Olahraga Angkat Beban Menghambat Pertumbuhan Seseorang, Mitos atau Fakta?

Sebagian orang masih belum paham terkait olahraga angkat beban yang mana dikatakan bisa menghambat pertumbuhan tubuh. Apakah benar? Simak artikel berikut.

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 27 Okt 2022, 17:02 WIB
Foto: Lelaki sedang latihan angkat beban di gym demi membentuk massa otot (unsplash/VictorFreitas)

Liputan6.com, Jakarta - Penting bagi kita untuk mementingkan kesehatan tubuh dengan perbanyak olahraga. Tak heran, maraknya tren olahraga ini terus bermunculan.

Olahraga angkat beban menjadi salah satu pilihan olahraga favorit untuk menjaga kebugaran tubuh. Sebagian besar anak-anak mengikuti pelatihan olahraga sejak dini yang mana bagus untuk perkembangan fisik mereka.

Namun, popularitas ini juga ternodai dengan adanya anggapan bahwa angkat beban bisa memperhambatan perkembangan fisik tubuh. Apakah benar?

Faktanya, tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa angkat beban dapat menghambat pertumbuhan. Dilansir dari Healthline, Kamis (27/10/2022), kemungkinan besar mitos tersebut  berasal dari kecemasan anak-anak atau remaja.

Rob Raponi, seorang dokter dan ahli gizi olahraga, menjelaskan bahwa kesalahpahaman ini kemungkinan besar berasal dari fakta bahwa cedera pada lempeng pertumbuhan tulang yang belum intensif dapat menghambat pertumbuhan.

Ia juga menambahkan bahwa faktor utamanya adalah bobot yang terlalu berat dan kurangnya pengawasan.

Pada intinya, angkat besi atau angkat beban pada anak-anak di bawah 18 tahun aman bila diterapkan dengan benar, kata Chris Wolf, spesialis kedokteran olahraga.


Manfaat Angkat Beban untuk Anak-Anak dan Remaja

Debi Sagita (Sumber: Instagram/debisagita)

Jika olahraga angkat beban dilakukan dengan benar, maka banyak memberikan dampak positif. Dilansir dari Fitnessvolt, beberapa manfaatnya, antara lain:

1. Meningkatkan Kinerja Fisik

Selain membantu membangun kekuatan, latihan beban dapat membantu meningkatkan kinerja keterampilan motorik, meningkatkan kecepatan dan kekuatan, mengembangkan literasi fisik, mengurangi risiko cedera, dan rehabilitasi cedera.

2. Meningkatkan Kesehatan Secara Keseluruhan

Latihan kekuatan secara teratur dapat meningkatkan kebugaran kardiovaskular, komposisi tubuh, kepadatan mineral tulang, hingga sensitivitas insulin.

Pasalnya, menggabungkan latihan ketahanan dengan latihan aerobik dapat memiliki efek yang menguntungkan pada pengurangan lemak tubuh total di masa muda.

3. Manfaat Gaya Hidup

Pelatihan angkat beban sejak dini dapat membantu menjadikan latihan kekuatan sebagai bagian dari kebiasaan mereka. Sehingga dari hal tersebut dapat membantu mereka membangun kepercayaan diri, disiplin, ketahanan, dan ambisi yang kuat.

4. Rehabilitasi

Karena sebagian besar anak-anak sangat aktif, latihan pencegahan latihan resistensi dapat membantu menghindari cedera dengan menangani dan berfokus pada persendian yang biasanya berisiko mengalami cedera berlebihan.


RIsiko yang Terlibat

ilustrasi terapi patah tulang/pixabay

Kamu juga perlu mengetahui beberapa risiko jika anak-anak maupun remaja melakukan olahraga angkat beban.

  • Program pelatihan yang tidak memadai dapat menambah risiko cedera. Anak-anak dalam kelompok usia 8-15 tahun tak harus berlatih lebih dari tiga hari seminggu. Kesenjangan satu hari setelah latihan akan memungkinkan otot dan tulang mereka untuk beristirahat dan memulihkan diri.
  • Kontraksi eksplosif dari perlekatan otot-tendon selama bermain aktif, olahraga, atau mengangkat beban dapat meningkatkan risiko patah tulang.
  • Faktanya, kita harus paham atas waktu dalam berolahraga. Permasalahan yang sering terjadi dengan kepercayaan umum tentang angkat berat adalah bahwa mereka menganggap seseorang mengangkat beban sepanjang hari.

Namun, jika seseorang berlatih selama 45-60 menit, mereka mungkin akan menahan beban selama maksimal 15-20 menit, dengan asumsi mereka melakukan tiga set dari lima latihan yang berbeda.


Cara Melakukan Angkat Beban dengan Aman

Debi Sagita (Sumber: Instagram/debisagita)

Meskipun angkat beban tidak menghambat pertumbuhan, para pemula bisa dibilang memiliki risiko cedera yang lebih tinggi daripada atlet yang lebih berpengalaman. Berikut beberapa cara meminimalkan risiko cedera angkat beban, antara lain:

1. Menggunakan PT (Personal Trainer)

Menggunakan seorang pelatih dapat membantu mempersingkat waktu belajar latihan kalian. Walaupun banyak tutorial yang tersebar di berbagai platform, namun lebih efektif jika adanya pelatih yang memperhatikan secara langsung.

2. Fokus Membangun Fondasi

Tujuan pertama setelah memulai latihan ketahanan adalah menguasai gerakan dasar, seperti squat, deadlift, bench press, dan overhead press.

Fokus dalam membangun koneksi antara pikiran. Faktanya memang beban akan datang seiring waktu dan pengalaman. Namun, tetap fokus pada penguasaan gerakan yang fungsional.

3. Jangan terburu-buru

Banyak pemula ingin mengangkat beban lebih berat setiap pertemuan. Jika tidak, mereka berpikir bahwa tidak mengalami kemajuan.

Pasalnya, pada setiap pertemuan, kalian jangan terlalu berharap untuk menjadi lebih kuat atau lebih berotot. Fokus untuk tetapkan target pada diri sendiri.

Selain itu, cara-cara dasar lainnya yang harus diperhatikan, antara lain selalu melakukan pemanasan, perhatikan tempo, atur pernaPasan, batasi durasi latihan, dan lakukan pendinginan setelah selesai pertemuan.

Selain itu, jangan hanya fokus di satu bidang olahraga. Kalian bisa mencoba olahraga lain, seperti latihan aerobik (kardio), berlari, bersepeda, atau dengan alat elliptical trainer agar kesehatan jantung dan metabolisme energi tetap seimbang.

Banner Infografis 5 Cara Cegah Covid-19 Saat Berolahraga di Gym. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya