Diplomat Top China Puji Kemesraan Rusia-RRC

Diplomat top China di Rusia memuji relasi dengan Rusia yang makin kuat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 27 Okt 2022, 11:22 WIB
Xi Jinping dan Vladimir Putin bertemu. (AFP)

Liputan6.com, Moskow - Diplomat top China yang bertugas di Rusia memberikan pujian tinggi terhadap hubungan Tiongkok dan Rusia. Kepercayaan politik kedua negara dinilai semakin mendalam.

Sentimen itu diungkap oleh Charge d'Affaires China di Rusia, Sun Weidong.

"Relasi China-Rusia telah bergerak menuju era baru perkembangan yang cepat selama 10 tahun terakhir. Pada zaman kooperasi dan kemitraan strategis komprehensif ini, kami tak hanya mampu mempertahankan level tinggi (kerja sama) di bawah tuntunan kepala negara kami, tetapi juga memperdalamnya," ujar Sun Weidong, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Kamis (27/10/2022).

"Level kepercayaan politik di antara negara kita leih tinggi dari sebelum-sebelumnya," lanjut Sun Weidong.

Ia juga mencatat bahwa Beijing dan Moskow secara persisten menggenjot interaksi ekonomi, dagang, serta budaya. Pihak China turut mengapresiasi dukungan Rusia kepada China terkait isu Taiwan dan pelanggaran HAM Xinjiang.

Sementara, China menyebut telah bersikap "secara objektif" terkait invasi Rusia di Ukraina.

"Negara kita selalu mendukung satu sama lain dalam berbagai isu terkait kepentingan mereka, secara erat berkooperasi di panggung internasional. Rusia telah mengadvokasi posisi-posisi China pada sejumlah isu terkait Taiwan, Hong Kong, dan Xinjiang. China pada gilirannya telah secara objektif dan imparsial menilai masalah-masalah yang Rusia hadapi terkait Ukraina," ujar Sun Weidong.

Diplomat China itu tidak secara eksplisit menyebut China membela Rusia, tetapi ia berkata China bersikap kritis pada kebijakan unilateral dan hegemoni Barat yang disebut menjadi penyebab krisis.

Selain hubungan diplomasi, Sun Weidong memuji kerja sama infrastruktur Rusia-China dalam hal energi nuklir, pesawat, mesin roket, hingga navigasi satelit. Pembayaran antara kedua negara juga dilakukan dengan mata uang nasional. Ia yakin hubungan kedua negara akan terus awet.

"Hubungan-hubungan ini tanpa diragukan lagi stabil dan mengarah pada masa depan," ujar diplomat China itu.


Rusia Gelar Latihan Nuklir Tahunan

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022 di Stadion Olimpiade, Beijing, Jumat (4/2/2022). Selain menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin, Putin juga melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping. (AP Photo/Sue Ogrocki)

Rusia telah memberi tahu Amerika Serikat bahwa latihan nuklir tahunannya telah dimulai, dan akan mencakup peluncuran rudal berkemampuan nuklir mulai Rabu 26 Oktober 2022, menurut dua pejabat AS.

Latihan tahunan ini digambarkan oleh para pejabat AS sebagai agenda "rutin", yang semakin memperjelas retorika Rusia soal peningkatan penggunaan senjata nuklir di Ukraina, dikutip dari cbsnews.com, Rabu (26/10).

Latihan nuklir bernama "Grom" atau bermakna Guntur ini, melibatkan manuver skala besar kekuatan nuklir strategis, termasuk peluncuran rudal langsung, kata seorang pejabat senior militer awal bulan ini.

"Rusia mematuhi kewajiban pengendalian senjata dan komitmen transparansinya dengan membuat pemberitahuan itu,” kata sekretaris pers Pentagon Brig.

Jenderal Patrick Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa AS telah diberitahu tentang latihan tahunan tersebut.

Latihan Rusia itu bertepatan dengan latihan nuklir NATO bernama "Steadfast Noon."

Latihan NATO tahun ini diselenggarakan oleh Belgia, berlangsung dari 17 Oktober hingga 30 Oktober 2022 dan melibatkan 14 negara.

