Liputan6.com, Jakarta China kini punya model vaksin COVID-19 baru. Tanpa jarum suntik. Dengan cara oral, melalui metode hirup.
Sejak pekan ini, Shanghai, kota di China tersebut mulai memberikan vaksin COVID-19 bebas jarum. Bentuknya kini diubah menjadi aerosol dan dapat dihirup oleh para penerima vaksin.
Advertisement
"Hanya perlu beberapa detik untuk menghirupnya," ujar seorang warga usai pemberian vaksin oral di sebuah lokasi vaksinasi setempat pada Rabu 26 Oktober 2022 seperti dikutip dari Xinhua.
"Ini jauh lebih mudah dibanding disuntik," kata sang penerima vaksin, yang telah menerima dua injeksi intramuskular sebelumnya.
Vaksin penguat (booster) yang dapat dihirup itu merupakan vaksin COVID-19 berbasis vektor adenovirus tipe-5.
Vaksin itu dikembangkan bersama oleh sebuah tim penelitian yang dipimpin Chen Wei, akademisi dari Akademi Teknik China, dan perusahaan bioteknologi China CanSino Biologics Inc. Vaksin tersebut hanya ditawarkan sebagai dosis booster bagi para penerima vaksin COVID-19 sebelumnya.
"Dosis vaksin yang dapat dihirup itu sebanyak 0,1 mililiter. Penerima vaksin hanya perlu memasukkan nosel botol putih ke mulut mereka, menghirup gas yang ada di botol itu dalam-dalam, dan menahan napas minimal lima detik untuk menyelesaikan prosedur tersebut," papar He Jinhui, seorang perawat di rumah sakit setempat, yang menjelaskan instruksi dasar vaksinasi itu.
Kendati dosis vaksin yang dapat dihirup itu hanya sekitar seperlima dari dosis intramuskular biasa, vaksin tersebut diklaim dapat memicu respons imun yang lebih kuat.
Merangsang Kemunculan Respons Imun Lain
Zhu Tao, kepala ilmuwan di CanSino, menuturkan bahwa dibandingkan dengan injeksi, proses inhalasi dapat merangsang kemunculan satu jenis respons imun lainnya, yakni imunitas mukosa.
"Vaksin yang dapat dihirup itu secara efektif menaikkan tingkat antibodi penawar dalam cairan tubuh, dan juga menghasilkan antibodi IgA di mukosa pernapasan, yang dapat memperkuat kemampuan vaksin saat ini untuk mencegah Omicron menginfeksi saluran pernapasan atas," urai Zhu.
Vaksin bebas jarum itu tak hanya tidak mengurangi rasa sakit, tetapi juga rasanya sedikit manis, menurut pengakuan beberapa penerima vaksin.
Zhu mengatakan bahwa rasa manis itu disebabkan oleh konsentrasi sukrosa yang sangat rendah yang ditambahkan ke vaksin itu, yang dapat membantu meningkatkan stabilitas vektor virus tersebut.
Tim peneliti melakukan uji klinis acak tahun lalu untuk mengevaluasi keamanan vaksin booster itu dan imunogenisitasnya sebagai suntikan booster pada 420 partisipan China.
Hasil uji klinis yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Respiratory Medicine itu menunjukkan bahwa vaksin itu dapat ditoleransi dengan baik, dan mampu memicu tingkat antibodi penetralisir yang tinggi terhadap COVID-19 pada orang dewasa.
Advertisement
Untuk Populasi Berusia 18 Tahun ke Atas
China menyetujui penggunaan darurat vaksin yang dapat dihirup itu untuk populasi berusia 18 tahun ke atas yang telah menerima dua dosis vaksin biasa, tetapi tidak dalam jangka waktu enam bulan sebelumnya. Pengembang vaksin itu menyampaikan bahwa pihaknya berencana mengajukan perluasan jangkauan vaksinasi oral tersebut.
"Saya takut jarum suntik dan rasa sakit yang ditimbulkan oleh injeksi. Saya rasa vaksin yang dapat dihirup itu pasti lebih mudah untuk diberikan," kata seorang warga Shanghai bermarga Ding, yang membuat janji vaksinasi pada Rabu.
Wuhan Lockdown COVID-19 Lagi, Kasus Harian di China Tembus 1.000
Sementara itu, puluhan kota di seluruh China, termasuk Wuhan tempat Virus Corona COVID-19 pertama kali tercatat, dilaporkan mererapkan lockdown - ketika negara itu mengejar kebijakan nol-COVID di bawah pemimpin Xi Jinping.
Lebih dari 800.000 orang di satu distrik di Wuhan diperintahkan untuk tinggal di rumah hingga 30 Oktober.
"Kami merasa mati rasa terhadap semua itu. Kami merasa semakin mati rasa," kata seorang warga setempat kepada Reuters.
Kota Zhengzhou, rumah bagi pabrik manufaktur iPhone terbesar di dunia, juga terpengaruh.
Itu terjadi ketika China melaporkan hari ketiga berturut-turut lebih dari 1.000 kasus COVID-19.
Awal bulan ini, Xi mengisyaratkan bahwa tidak akan ada pelonggaran kebijakan nol-COVID, menyebutnya sebagai "perang rakyat untuk menghentikan penyebaran virus".
Pada 24 Oktober, sekitar 28 kota di seluruh negeri menerapkan beberapa tingkat tindakan lockdown, analis Nomura mengatakan kepada kantor berita Reuters - dengan sekitar 207 juta orang terkena dampak di wilayah yang bertanggung jawab atas hampir seperempat dari PDB China, tambahnya.
Di seluruh negeri, sekitar 200 lockdown akibat COVID-19 telah diterapkan dalam beberapa hari terakhir - sebagian besar memengaruhi komunitas yang telah ditandai sebagai risiko tinggi atau sedang. Penduduk di wilayah yang berbeda tunduk pada aturan yang berbeda, tergantung pada apakah mereka berada di zona berisiko rendah, sedang atau tinggi.
Wuhan melaporkan hingga 25 infeksi baru COVID-19 sehari minggu ini, dengan lebih dari 200 kasus selama dua minggu terakhir.
Advertisement