Liputan6.com, Bandung - Sejumlah komunitas pecinta kebaya tengah gencar melaksanakan kampanye 'Kebaya Goes to UNESCO'. Kampanye tersebut tentunya dilakukan sebagai bentuk kebanggan warga Indonesia terhadap kebaya untuk masuk sebagai warisan budaya tak benda di organisasi UNESCO.
Baca Juga
Advertisement
Untuk mendapatkan pengakuan dari UNESCO tidaklah mudah karena ada beberapa proses yang harus diikuti agar bisa diakui.
Dilansir dari situs tradisikebaya.id, ada beberapa langkah untuk memperoleh pengakuan kebaya sebagai warisan budaya. Salah satunya dengan mengajak masyarakat Indonesia khususnya para perempuan dalam turut berperan.
Untuk mendukung kampanye Kebaya Goes to UNSECO, ada beberapa hal yang dapat diikuti seperti dikutip dari akun Instagram @kebayagoestounesco yaitu dengan mengunggah foto menggunakan kebaya di Instagram pribadi.
“Gimana sih caranya kalau mau ikut mendukung gerakan Kebaya goes to Unesco? Buat perorangan upload foto berkebaya di akun IG masing2, follow akun IG @kebayagoestounesco, Di caption cantumkan hastag #KebayagoestoUnesco lalu mention @kebayagoestounesco,” tulis keterangan akun tersebut.
Tidak hanya untuk perorangan, cara serupa pun bisa dilakukan oleh komunitas dengan cara diunggah di akun Instagram masing-masing komunitas. Kemudian juga pakaian kebaya bisa menggunakan model-model mulai dari bukaan depan, kutubaru, kartini, hingga encim.
Atasan kebaya tersebut juga dapat dipadu dengan kain ataupun wastra nusantara yang khas seperti kain batik, kain tenun, songket, ataupun jenis kain lainnya yang merupakan ciri khas dari Indonesia.
Didukung Sosialita
Sementara itu, sosialita Novita Emilda sangat senang dengan keinginan pecinta batik untuk mendorong kebaya juga menjadi warisan budaya dunia.
Bagi Novita Emilda, batik dan kebaya memang tidak bisa dipisahkan. Kedua elemen ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia sejak dulu.
"Berkaitan dengan hari batik tanggal 2 Oktober yang sudah disahkan oleh UNESCO, maka dalam acara silaturahmi ini sekaligus memberikan dukungan dan dorongan untuk memajukan kebaya goes to UNESCO," ujar Novita Emilda saat ditemui di Royal Kuningan, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Advertisement
Koleksi
Novita Emilda yang mengoleksi berbagai macam batik mengakui kebaya memang identik dengan wanita Indonesia. Oleh sebab itu perpaduan antara batik dan kebaya memang dirasa pas untuk membuat bangga Indonesia.
"Dari silaturahmi ini kita juga jadi banyak tau bahwa produk produk budaya kita kebaya, batik jenis jenisnya kan banyak dari masing-masing daerah yang mempunyai filosofi tersendiri. Baik itu nilai sejarah maupun nilai moral dimana bisa dikemas dalam sebuah kebaya dan juga batik," ujar Novita.
Sejarah Kebaya
Kebaya sendiri merupakan pakaian yang sudah ada dan digunakan bahkan sebelum masa penjajahan di Indonesia. Kebaya juga mengalami banyak sekali perkembangan dari berbagai budaya bangsa lain yang masuk ke Indonesia.
Pada zaman sebelum masa penjajahan, kebaya bahkan terlihat pada relief di Candi Prambanan serta relief-relief lain dan juga prasasti. Kata Kebaya sendiri juga berasal dari bahasa Arab yaitu “Abaya” yang mempunyai arti pakaian.
Asal usul dair kebaya adalah ketika dikenakan oleh keluarga kerajaan di Pulau Jawa sebelum 1600. Adapun pada masa penjajahan Belanda di pulau tersebut wanita Eropa pun mulai memakai kebaya sebagai pakaian resmi.
Busana tradisional tersebut pun banyak didandani oleh para wanita Malaysia dan Indonesia, terbuat dari kain kasa yang dipasangkan dengan sarung, batik, ataupun pakaian adat lainnya seperti kain songket dengan motif yang bermacam-macam.
Baca Juga
Tampilan Rio Haryanto dan Athina Papadimitriou Berbusana Adat Jawa Saat Ngunduh Mantu
Mengenal Kebaya dari 5 Negara Asia Tenggara Pengusul Kebaya Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
Top 3 Berita Hari Ini: Zaidan Yahya Ikut Tertawa Lepas Saat Miftah Maulana Dianggap Hina Penjual Es Teh, Pembelaannya Diolok-olok Warganet
Advertisement