Mesin pembawa bom jarak jauh B-52 AS ikut dalam latihan itu, terbang dari Pangkalan Udara Minot di Dakota Utara. Latihan ini juga mencakup jet tempur generasi keempat dan kelima, tetapi tidak ada senjata langsung yang akan digunakan.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan awal bulan ini bahwa latihan NATO dimaksudkan untuk memastikan kemampuan pencegahan nuklir NATO "tetap aman, terjamin dan efektif."

Stoltenberg mengatakan, NATO akan "memantau" latihan Rusia dan "akan tetap waspada paling tidak mengingat ancaman nuklir terselubung dan retorika nuklir berbahaya yang telah kita lihat dari pihak Rusia."

Terakhir kali Rusia mengadakan latihan nuklir pada Februari 2022, tepat sebelum invasinya ke Ukraina.


AS Tolak Klaim Rusia yang Tuduh Ukraina Sebarkan Radioaktif

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba untuk upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022 di Stadion Olimpiade, Beijing, Jumat (4/2/2022). Selain menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin, Putin juga melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping. (Carl Court/Pool Photo via AP)

Amerika Serikat mengatakan pihaknya menolak klaim bahwa Ukraina bersiap meledakkan sebuah bom kotor.

Rusia berkukuh atas tuduhannya bahwa Ukraina mungkin tengah bersiap meledakkan apa yang disebut sebagai bom kotor, yang menyebarkan bahan radioaktif, meskipun Ukraina, AS, Inggris dan Prancis telah membantah klaim tersebut.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada Senin (24/10) mengatakan AS “khawatir tuduhan palsu ini dapat digunakan sebagai dalih Rusia untuk eskalasi lebih lanjut. Dan kami telah dengan jelas mengutarakan kekhawatiran tersebut.”

Lebih lanjut, militer Rusia mengatakan pihaknya telah menyiapkan pasukan untuk menghadapi kemungkinan penggunaan bom kotor oleh Ukraina dalam sebuah serangan yang nantinya akan mengambinghitamkan Rusia. Klaim itu juga telah ditolak keras oleh AS dan sekutunya, dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (26/10).

Ukraina telah menolak klaim Moskow sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari rencana Rusia sendiri untuk meledakkan bom kotor. Sekutu-sekutu Ukraina juga menolak klaim Rusia yang dianggap “terang-terangan keliru.”


Perang Rusia Vs Ukraina Makin Buruk, Menko Luhut Minta Warga Bersiap

Perempuan lansia mendorong alat bantu jalan yang penuh dengan botol plastik setelah diisi ulang ke dalam tangki, di pusat kota Mykolaiv, Ukraina, Senin (24/10/2022). Sejak pertengahan April warga Mykolaiv telah hidup tanpa pasokan air minum. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Perang antara Rusia dengan Ukraina sudah berlangsung hampir 250 hari dan belum ada tanda-tanda berakhir sampai saat ini. Dampak perang tersebut sudah menjalar ke seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. 

Invasi yang dilakukan Rusia pada Ukraina pada Februari 2022 telah mendorong kenaikan harga energi dan pangan dunia. Saat ini, beberapa negara sudah mengalami krisis energi dan pangan.

"Seiring pecah perang Rusia dan Ukraina yang membuat harga energi menjadi tinggi dan tidak menentu," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam rangkaian acara G20 yang diselenggarakan Himpuni di IPB International Convention Center Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/10/2022).

Luhut mengaku mendapatkan banyak informasi dari situasi terkini di Ukraina. Katanya situasi di sana semakin sensitif. Apapun bisa terjadi karena situasi yang kian memburuk.

"Kita tidak bisa tahu apa yang terjadi karena kedannya cukup sensitif saat ini di sana," kata dia.

Maka, dia pun meminta semua pihak bersiap dengan berbagai kemungkinan buruk yang bakal terjadi. Presiden Joko Widodo pun sudah sering mengingatkan agar semua masyarakat bersiap.

Luhut berharap semua pihak bisa mempersiapkan diri dari kondisi buruk yang akan terjadi. Sehigga bila tiba saatnya nanti dampak buruk dari perang Rusia dengan Ukraina bisa makin diminimalisir dampaknya ke Indonesia,

"Saya ingatkan juga, anything good happen. Oleh karena itu kita harus melakukan langkah-langkah terbaik agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," pungkas Luhut Binsar Pandjaitan.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya