Liputan6.com, Jakarta - Duduk di antara penonton pertunjukan fesyen persembahan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nusa Tenggara Timur (NTT) di panggung Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 adalah pasangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Puput Nastiti Devi. Keduanya kompak berbusana gelap di acara yang berlangsung pada Jumat (28/10/2022).
Ahok tampil rapi dengan kemeja garis-garis biru gelap berpadu celana panjang formal. Sementara, Puput berbusana smart casual dengan padanan fit pants dan blazer dilengkapi dengan inner berwarna gelap.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai penetral tampilan, perempuan berusia ini terlihat memakai heels perak dengan aksen berkilau di seluruh bagian. Ia menata rambutnya dengan poni dan ikal gantung. Soal makeup, Puput fokus di bagian bulu mata, dengan mengusung nuansa segar tanpa terlalu bold.
Seperti penonton lain, mereka juga tampak mengalungkan selendang tenun NTT sebagai bagian dari "jamuan" Dekranasda NTT. Di akhir acara, pasangan suami istri ini tampak berfoto dengan Maya Ratih, salah satu desainer yang mempersembahkan karyanya dalam presentasi fesyen tersebut.
Dekranasda NTT sendiri memboyong koleksi dari tiga desainer lokal: Defrico Audy, Temma Presetio, dan Maya Ratih, bertajuk "Harmony of Nusa." Ketua Dekranasda NTT Julie Sutrison Laiskodat mengatakan bahwa terdapat 737 motif kain tenun dari 22 Kabupaten dan Kota di NTT.
"Masing-masingnya punya cerita tersendiri," katanya saat jumpa pers di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (28/10/2022).
Harmony of Nusa
Kali ini, mereka mempersembahkan kain tenun NTT yang menggunakan warna alami dalam proses pembuatannya. "NTT itu terdiri dari tiga pulau besar: Flores, Sumba, dan Timor. Tenun dari Flores warnanya cenderung gelap. Sumba didominasi warna-warna merah, tapi tetap muted. Yang cerah diwakilkan Timor," ia menjelaskan.
Julie melanjutkan, "Saat bekerja sama dengan desainer, saya selalu bilang, warna bisa diubah, diakali sedemikian rupa, tapi tidak dengan motif, karena masing-masing motif itu punya cerita leluhur yang harus terus dilestarikan."
Ia pun menceritakan pengalamannya sempat memakai kain tenun dengan "motif yang salah." "Bukan persis salah sebetulnya, tapi terbalik," tuturnya.
"Saya enggak sadar saat itu. Tapi, percaya tidak percaya, setelah itu saya sakit dua minggu. Minum obat apapun enggak sembuh. Saat mau sembuh, baru ada yang bilang, kasih lihat foto saya pakai tenun bermotif terbalik itu, wanti-wanti saya bisa saja sakit karena itu. Saya bilang, 'Ini saya memang sudah sakit dari kemarin,'" kata Julie menyambung.
Advertisement
Bimbing Siswi SMK
Di samping mempersembahkan karya dalam masing-masing 12 looks, ketiga desainer ini juga jadi mentor bagi siswa-siswa SMK fesyen dan tekstil se-NTT. Di landasan pacu JFW, mereka menampilkan masing-masing enam tampilan.
"Total ada 18 tampilan persembahan siswa dari 18 SMK fesyen dan tekstil dari seluruh NTT," Julie menuturkan.
Proyek pengarahan oleh tiga desainer lokal ini sebenarnya sudah berlangsung sejak 2019. "Pandemi kan, kami akhirnya switch ke video call buat melanjutkan mentoring," Maya menuturkan.
Julie bercerita, ketiga desainer ini sudah lulus kurasi sebelum mereka memberikan pengarahan. "Saya wawancara mereka dulu, ketemu, buat tahu apakah punya visi misi yang sama. Soalnya, mengajarkan anak-anak enggak gampang. Butuh hati yang mau bareng-bareng," tuturnya.
"Jadi, seperti pelayanan," Temma menambahkan.
Maya berkata, tugas mereka bertiga adalah membimbing desainer lokal atau siswi SMK, mengenalkan lebih luas lagi tentang desain. "World fashion trend itu apa saja. Lalu, mengenalkan jenis warna. Bahan apa yang bisa dikembangkan lagi. Juga, mengawasi detailing dari setiap desain," paparnya.
Inovasi Kain Tenun NTT
Berpadu selaras dengan karya tiga desainer tersebut, koleksi persembahan siswa-siswa SMK asal NTT ini menginterpretasikan kain tenun daerah itu ke dalam tampilan cukup formal, seperti gaun dan setelan jas.
Julie berkata, "Kami sebenarnya sedang develop kain tenun yang lebih tipis, sehingga pemakaiannya lebih nyaman. Tapi, sekarang belum masif (produksinya). Semoga tahun depan bisa diperlihatkan."
JFW 2023 masih akan terselenggara sampai Minggu, 30 Oktober 2022. Dalam penyelenggaraan yang kembali luring setelah dua tahun, mereka mengusung semangat "Fashion Reformation."
Di acara pembukaan, awal minggu ini, CEO GCM Group & Chairwoman JFW, Svida Alisjahbana, menyampaikan bahwa JFW 2023 membawa banyak arti dengan tempat penyelenggaraan baru dan momen pandemi yang diharapkan akan segera berakhir. "Kami berusaha mengangkat reformasi fesyen, bagaimana era distruktif ini mengubah kita dari segi presentasi dan delivery-nya," kata Svida.
"Fashion Reformation" sendiri menyiratkan semangat regenerasi di industri mode Tanah Air. Tema ini sekaligus jadi bentuk perayaan kreativitas dan kebangkitan para insan mode usai masa pandemi.
Advertisement