Mundur dari Jabatan Presiden, Segini Jumlah Saham Gilang Widya Pramana di Arema FC

Gilang Widya Pramana memutuskan mundur dari jabatan sebagai Presiden Arema FC. Meski sebelumnya memiliki jabatan tinggi, usut punya usut, Gilang bukanlah pemegang saham terbesar di Arema. Mayoritas saham klub Liga 1 itu justru berada di bawah nama Iwan Budianto.

oleh Theresia Melinda Indrasari diperbarui 29 Okt 2022, 15:00 WIB
Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana, mengimbau Aremania agar tidak melontarkan nyanyian rasis hingga menyalakan flare.(Dok. Arema FC)

Liputan6.com, Jakarta - Gilang Widya Pramana baru saja menyatakan dirinya mundur dari jabatan sebagai Presiden Arema FC. Keputusan tersebut disampaikan oleh sang Juragan 99 di Markas Singo Edan, Malang, Sabtu (29/10/2022).

“Sepak bola adalah passion dalam hidup saya, dan sebagai Aremania, saya bangga telah diberi kesempatan menjadi Presiden Arema FC sejak 6 Juni 2021,” ujar Gilang.

“Saya sudah berusaha memberikan semua yang terbaik untuk klub, tetapi mungkin klub memerlukan sosok yang lebih baik lagi. Karena itu, saya memutuskan untuk mundur sebagai Presiden Arema FC terhitung mulai hari ini,” sambungnya.

Meski sebelumnya berstatus sebagai presiden, usut punya usut, Gilang bukanlah pemegang saham terbesar di Arema. Menurut data yang beredar, mayoritas saham klub Liga 1 itu justru berada di bawah nama Iwan Budianto, yang menduduki kursi Wakil Ketua Umum I PSSI.

Akta perusahaan PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI) per 10 Mei 2022 yang tercatat di Ditjen AHU Kemenkumham menunjukkan bahwa Iwan Budianto selaku direktur utama memiliki saham sebanyak 3.750 lembar atau setara dengan Rp3,75 miliar.

Adapun Gilang, melalui PT Juragan Sembilan Sembilan Corp, cuma menguasai 750 lembar saham Singo Edan yang bernilai Rp750 juta. Sementara itu, PT Rans Entertainment Indonesia milik Raffi Ahmad memenang 500 lembar atau Rp500 juta.

Gilang sendiri tak menampik bahwa dirinya hanya berstatus sebagai sponsor dan investor kecil di PT AABBI. Kewenangan yang dimilikinya sebagai presiden pun terbilang sangat terbatas.

"Begitu banyak yang ingin saya lakukan, tetapi posisi Presiden Arema FC adalah posisi kehormatan yang tidak memiliki legal standing,” papar Gilang.

“Posisi ini diberikan kepada saya oleh PT AABBI, pemilik Arema FC karena perusahaan saya masuk sebagai salah satu sponsor dan investor kecil, Saya tidak ada di dalam daftar eksekutif perusahaan sehingga kewenangan saya sangat terbatas,” pungkasnya.


Fokus Mengurus Keluarga

Presiden klub Arema FC, Gilang Widya Pramana saat konferensi pers Piala Presiden 2022 di Studio Lantai 8 SCTV Tower, Senayan City, Jakarta pada Senin (06/06/2022). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Keputusan untuk menanggalkan jabatan Presiden Arema FC menjadi sarana bagi Gilang untuk kembali fokus mengurus keluarga. Ia juga menyebut dirinya berencana balik ke kegiatan-kegiatan di luar sepak bola, agar bisa berkontribusi bagi Tanah Air.

“Saya ingin lebih fokus mengurus keluarga dan kembali ke kegiatan-kegiatan saya di luar sepak bola, supaya dapat berkontribusi bagi Indoneisa,” tutur Gilang.

Sekadar informasi, Gilang diketahui menjadi salah satu pribadi yang turun tangan membantu korban dan keluarga pasca pecahnya Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu.

Ia bahkan membuka Crisis Center di markas Singo Edan guna memberikan respon cepat kepada keluarga korban. Proses pemulihan fisik dan mental para pemain maupun official juga menjadi perhatiannya sebagai Presiden Arema FC.


Tetap Dukung Korban

Di tempat lain, Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana (tengah) memeluk kerabat dari salah satu korban lainnya, Iwan Junaedi saat bertakziah ke tempat tinggal korban. (AP/Dicky Bisinglasi)

Walau sudah tak lagi menjadi Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana memastikan dirinya bakal tetap memberi dukungan bagi keluarga korban Tragedi Kanjuruhan apabila diperlukan.

Seperti diketahui, Tragedi Kanjuruan terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Duel antara dua kesebelasan asal Jawa Timur itu berlangsung di Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober 2022.

Tragedi itu menelan korban 135 orang meninggal dunia dan lainnya luka-luka. Akibat insiden ini, pemerintah membentu Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau TGIPF.

Hasilnya, TGIPF mengeluarkan rekomendasi yaitu meminta seluruh pengurus PSSI, termasuk anggota Komite Eksekutif (Exco), untuk mengundurkan diri. Ini sebagai tanggung jawab moral atas jatuhnya ratusan korban tewas dan lainnya luka-luka.

Infografis Ragam Tanggapan Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya