The Indonesia 2023 Summit: Menakar Ekonomi Indonesia di Kala Ketidakpastian Global

Prospek pertumbuhan jangka pendek Indonesia dalam situasi ekonomi global yang sedang bergejolak, terefleksi baik pada sisi konsumsi maupun produksi.

oleh Fachri pada 29 Okt 2022, 14:00 WIB
The Indonesia 2023 Summit: Menakar Ekonomi Indonesia di Kala Ketidakpastian Global/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 semakin terlihat melandai. Namun, situasi geopolitik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina semakin membuat situasi ekonomi global mengalami ketidakpastian. Itu terlihat dari risiko yang mulai bergeser, dari pandemi ke gejolak ekonomi global. 

Beberapa indikator menunjukkan bahwa situasi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Mulai dari inflasi global melonjak yang diakibatkan oleh supply disruption, pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga yang akan menyebabkan volatilitas pasar keuangan global, adanya potensi krisis utang global, hingga potensi stagflasi yang terjadi. 

Outlook ekonomi global pun semakin melemah seiring dengan peningkatan risiko yang terjadi. Akan tetapi, prospek pertumbuhan jangka pendek Indonesia dalam situasi ekonomi global yang sedang bergejolak, terefleksi baik pada sisi konsumsi maupun produksi. Dan kinerja sektor eksternal Indonesia pun masih cukup solid. 

"Dengan konteks seperti itu, risiko secara global bergeser, tapi Indonesia punya ground yang baik. Maka, cara pandang kita harus bertumpu pada dua sisi, optimis dan waspada," kata Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara dalam acara tahunan The Indonesia 2023 Summit, Rebuild The Economy 2023: Tackling Uncertainty Challenges through Stronger Economic and Industry Policy, Kamis (27/10/2022).

"Kita harus optimis karena kinerja perekonomian kita membaik. Namun, risiko ketidakpastian kita masih sangat tinggi, jadi harus waspada," tegasnya. 

Untuk itu, pemerintah terus membangun arsitektur APBN secara sehat guna membangkitkan optimisme namun tetap waspada. 

"Di tengah risiko ketidakpastian perekonomian global yang eksalatif, APBN akan dioptimalkan sebagai shock absorber," ungkap Suahasil.

Suahasil pun memaparkan bahwa pemerintah melihat akan ada empat sumber pertumbuhan baru ke depan. Salah satunya, transisi Indonesia menuju ekonomi hijau. Transisi itu akan membuka peluang pertumbuhan ekonomi baru.

"Transisi yang terus didorong saat ini adalah dari sisi otomotif. Untuk itu diperlukan dukungan dan pemikiran dari semua pihak untuk bisa mendorong sektor transformasi menuju green economy," jelasnya.

"Sumber pertumbuhan baru ke depan akan muncul dari hilirisasi produksi tambang yang terus didorong pemerintah, penggunaan produksi dalam negeri, dan pendalaman sektor keuangan yang saat ini sedang dirumuskan pemerintah dan parlemen," tambahnya.

Di sisi lain, menjawab tantangan ketidakpastian ekonomi global, Kementerian Perdagangan memiliki dua kebijakan utama. Pertama berkaitan dengan perdagangan dalam negeri, khususnya dalam rangka stabilisasi harga pangan dan ketersediaan pangan. Kedua terkait dengan digitalisasi ekonomi.

"Di tahun 2021, kita sudah dihadapkan dengan yang namanya super cycle commodity, yang harganya cukup tinggi. Lalu, ditambah impact dari perang Rusia-Ukraina. Sehingga ini memicu inflasi global," jelas Kasan Muhri.

"Dari situ, kita memproyeksikan bahwa ekonomi global akan mengalami perlambatan di tahun depan," tambahnya. 

Ia pun mengungkapkan akan mencermati penuh negara yang akan menjadi tujuan ekspor utama, seperti China dan Uni Eropa.

"Uni Eropa pasar yang memberikan kita peluang, di mana sektor energi dibutuhkan. Karena dampak perang Rusia-Ukraina, harga komoditi energi cenderung mahal, jadi itu peluang buat Indonesia," tutur Muhri.

Selain itu, terkait dengan ekonomi digital, tren semakin meningkat pesat. Kebijakan terkait dengan ekonomi digital, salah satunya e-commerce ke depan pergerakan akan lebih cepat daripada regulator. 

"Kami harus menjalankan kebijakan yang tidak menghambat perkembangan ekonomi digital atau tidak menjadi constraint," katanya.

Presiden Institute for International Monetary Affairs Hiroshi Watanabe yang mengisi diskusi panel pun memaparkan beberapa tantangan ketidakpastian global yang harus dihadapi negara-negara dunia. 

Mulai dari akibat pandemi Covid-19, inflasi, perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat, konflik Rusia-Ukraina, hingga tendensi yang terjadi antara Amerika Serikat dengan China.

Di sisi lain, Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro menyebutkan ada dua poin penting yang harus menjadi perhatian pemerintah.

Pertama, mengoptimalkan pangsa pasar di dalam negeri untuk menjaga konsumsi dan daya beli masyarakat. Kedua, memastikan tingkat inflasi tetap terkendali.

“Dalam inflasi ini perlu diimbangi dengan pemberian subsidi dari pemerintah. Melalui kombinasi subsidi dan perlindungan sosial, maka pemerintah mempunyai kemampuan lebih untuk bisa mengendalikan laju inflasi yang saat ini memang sedang tinggi,” kata Bambang.

“Saya pikir untuk bisa mencapai 5 persen akan cukup menantang. Tetapi beruntungnya, kita akan bisa menunjukan kinerja yang lebih baik dari pada kekuatan ekonomi utama dunia,” imbuhnya.

Staff Khusus Menteri Keuangan Bidang Kebijakan Makro Ekonomi dan Fiskal Masyita Crystallin menjabarkan bagaimana kebijakan fiskal di tahun 2023 akan difokuskan. 

"Untuk meminimalisir volatilitas jangka pendek dan panjang, kami akan melakukan transformasi struktural dan fiskal," ungkapnya. 

"Dengan ruang fiskal yang terbatas, kami mencoba untuk membangun instrumen agar inflasi tetap terjaga dan meningkatkan pertumbuhan di 2023," tambah Masyita.

Selain itu, Shinta Kamdani CEO Sintesa Group dalam diskusi panel pertama mengungkapkan bahwa pihaknya optimis dalam menyambut tahun 2023, tetapi juga sekaligus berhati-hati.

"Dalam situasi seperti yang terjadi saat ini, tetap perlu diperhatikan insentif pemerintah bagi pelaku usaha," katanya.

Yasushi Itagaki Direktur Utama Danamon mengatakan bahwa kondisi ekonomi global dibayangi ketidakpastian. Setelah pandemi COVID-19 terkendali, konflik Rusia-Ukraina memicu tensi geopolitik dan juga mengganggu rantai pasok global. 

Imbasnya banyak persoalan yang membuat ekonomi tidak stabil. Tapi di tengah kondisi tersebut, pelaku industri harus menghadapi kemungkinan yang akan terjadi dan melakukan penyesuaian atau beradaptasi.

“Kami percaya, di situasi yang tidak menentu seperti saat ini, nasabah dan pemangku kepentingan memerlukan informasi terkini dan terbaik untuk mendukung mereka menjawab tantangan sekaligus mencari peluang bisnis untuk tumbuh berkelanjutan bersama Danamon," katanya.

"Ini adalah komitmen jangka panjang kami untuk menjadi bank yang senantiasa berpusat pada kebutuhan nasabah serta memberikan solusi keuangan agar nasabah dapat memegang kendali terhadap kebutuhan finansialnya,” ujar Yasushi.

Yasushi menambahkan, sebelum pandemi, industri otomotif menyumbang 4,34% terhadap PDB nasional pada 2019 dan 4,66% pada 2018. Bahkan, selama periode lockdown 2020, industri otomotif masih mempekerjakan sedikitnya 17 juta pekerja, yang 13,6% di antaranya merupakan angkatan kerja nasional.

Ia pun menegaskan, MUFG, Danamon dan Adira Finance berkomitmen penuh untuk berperan aktif dalam pemulihan ekonomi nasional. Yasushi berharap, pelaku industri menyambut 2023 dengan optimisme tinggi dan berkomitmen untuk memperkuat kerja sama dengan semua partner.

Selain itu Direktur Utama Adira Finance, Dewa Made Susila mengatakan, komitmen perseroan mendukung industri otomotif di Indonesia bersifat jangka panjang, bukan sebatas satu dekade atau hanya untuk 10 tahun. 

“Karena itu, dengan dukungan MUFG dan Danamon, kami sangat optimistis dapat memberikan solusi pembiayaan dan keuangan yang komprehensif (end-to-end) bagi konsumen,” tegas Dewa.

Executive Officer, Country Head of Indonesia MUFG Bank Ltd Jakarta Branch Kazushige Nakajima menyatakan optimismenya terhadap prospek pertumbuhan jangka Panjang ekonomi Indonesia yang didorong faktor demografi, komitmen pemerintah terhadap investasi asing, dan pembangunan infrastruktur. 

“Kami juga dimotivasi oleh visi keberlanjutan yang akan membuat perubahan berarti di masyarakat tempat kami beroperasi. Dengan bantuan mitra strategis kami di Indonesia, saya sangat senang dengan dampak yang akan kami hasilkan dalam pembangunan Indonesia ke depan,” tutur Kazushige.

Senada dengan itu, Sekjen Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, industri otomotif mulai memperlihatkan indikasi yang positif. 

“Berkaca dari penjualan GIIAS pada Agustus lalu selama 11 hari terjadi transaksi mencapai Rp11,7 triliun dengan sebanyak 26 ribu unit mobil terjual hari itu, lalu GIIAS Surabaya selama lima hari tembus Rp1 triliun naik dari biasanya Rp500 miliar. Dan ini masih ada pameran lagi di Semarang dan Medan,” jelas Sekjen Gaikindo Kukuh Kumara.

Direktur PT Astra Otoparts Tbk Kusharijono mengungkapkan bahwa tahun depan merupakan tahun politik, ada isu global, isu logistik, dan supply chain. 

"Bagaimana ke depan, kita membicarakan government policy dan technology trend. Di sana ada elektrifikasi dan net zero. Dan kami akan melakukan transisi di produk kami. Kami perlu waktu, dana, dan riset. 

Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co., LTD Indra Chandra Setiawan mengungkapkan, meskipun Indonesia masih menjadi pasar terbesar di kawasan ASEAN, dari sisi daya beli masih di bawah Thailand dan Malaysia.

"Secara market Indonesia paling besar, tapi secara kontribusi PDB masih dari negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia. Artinya, penetrasi di Indonesia tidak sekuat negara dengan buying power baik," ujar Indra.

"Daya beli konsumen otomotif domestik, masih di kisaran Rp200-Rp300 juta. Sebaliknya, harga mobil listrik mayoritas berada di kisaran Rp720 juta sampai dengan Rp1,4 miliar," tambahnya.

The Indonesia 2023 Summit merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk bersama PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) dan MUFG. Kegiatan tersebut menghadirkan diskusi dengan fokus pada ekonomi Indonesia secara umum, serta mendiskusikan tantangan dan peluang di tahun mendatang.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya