Kebanyakan Pasien Gagal Ginjal Akut Berada di Stadium 3, Produksi Urine Terhenti

Sebanyak 61 persen pasien gagal ginjal akut di Tanah Air sudah berada pada stadium berat atau stadium 3.

oleh Diviya Agatha diperbarui 27 Okt 2022, 14:00 WIB
Sakit gangguan ginjal akut pada anak. (pexels.com/Victoria Akvarel)

Liputan6.com, Jakarta - Anuria atau terhentinya produksi urine menjadi salah satu gejala khas dari gagal ginjal akut. Bila sudah memasuki fase ini, dapat dikatakan bahwa anak berada pada stadium berat atau stadium 3.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa kebanyakan pasien gagal ginjal akut sendiri sudah berada pada stadium berat. Artinya, anak sudah tidak lagi memproduksi urine sama sekali.

"Ada stadium yang kita dapatkan pada pasien, yang terbanyak memang stadium 3 itu 61 persen. Inilah yang stadium 3 terjadinya anuria, tidak keluar urine sama sekali karena ginjalnya sudah gagal melakukan metabolisme," kata Syahril dalam konferensi pers, Kamis (27/10/2022).

Selanjutnya, sekitar 11 persen anak berada pada stadium 1. Serta, 7 persen yang berada pada stadium 2, dan sisanya sebanyak 20 persen belum teridentifikasi berada pada stadium mana.

Syahril menjelaskan, dari data yang ada, setidaknya 143 anak atau sekitar 53 persen mengalami gejala anuria. Serta, 58 anak atau 22 persen mengalami gejala oliguria, dan 68 anak atau sekitar 25 persen tidak mengalami anuria maupun oliguria.

"Kalau dia sudah sama sekali tidak buang air kecil disebut dengan anuri. Ini berarti stadiumnya sudah stadium 3, stadium berat. Dari data yang ada itu 143 atau 53 persen itu dia anuri," kata Syahril.

Selain itu Syahril menjelaskan, sebelum munculnya gejala khas yang berkaitan dengan produksi urine, anak-anak ikut mengalami gejala prodromal selama 1-5 hari yang cukup beragam. Namun diantara semuanya, demam menjadi gejala yang paling banyak dialami.

"Di sini terlihat ada demam, nafsu makan turun, kemudian anaknya tidak begitu bergairah, ada diare, mual-mual, dan ada gangguan saluran pernapasan. Jadi ada dua gejalanya, yang khas dan gejala awalnya."


Mendatangkan Obat Antidotum dari 3 Negara

Ilustrasi Fomepizole. (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Menyoroti kasus gagal ginjal akut, Syahril menjelaskan bahwa pihak Kemenkes telah bekerja sama dengan berbagai pihak. Seperti dinas kesehatan, rumah sakit, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

"Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani gagal ginjal akut. Sebanyak 30 antidotum fomepizole ke Indonesia secara bertahap dari Singapura. 20 vial tiba pada tanggal 10 dan 18 Oktober dimana digunakan untuk pengobatan pasien yang ada di RSCM. 10 vial lagi akan datang pada hari ini," ujar Syahril.

Syahril menambahkan, selain 30 antidotum fomepizole yang didatangkan dari Singapura, Indonesia juga membeli antidotum dari Australia sebanyak 16 vial pada tanggal 22 Oktober dan sudah didistribusikan ke rumah sakit.

16 vial tersebut berada pada RSUP Dr M Djamil Padang, RSUD Dr Soetomo Surabaya, RSUP H Adam Malik Medan, dan RSUD Dr Zainoel Abidin Banda Aceh.

"Jadi 30 sudah sampai ke Indonesia dari Singapura, dan 16 dari Australia. Kemudian kami sampaikan juga insyaallah dalam waktu dekat, kita sudah mendapatkan kesanggupan obat antidotum fomepizole sebanyak 200 vial lagi yang akan didatangkan dari Jepang," kata Syahril.


Ada Tambahan 200 Vial dari Jepang

Gangguan Ginjal Akut Misterius. (unsplash.com/Myriam Zilles)

200 vial dari Jepang sendiri diperkirakan akan tiba pada minggu depan dan langsung didistribusikan pada rumah sakit pemerintah. Serta, ada tambahan sebanyak 70 vial Fomepizole yang didatangkan lagi dari Singapura.

"Mudah-mudahan pengadaan obat antidotum ini dapat mempercepat pengobatan sebagai penawar dari pasien-pasien gagal ginjal. Kami ingin tegaskan sekali lagi pada masyarakat, obat fomepizole ini sepenuhnya diberikan secara gratis," ujar Syahril.

Dalam kesempatan yang sama, Syahril pun memberikan perkembangan terkait kasus gagal ginjal akut di Tanah Air. Per 26 Oktober 2022, total kasus gagal ginjal akut sudah mencapai 269 anak.

Dari 269 kasus gagal ginjal akut, terdapat 73 anak yang masih dalam proses perawatan. Serta, 157 anak meninggal dunia dan 39 anak dinyatakan sembuh.

"Pada tanggal 24 Oktober, ada 241 kasus, sehingga ada kenaikan 18 kasus. Namun kami ingin sampaikan, dari 18 kasus ini yang betul-betul baru setelah tanggal 24 atau setelah edaran dari Kementerian Kesehatan untuk melarang obat sirup itu hanya 3 kasus," kata Syahril.


Penambahan Kasus Gagal Ginjal Akut

Ilustrasi Gejala Penyakit Gagal Ginjal Credit: pexels.com/Anna

Syahril menjelaskan, dari tambahan kasus tersebut, sebenarnya hanya ada 3 kasus yang benar-benar merupakan kasus baru. Kasus baru ini muncul setelah adanya larangan konsumsi obat sirup.

"Sementara yang 15 adalah kasus yang baru dilaporkan, yang terjadi pada akhir September sampai pertengahan Oktober. Jadi yang betul-betul penambahan 3 kasus."

Syahril mengungkapkan bahwa 269 kasus gagal ginjal akut tersebut dilaporkan dari 27 provinsi di Indonesia. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus gagal ginjal akut tertinggi yakni sebanyak 57 anak.

Disusul dengan Jawa Barat sebanyak 36 kasus, dan Aceh dengan 30 kasus.

Infografis Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius, Penyebab Kematian & Antisipasi (Liputan6/com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya