Liputan6.com, Jakarta - Paris Baguette, jaringan toko roti global asal Korea Selatan milik SPC Group belakangan ramai diperbincangkan karena insiden boikot warga lokal. Paris Baguette diboikot setelah seorang pekerja di pabrik Pyeongtaek mengalami kecelakaan kerja secara fatal dan meninggal karena terseret mesin pencampur saus.
Tubuh korban baru ditemukan keesokan pagi oleh rekan kerjanya. Bukannya berduka, pihak pabrik langsung memerintahkan karyawan lain kembali bekerja setelah penemuan jasad rekan kerja mereka.
Baca Juga
Advertisement
Terungkap bahwa pabrik terus mengoperasikan dua mesin di lokasi kecelakaan sehari setelah karyawan tersebut tewas. Insiden itu menambah panjang masalah di pabrik tersebut. Seorang karyawan seminggu sebelumnya mengalami kecelakaan, yakni tangannya tersangkut di mesin lini produksi lain. Karena berstatus pegawai tidak tetap, pabrik tak membawanya ke rumah sakit.
Untuk mengutuk praktik perburuhan SPC, sekelompok serikat pekerja dan anggota masyarakat umum menggelar upacara peringatan di depan kantor pusat perusahaan. Mereka juga menggelar protes satu orang di depan 1.000 toko Paris Baguette, Kamis, 27 Oktober 2022. Diketahui waralaba toko memiliki lebih dari 3.400 cabang di Korea Selatan.
"Perusahaan terus meremehkan keselamatan dan kesehatan pekerja," kata Yim Min-gyung, anggota Asosiasi Pekerja Wanita Korea, yang mengambil bagian dalam aksi kolektif, dikutip dari The Korean Times, Jumat (28/10/2022).
Menurut laporan, sekitar 50 persen wanita pembuat roti yang hamil saat bekerja di SPC mengalami keguguran karena bekerja berlebihan. Min Gyung mengatakan perusahaan merugikan pekerja yang mengajukan keberatan dengan menolak izin cuti mereka. Berbagai serikat pekerja Korea Selatan telah mengutuk perusahaan tersebut karena sejarah masalah keselamatan dan serikat pekerja.
Permintaan Maaf
Untuk meredakan kemarahan warga, CEO SPC Huh Young In selaku perusahaan induk Paris Baguette di Korea Selatan, meminta maaf secara terbuka kepada warga. Ia menyatakan bertanggung jawab penuh atas insiden tersebut.
"Saya bertanggung jawab penuh atas kecelakaan ini dan pantas mendapat kritik dari publik. Saya ingin meminta maaf kepada para pekerja pabrik yang bekerja di dekat korban. Perusahaan seharusnya memahami trauma dan kesedihan mereka dan seharusnya lebih perhatian," dikutip dari Koreanboo, Kamis, 27 Oktober 2022.
Terlepas dari permintaan maaf, warga Korea terlanjur memboikot Paris Baguette dan perusahaan induknya, merek afiliasi SPC. SPC merupakan rumah bagi beberapa waralaba restoran domestik paling terkenal di Korea dan merupakan pemegang hak dari beberapa merek internasional paling terkenal di dunia seperti Baskin Robbins dan Shake Shack.
Dari laporan berita, boikot Paris Baguette sudah membuahkan hasil. Seorang karyawan Paris Baguette mengklaim bahwa beberapa toko SPC mengalami penurunan bisnis hingga 30 persen sejak boikot. "Memang benar penjualannya menurun. Di tempat-tempat yang sangat terpengaruh, saya mendengar penjualan turun hingga 30 persen," sebut karyawan itu.
Advertisement
Ramai di Twitter
Warganet juga membagikan anekdot melihat toko Baguette Paris yang kosong. Menurut salah satu akun viral, sebuah toko Baguette Paris telah kehilangan 75 persen pelanggannya. "Saya mengunjungi seorang teman yang bekerja di Paris Baguette, dan menurut mereka, mereka tidak bisa berbuat banyak karena toko tersebut telah kehilangan 75 persen pelanggannya," tulis seorang warganet.
"Menurut teman saya, ada beberapa yang datang untuk membeli kue, tetapi hampir tidak ada yang masuk untuk membeli roti. Toko biasanya menjual roti mereka pada akhir malam, tapi sekarang jumlah roti yang mereka habiskan telah naik lima kali lipat," kata yang lain.
Kecaman akan tindakan perusahaan terus berlangsung. Warganet tampak marah dengan berbagai komentarnya di twitter. "Secara moral, pikirkan saja tentang roti berlumuran darah, dan kamu tidak akan pernah pergi ke sana," komentar warganet.
"Baru saja, ibuku menawarkan makan roti untuk makan siang, tetapi karena hanya ada Paris Baguette di dekat rumahku, aku hanya makan kue kenari," tulis yang lain. "Boikot adalah pertempuran jangka panjang. Mari kita lanjutkan hingga akhir tahun. Saya tahu musim liburan tahun ini akan sulit, tetapi mari kita coba," kata yang lain.
"Setelah bekerja, saya biasanya pergi ke Tous Le Jours (pesaing Paris Baguette), tetapi hari-hari ini mereka kehabisan roti. Biasanya, mereka memiliki banyak roti, tetapi sejak boikot, mereka memiliki lebih banyak pelanggan," komentar warganet lainnya.
Tentang Paris Baguette
Setelah kejadian, belum ada perkembangan lain mengenai kasus boikot warga Korea Selatan. Paris Baguette merupakan jaringan toko roti global yang dimiliki oleh SPC Group.
Gerai itu berada di bawah anak perusahaan Shani Co., Ltd. yang didirikan pada 1986. Mereka membuka Paris Baguette pertama di Gwanghwamun, Seoul, dan toko roti kelas atas pertama 'Paris Croissant' di Itaewon pada tahun berikutnya, dan perusahaan nama berubah menjadi sama dengan nama merek.
Pada 1988, merek waralaba, Paris Baguette tumbuh menjadi toko roti nomor satu di Korsel pada 2004, bercabang ke anak perusahaan lokal di Amerika Serikat, Vietnam, Singapura, dan lainnya. Dengan mendirikan Paris Baguette, ia telah menjadi perusahaan global.
Pada 1988, Paris Croissant meluncurkan Paris Baguette, merek waralaba kafe roti yang populer. Pada Mei 2022, jaringan tersebut memiliki lebih dari 3.600 toko ritel di Korea Selatan dan 99 toko di Amerika Serikat. Paris Baguette terhitung telah meluncurkan hampir 185 toko ritel di China, Vietnam, Singapura, dan Prancis. Di Indonesia, gerai Paris Baguette dibuka pertama kali pada November 2021.
Advertisement