Liputan6.com, Jakarta Desakan agar pengurus PSSI segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) terus terdengar. Semua ini muncul karena tragedi Kanjuruhan yang menelan 135 korban jiwa dan juga hasil rekomendasi dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta.
Dua klub anggota PSSI, yakni Persis Solo dan Persebaya Surabaya sudah menginisiasi agar KLB dipercepat. Mereka sepakat bahwa PSSI dianggap gagal dalam menjalankan perannya sebagai federasi sepak bola nasional dalam Tragedi Kanjuruhan.
Advertisement
Sejarah mencatat bahwa PSSI telah menggelar KLB belasan kali. Namun, perubahan yang diinginkan nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan, kerap KLB hanya untuk menjadi panggung perebutan demi kepentingan politik dan menaikan popularitas.
Contoh paling buruk terjadi pada KLB 9 Juli 2011. Terpilihnya Djohar Arifin sebagai ketua umum PSSI untuk menggantikan Nurdin Halid malah memunculkan dualisme, bahkan hingga munculnya dua kompetisi.
Pesimisme senada dilontarkan oleh Saiful Arifin, salah seorang suporter Arema mengatakan bahwa penyelenggaraan KLB saat ini belum tepat karena berdasarkan pengalaman sebelumnya bahwa KLB kerap menjadi tempat bagi kepentingan politik antara dua kubu yang berseberangan.
"Kalau menurut saya tidak perlu ada KLB. Toh KLB pasti ditunggangi oleh mereka yang tidak sejalan dan tidak sepaham dengan pengurus PSSI Sekarang,” kata Saiful seperti keterangan tertulis yang diterima media.
“Dan ini adalah alat untuk menjatuhkan atau melengserkan Ketum PSSI sekarang. KLB tidak menyelesaikan masalah, stop KLB!” dia menambahkan.
Ada Prestasi
Hal senada juga diungkapkan oleh penggemar sepak bola asal Bandung, Gilang Rifaldi. Ia menyatakan bahwa PSSI di bawah kepemimpinan Iwan Bule telah menorehkan prestasi yang harus menjadi salah satu poin yang harus diperhatikan sebelum terjadinya KLB.
“Selain tuntuntan TGIPF secara moral, urgensi KLB ini seperti apa? Berbanding objektif yang ada, bagaimana value semua indikator? Prestasi Timnas senior, junior, putri? Liga Indonesia 1, 2, 3? Apakah negatif?” ujar Gilang,
PSSI di era kepemimpinan Mochamad Iriawan alias Iwan Bule bagaimanapun sudah menorehkan beberapa prestasi. Dia sudah memilih Shin Tae-Yong yang terbukti membawa kualitas timnas Indonesia lebih mumpuni dengan meloloskan timnas U-20 dan senior ke Piala Asia.
Shin Tae-Yong membuktikan kelasnya sebagai pelatih kelas dunia. Pada Piala Dunia 2018, STY menjadi otak dibalik keberhasilan Korea Selatan mengalahkan Jerman 2-0 sehingga membuat Der Panzer tersingkir lebih cepat.
Advertisement
Berlanjut
Ditemui disela-sela pertemuannya dengan Mensesneg yang terjadi pada Rabu 26 Oktober 2022 Iwan Bule mengatakan bahwa melalui Mensesneg Pratikno, pemerintah menginginkan dilanjutkannya Transformasi Sepak bola Indonesia. "Kemudian, Ya. Memperbaiki sepak bola nasional ke depannya, itu saja," kata Iwan Bule.
PSSI sudah membentuk tim transformasi dengan FIFA. Kolaborasi ini sudah dimulai sejak FIFA pun setuju untuk berkantor di Jakarta untuk membenahi kekurangan di sepak bola Indonesia.
"Mereka sudah ada di kita, sudah ada di PSSI. Besok tangga; 29 Oktober 2022 Kemenpora, Kemenkes, Kemendagri, KONI, Kepolisian, FIFA, AFC, dan juga PSSI akan berkantor untuk persiapan Piala Dunia U-20," kata Iwan.