Liputan6.com, Teheran - Amnesty International, Kamis (28/10) meminta PBB agar mengambil “tindakan tegas” terhadap Iran, menyusul pembunuhan sedikitnya delapan demonstran dan pelayat pada hari Rabu dan Kamis di setidaknya empat provinsi.
Protes belakangan ini dimulai di Iran setelah kematian Mahsa Amini, yang tewas dalam tahanan polisi setelah ditangkap karena mengenakan jilbab “secara tidak benar,” VOA Indonesia, Sabtu (29/10/2022).
Advertisement
“Penggunaan senjata api yang ceroboh dan melanggar hukum oleh pihak berwenang Iran terhadap demonstran, termasuk penggunaan peluru tajam, kembali mengungkapkan tingginya dampak kelambanan internasional yang tragis,” kata Heba Morayef, direktur Amnesty International untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, dalam sebuah pernyataan.
“Semua negara anggota Dewan HAM PBB harus mengambil tindakan tegas sekarang dan segera menyelenggarakan sidang khusus mengenai Iran untuk mencegah korban jiwa lebih lanjut.”
Amnesty mengatakan bahwa pada Rabu dan Kamis, pasukan keamanan Iran “meningkatkan penggunaan kekuatan mereka yang melanggar hukum -- termasuk melepaskan tembakan dengan peluru tajam, mimis logam dan gas air mata -- terhadap demonstran dan pelayat yang berkumpul di provinsi Kurdistan, Azerbaijan Barat, Kermanshah dan Lorestan.”
Morayef mengatakan, “Dewan HAM PBB harus menjelaskan kepada pihak berwenang Iran bahwa kejahatan mereka di bawah hukum internasional tak akan dibiarkan tidak diinvestigasi -- atau tidak dihukum -- dengan membentuk mekanisme akuntabilitas dan pelaporan independen mengenai Iran.”
“Kegagalan sekarang ini dalam memberlakukan mekanisme semacam itu, terlepas dari pembunuhan luas yang melanggar hukum terhadap demonstran sejak protes nasional pada Desember 2017-Januari 2018 merupakan indikasi betapa tragedi brutal semacam itu di Iran tampaknya telah dianggap normal,” kata Morayef.
Ia mengatakan, “Masyarakat internasional telah terlalu lama menunggu keadilan bagi keluarga korban dan pembela HAM.”
AS dan Kanada Beri Dukungan untuk Demonstran di Iran
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan sejawatnya dari Kanada, Kamis (17/10) menyatakan dukungan bagi para pengunjuk rasa di Iran yang telah turun ke jalan-jalan untuk memprotes kematian seorang perempuan muda yang meninggal dalam tahanan polisi. Perempuan itu, Mahsa Amini, ditangkap karena mengenakan jilbabnya “secara tidak benar.”
Blinken, Kamis (17/10)mengatakan di Ottawa bahwa ia dan Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly telah bertukar pandangan mengenai masalah tersebut.
“Kami bekerja bersama untuk menuntut pertanggungjawaban rezim Iran atas penindakan kejamnya terhadap perempuan-perempuan muda pemberani yang terus turun ke jalan-jalan untuk menuntut hak-hak mereka, lebih dari 40 hari sekarang ini setelah tewasnya Mahsa Amini,” kata Blinken.
Joly dalam konferensi pers bersama mengatakan, “Kanada memberi hormat kepada semua orang Iran yang berjuang melawan tirani, dan kami mendukung perempuan dewasa dan remaja yang dengan berani menentang rezim, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (29/10/2022)
Pesannya sederhana: hak-hak kaum perempuan adalah hak asasi manusia. Kita memiliki kewajiban moral untuk mendukung perempuan pemberani Iran dan menuntut pertanggungjawaban para penganiaya mereka.”
Blinken juga mengatakan ia mendukung penuh pernyataan yang dikeluarkan Joly dan 11 menteri luar negeri perempuan lainnya sebelumnya pekan ini mengenai rezim represif Iran.
