Indonesia Terlalu Bergantung ke Batu Bara

Penggunaan batu bara menimbulkan risiko finansial yang cukup besar. Salah satunya yang terjadi dengan PLN.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Okt 2022, 18:10 WIB
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor produk pertambangan dan lainnya pada September 2021 mencapai USD 3,77 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Energi yang menggunakan sumber batu bara mendominasi di Indonesia. Hal ini membuat transisi energi di Indonesia menjadi sangat berat untuk dijalankan. 

Peneliti Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Akbar Fadzkurrahman menjelaskan, ketergantungan Indonesia dengan energi batu bara mendapatkan pandangan yang tidak baik dari investor atau kreditor terutama dilihat dari aspek pembangunan berkelanjutan.

“Pembangkit listrik yang di Indonesia punya ketergantungan dengan batu bara, dengan penggunaan ini ada konsekuensinya yaitu yang bisa lihat ada sosial dan ada lingkungan sebagai konsekuen yang tidak berkelanjutan,” ujar Akbar, di Hotel Ashley, Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Selain itu, penggunaan batu bara juga menimbulkan risiko finansial yang cukup besar. Ia pun mencontohkan dengan pembangkit listrik PLN. Volatilitas harga batu bara di pasar internasional membuat PLN bergantung pada subsidi yang dianggarkan mencapai Rp 56,4 triliun pada tahun 2022.

“PLN memiliki beban lain berupa kontrak jual beli tenaga listrik dengan produsen tenaga listrik swasta dengan PLN yang menggunakan skema take or pay. Padahal IPP yang ada sebagian besar merupakan pebasket listrik dengan tenaga batubara,” terang dia.

Dari kondisi tersebut, terdapat potensi kerugian yang dapat berdampak pada pemangku kepentingan, salah satunya adalah pemegang obligasi (surat utang).

“Sayangnya, komitmen pemerintah untuk membantu PLN apabila terjadi kesulitan likuiditas, sebagai pemegang obligasi tidak menyadari adanya risiko ini,” tutur Akbar.


Dunia Terapkan Konsep Berkelanjutan di 2030, Tambang Batu Bara Diminta Siap-Siap

Alat berat (kanan) digunakan untuk memuat batu bara ke truk di Pelabuhan Karya Citra Nusantara (KCN) Marunda, Jakarta, 17 Januari 2022. Indonesia melonggarkan larangan ekspor batu bara. (ADEK BERRY/AFP)

Sebelumnya, PT Sucofindo mengajak para mitra pelanggan dan pelaku bisnis pertambangan batu bara untuk mengimplementasikan kegiatan pertambangan yang baik dan berkelanjutan (good mining practice).

Direktur Utama PT Sucofindo Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan implementasi good mining practice juga selaras dengan langkah strategis Holding BUMN Jasa Survei atau ID Survey, di mana PT Sucofindo sebagai salah satu anggota, yaitu fokus mewujudkan tata kelola pertambangan yang baik.

“Tentu saja hal ini memberikan kontribusi terhadap Sustainability Development Goals (SDGs), yang terkait dengan Responsible Consumption, di mana tahun 2030 diharapkan pengelolaan hasil alam yang berkelanjutan dan efisien secara global,” kata Mas Wigrantoro saat berbicara pada Coaltrans 2022 di Nusa Dua, Bali, dikutip dari Antara, Rabu (28/9/2022).

Mas Wigrantoro mengatakan bentuk dukungan Sucofindo terhadap good mining Practice pada sektor batu bara adalah dengan memberikan inovasi yang mengutamakan aspek Green Mining.

"Inovasi ini dapat memberikan dampak keberlanjutan pada sektor pertambangan batu bara. Selain itu, layanan ini untuk mendukung penerapan tata kelola pertambangan dan untuk mendorong penurunan emisi karbon dan optimalisasi penggunaan energi baru terbarukan (EBT) di sektor energi," ujarnya.

Layanan Sucofindo terkait hal tersebut, diantaranya adalah sertifikasi ISO 50001:2018 terkait Sistem Manajemen Energi, Lembaga Sertifikasi Produk untuk Produk Hemat Energi (seperti lampu, AC), dan Audit Energi. Termasuk pada industri pertambangan, Sucofindo memberikan layanan terkait Verifikasi Tata Kelola Pertambangan.

 


Kompetensi

Selain itu, BUMN ini memiliki kompetensi bidang Testing, Inspection, and Certification (TIC) di bidang lingkungan, yang dibutuhkan oleh sektor pertambangan mineral dan batubara.

Antara lain validasi dan verifikasi gas rumah kaca, penyediaan Sistem Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus dan Dalam Jaringan (Sparing), Online Monitoring Lingkungan (Onlimo), remediasi, pengelolaan air asam tambang dan verifikasi program mitigasi pengurangan emisi berbasis ISO 14065 dan jasa-jasa lainnya.

“Untuk membantu pelaku usaha dalam menjaga kelestarian lingkungan, kami menyediakan layanan monitoring selama proses penambangan dan pascatambang, serta konsultansi reklamasi pascatambang,” jelas Mas Wigrantoro.

Layanan jasa inspeksi industri pertambangan mineral dan batubara, dilengkapi dengan laboratorium uji terkini serta peralatan yang mumpuni bagi semua pelaku bisnis pertambangan batu bara seperti produsen, buyer, shipper, fasilitator pertambangan, surveyor, pemerintah, serta stakeholder lainnya di sektor minerba.

"Selain itu, peningkatan kapasitas dan kapabilitas peralatan operasional di laboratorium Sucofindo dapat dimanfaatkan oleh industri pertambangan seperti pesawat tanpa awak (UAV) untuk pemetaan wilayah,” jelas Mas Wigrantoro. 

Infografis Ragam Tanggapan Bengkaknya Subsidi BBM, Listrik hingga Elpiji. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya