Liputan6.com, Jakarta - Sudah beberapa waktu lalu sejak teknologi pangan menjelma jadi kata kunci yang semakin tidak asing di telinga banyak orang. Bahasan tentang masa depan ketersediaan makanan, yang terancam banyak faktor, termasuk krisis iklim, telah melahirkan ragam inovasi.
Melansir Tech Target, Sabtu (29/10/2022), teknologi pangan didefinisikan sebagai teknologi apapun yang meningkatkan produksi, distribusi, dan pasokan pangan. Juga, memengaruhi cara orang menjual, memproduksi, dan mendistribusikan makanan.
Baca Juga
Advertisement
Sementara menurut co-founder Leanlab, Jonathan Holiyanto, teknologi pangan secara khusus dimaknai pihaknya sebagai cara menggunakan teknologi untuk menciptakan makanan-makanan dengan lebih efisien. Selain, juga memiliki nilai gizi yang lebih baik dari segi makronutrisi dan mikronutrisi.
Teknologi dan makanan sendiri dijelaskan telah terhubung sejak Revolusi Industri pada akhir 1700-an dan awal 1800-an. Periode ini menyebabkan munculnya pertanian industri dan penerapan standar pertanian di berbagai negara.
Selama ini, para pemimpin industri dan penemu bekerja sama membantu meningkatkan produksi dan kualitas makanan. Perkembangan besar termasuk penggunaan pupuk buatan, pembuatan pestisida, pengembangan tenaga listrik, sertadimulainya mesin bertenaga kuda dan kemudian bertenaga uap.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, teknologi pangan jadi sektor tersendiri dengan maraknya big data, AI, dan internet of things (IoT). Teknologi pangan kemudian membantu industri makanan jadi lebih berkelanjutan dengan menggunakan IoT di semua tahap.
Salah satunya tentang pemanfaatan bahan nabati yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Perkembangan di Indonesia
Menurut Jonathan, dalam beberapa tahun terakhir, teknologi pangan di Indonesia telah berkembang pesat. "(Ini) khususnya karena banyak universitas yang memiliki program studi teknologi pangan dan bertambahnya kesediaan mesin-mesin (di) laboratorium uji pangan. Tenaga ahli di bidang teknologi pangan juga bertambah," katanya melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 28 Oktober 2022.
Produsen selai bubuk diklaim rendah kalori yang berbasis di Bali ini menyebut bahwa mereka menggunakan teknologi pangan untuk melakukan riset dan pengembangan produk-produk inovatif yang mengandung nilai gizi lebih baik. Juga, kalori lebih rendah.
"Kami juga menggunakan tes nilai gizi yang terkini untuk memastikan semua kandungan produk dan tes masa simpan untuk menentukan jangka waktu simpan produk," imbuhnya.
Soal prospek bisnis dengan memberdayakan teknologi pangan, Jonathan mengatakan, "sangat bagus." Pasalnya, teknologi pangan dapat membantu membuat makanan dengan hasil yang lebih baik, secara kualitas pun lebih baik, dan jumlah produk akhir yang lebih baik.
Advertisement
Pasar Teknologi Pangan Global
Narasi ini sejalan dengan laporan bahwa pasar teknologi pangan global bernilai 220,32 miliar dolar AS pada 2019, menurut Emergen Research. Itu diperkirakan akan tumbuh jadi 342,52 miliar dolar AS pada 2027.
Teknologi pangan tercatat meningkatkan produksi pangan guna membantu mengurangi tingkat kelaparan dan memberi makan warga dunia. Pertanian jadi lebih otomatis dengan pemanfaatan teknologi digital yang canggih untuk menghasilkan makanan dan bahan baku dengan pertanian pintar.
Beberapa penggunaan teknologi dalam produksi pangan adalah organisme yang dimodifikasi secara genetik (GMO). GMO dimasukkan ke dalam gen tanaman untuk membantunya jadi tahan penyakit dan tumbuh di daerah yang tidak menguntungkan untuk produksi.
GMO umum digunakan dalam tanaman besar seperti beras, gandum, dan jagung. Lalu, teknologi industri daging. AI secara efektif berfungsi membantu mendeteksi masalah kesehatan pada unggas melalui suara yang mereka buat.
Robot AI dapat bekerja di peternakan unggas untuk mengumpulkan telur atau membantu pemotongan. Kemudian, pemantauan tanaman. Seiring penggunaan drone, AI dapat mendeteksi hama dan penyakit pada tanaman.
Pentingnya Menetapkan Harga yang Bersaing
Ada pula aplikasi digital yang dapat membantu mendeteksi serangan hama dan mengubah kondisi tanah untuk mencegah kerugian besar. Tidak ketinggalan, pencetak makanan 3D juga telah jadi bagian dari teknologi pangan.
Pencetak makanan dapat membuat makanan, seperti pizza, camilan, dan permen, dengan lebih cepat. AI membantu merancang lapisan dan struktur makanan dengan menempatkan satu bahan pada satu waktu. Ini bisa menghilangkan pemborosan, karena bahan sisa dapat digunakan kembali.
Di samping itu, menurut Jonathan, penetapan harga sangat penting untuk produk-produk makanan, khususnya di pasar Indonesia. "Itulah alasannya Leanlab memastikan bahwa semua produk kami tetap memiliki harga yang kompetitif," ia mengatakan.
"Contohnya, Selai bubuk Leanlab. Setelah dilarutkan, harganya sangat bersaing dengan merek-merek selai lain yang ada di pasar," tuturnya. "Harga yang bersaing juga dapat membantu mempertahankan market share dari datangnya kompetitor-kompetitor baru."
Ia menggarisbawahi, salah satu isu penting dalam krisis iklim adalah konsumsi daging secara berlebihan. "(Mengatasi itu), teknologi pangan dapat digunakan untuk membuat makanan dan (memanfaatkan) sumber protein nabati yang lebih ramah lingkungan," tutupnya.
Advertisement