Pernyataan itu antara lain mengemukakan, “Kami, sebagai menteri-menteri luar negeri perempuan, bersatu dalam solidaritas dengan para perempuan Iran pemberani yang menerapkan hak mereka untuk berkumpul secara damai dan mendukung hak asasi mereka. Kami mengakui bahwa perempuan Iran juga memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Iran dan kami memiliki kewajiban moral untuk mendukung mereka. Kami mendukung kuat tugas penting para pembela HAM, khususnya perempuan yang membela hak asasi, yang memastikan orang di seluruh dunia bebas melaksanakan dan menikmati hak asasi serta kebebasan fundamental mereka.”
Advertisement
Aksi Demonstrasi di Iran Berlanjut, Sejumlah Gedung Dirusak Massa
Aksi demonstrasi di Iran, khususnya di kota Mahabad di barat laut, Kamis (27/10) terus berlanjut. Video yang dipublikasikan kantor berita milik pemerintah IRNA, menunjukkan kebakaran di jalan-jalan kota.
Apa yang disebut pemerintah sebagai “perusuh,” dikatakan telah merusak property publik, termasuk memecahkan kaca-kaca jendela sejumlah bank dan kantor administrasi pajak.
Demonstrasi di Mahabad itu dipicu oleh kematian seorang laki-laki akibat luka tembak pada Rabu (26/10) malam.
Kelompok Kurdi “The Hengaw Human Rights Organization” memasang video yang menggambarkan pemakaman laki-laki itu sebelum demonstrasi dimulai, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (28/10/2022).
Seorang pejabat kehakiman di daerah itu mengakui kematian laki-laki itu akibat luka tembak.
Hengaw juga mengatakan bahwa dua orang lainnya tewas dalam demonstasi di Mahabad hari Kamis karena ditembak pasukan keamanan. Pihak berwenang belum mengkonfirmasi hal ini.
Demonstrasi dan kerusuhan telah menyelimuti Iran pasca kematian Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun, yang tewas dalam tahanan polisi setelah ditangkap polisi moral karena tidak mengenakan jilbab secara benar.
Demonstrasi itu disebut-sebut sebagai yang terbesar setelah demonstrasi Gerakan Hijau tahun 2009. Demonstrasi itu meluas menjadi kemarahan terhadap kondisi ekonomi dan teokrasi di Iran.
Para aktivis mengatakan lebih dari 200 orang telah tewas dan ribuan lainnya ditangkap aparat keamanan.
26 Orang Tewas di Demo Mahsa Amini
Korban jiwa berjatuhan di demo Iran. Rakyat Iran protes atas kematian Mahsa Amini. Ia meninggal setelah ditangkap polisi moral akibat pelanggaran hijab.
Berdasarkan laporan AP News, Jumat (23/9/2022), setidaknya ada 26 orang tewas yang terdiri atas pendemo dan polisi. Pemerintah belum merilis data resmi jumlah kematian.
Video-video beredar di Twitter yang menampilkan para perempuan ikut terluka. Pada salah satu video ada gadis muda yang kepalanya berdarah, serta wanita yang berteriak histeris sembari darah di wajahnya dibersihkan air.
Media pemerintah Iran menyebut demonstrasi pecah di ibu kota Tehran dan setidaknya 13 kota lainnya. Ratusan orang disebut terlibat pada demo-demo tersebut.
Penulis Harry Potter, JK Rowling, ikut memuji keberanian para wanita Iran dan mengecam tindakan polisi moral di Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, Rowling memang vokal dalam membela hak perempuan. Ia menilai ironis bahwa penjaga moral ternyata brutal.
"Keberanian dari wanita-wanita ini dan brutalitas kotor dari yang katanya penjaga moralitas," ujar JK Rowling.
Presiden Iran Ebrahim Raisi berjanji akan menuntaskan kasus kematian Mahsa Amini. Janji itu ia berikan ketika berkunjung ke PBB. Raisi mengaku sudah menghubungi keluarga korban.
"Saya sudah menghubungi keluarganya pada kesempatan pertama dan saya memastikan pada mereka bahwa kita akan terus secara tegas menginvestigasi insiden itu," ujar Presiden Iran.
Advertisement