varian XBB masuk ke Indonesia? Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman menjelaskan, menutup pintu masuk negara bukanlah solusi efektif.
Advertisement
Upaya terpenting yang harus dilakukan adalah memperkuat sistem kesehatan, baik dari deteksi dini maupun surveilans. Penatalaksanaan kasus isolasi dan perawatan (treatment) harus dilakukan sebaik mungkin.
"Terkait adanya kenaikan kasus COVID-19 di Singapura dan bahkan terjadi peningkatan k itu bukan solusi efektif," jelas Dicky dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Rabu (26/10/2022).
"Yang harus diperkuat adalah sistem kesehatan. Jadi deteksi dini ya surveilans ya. Kemudian juga mekanisme penatalaksanaan kasus isolasi, karantina, dan, treatment, ditambah vaksinasi booster. Itu menjadi kunci dalam keberhasilan kita merendam kedatangan atau potensi lonjakan lasus dari varian baru ini."
Walaupun varian XBB baru -baru ini muncul, Dicky melihat pola penyebaran 'anakan' Omicron terbilang cepat. Penyebaran pun sudah lebih dari 17 negara di dunia.
"Ya 99 persen kita sudah melihat kasusnya. Saat ini, di seputaran saya juga sudah banyak kelihatan sekali ya bahwa potensinya (penyebaran) sudah semakin besar," pungkasnya.
Akses ke Layanan Vaksinasi Booster
Upaya menggencarkan vaksinasi booster, menurut Dicky Budiman harus menerapkan manajemen risiko yang baik. Akses yang mudah ke fasilitas kesehatan (faskes) atau sentra vaksinasi dan ketersediaan stok vaksin COVID-19 harus dapat dijamin.
"Ketika Pemerintah harus menggencarkan vaksinasi booster, tapi di sisi lain juga belum menerapkan manajemen risiko yang baik. Kita mengharapkan masyarakat mengikuti anjuran booster, maka akses dan ketersediaan vaksin terhadap program vaksinasi harus kuat dan ada," terangnya.
"Ini yang saya kembali tekankan, itu masih kurang sekali."
Cakupan vaksinasi booster atau dosis ketiga masyarakat pun masih belum menunjukkan peningkatan yang tajam. Dari data Vaksinasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI per 25 Oktober 2022 pukul 05.22 WIB, cakupan booster di angka 64,8 juta suntik (27,64 persen).
"Ini berbahaya karena bisa jadi 'boomerang' untuk kita semua. Yang sekarang kita hadapi, varian-varian baru COVID-19 semakin efektif menurunkan efikasi antibodi. Sehingga orang rawan (kelompok rentan) seperti lansia dan orang yang punya komorbid masih bisa meningkatkan risiko masuk rumah sakit dan fatalitas atau kematian," imbuh Dicky.
Advertisement
Gelombang Infeksi XBB di Singapura
Pada 23 Oktober 2022, Singapore Health Minister, Ong Ye Kung mengatakan, bahwa gelombang infeksi COVID-19 yang sedang berlangsung akibat kemunculan subvarian XBB. Diperkirakan dapat mencapai puncaknya lebih awal dari pertengahan November 2022.
Subvarian XBB Omicron atau dikenal sebagai BA.2.10, saat ini menjadi penyebab dominan infeksi COVID-19 di Singapura, menurut Ministry of Health (MOH) pada 15 Oktober 2022.
MOH telah mendesak lansia dan orang-orang dengan gangguan kekebalan untuk terus mengenakan masker di lingkungan dalam ruangan yang ramai. Masyarakat juga tidak boleh pergi ke unit gawat darurat rumah sakit, kecuali jika mereka memiliki kondisi serius.
Pada Selasa pekan lalu, Singapura mencatat 11.934 infeksi COVID-19 baru, lebih dari dua kali lipat dari 5.196 kasus baru sehari sebelumnya, dikutip dari Business Times dalam artikel berjudul, 2,994 new Covid-19 cases in Singapore, figure set to pass 10,000 after long weekend yang tayang pada 26 Oktober 2022.
Sementara itu, tercatat 2.994 infeksi COVID-19 baru pada Selasa (25 Oktober 2022). Jumlah kasus yang lebih rendah dapat disebabkan banyak orang menunda pergi ke dokter selepas akhir pekan yang panjang.
President of the Asia Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection, Professor Paul Tambyah memperkirakan angka kasus hari Rabu (26/10/2022) berada di isaran 11.000 hingga 12.000.
“Jumlah kasus Rabu mungkin sedikit lebih tinggi karena limpahan dari akhir pekan panjang,” jelasnya.
Teridentifikasi di 26 Negara
Mengutip Fortune pada 24 Oktober 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa COVID-19 varian XBB telah teridentifikasi di 26 negara.
Walau begitu, WHO tidak merinci secara keseluruhan 26 negara yang mendeteksi varian XBB. Namun, tingkat kasus telah meningkat di Singapura bulan ini meski populasi yang sudah divaksinasi cukup tinggi. Demikian juga kondisi serupa di Bangladesh.
Adapun peningkatan kasus varian XBB di negara lain, termasuk Kanada, Inggris, dan India, menurut data dari GISAID, sebuah organisasi penelitian internasional yang melacak COVID-19.
Data GISAID menunjukkan konsentrasi COVID-19 varian XBB terbesar selama 30 hari terakhir berada di Singapura, diikuti oleh India, Bangladesh, Amerika Serikat, Australia, dan Denmark.
Sementara XBB juga tampaknya menyebar lebih aktif daripada varian Omicron lainnya, belum diketahui apakah varian tersebut dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada jenis lainnya, tambah laporan itu
Advertisement