Liputan6.com, Jakarta PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Transparansi Internasional Indonesia (TII), organisasi masyarakat sipil global yang bergerak di bidang integritas dan anti-korupsi menjajaki kerja sama penguatan tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) di Pelindo.
"Pelindo berkomitmen penuh dalam penguatan kepatuhan GCG di setiap proses dan lini bisnis perusahaan," kata Group Head Sekretariat Perusahaan Pelindo Ali Mulyono dikutip dari Antara, Sabtu (29/10/2022).
Advertisement
Ali menjelaskan, pada kunjungan perdana TII ke Kantor Pusat Pelindo, Jumat (28/10/2022) kemarin, kedua belah pihak berdiskusi tentang potensi kerja sama yang dapat dilakukan ke depan.
Hadir dalam kunjungan ini Sekretaris Jenderal TII, J. Danang Widiyoko dan Deputi Sekretaris Jenderal TII Wawan Suyatmiko diterima langsung oleh Group Head Sekretariat Perusahaan Pelindo, Ali Mulyono dan Group Head Satuan Pengawasan Internal Pelindo, Widodo.
Dalam kesempatan ini TII meninjau secara langsung proses bisnis dan pelayanan operasional yang ada di pelabuhan Tanjung Priok, yakni melalui Integrated Planning and Control Room.
Di ruang ini terdapat dashboard Marine Traffic, Terminal Petikemas, Terminal Multi Purpose dan Traffic Management yang fungsinya untuk memudahkan komunikasi antara petugas pelayanan kapal dan pelayanan barang, sehingga terdapat sinergi antara kedua pelayanan tersebut, termasuk dalam data transaksi maupun eksekusi pekerjaannya.
Ali mengatakan, sebagai upaya menciptakan lingkungan kerja yang patuh dan selaras dengan prinsip-prinsip GCG, Pelindo telah mengimplementasikan beberapa program kerja antara lain; sosialisasi GCG di seluruh wilayah kerja Pelindo, penerapan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) dan ISO 37001:2016, penandatanganan Pakta Integritas.
Selain itu, juga pelaporan LHKPN secara rutin, aplikasi Single Whistle Blowing System (WBS) yang terintegrasi di Pelindo Group, pembentukan Unit Pengelola Gratifikasi (UPG), kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait upaya pemberantasan korupsi, serta kerja sama dengan Kejaksaan (Jamdatun) terkait penanganan masalah hukum.
Kepatuhan GCG
Pada bisnis inti perusahaan atau sisi operasional, kepatuhan GCG diterapkan Pelindo antara lain dalam penggunaan metode cashless payment dalam setiap transaksi, optimalisasi digitalisasi dalam proses operasional serta pengadaan barang dan jasa bersama atau terpusat, sehingga meminimalisir tindakan korupsi atau kecurangan.
“Ke depan kami akan terus memperkuat Area of Improvement tata kelola di berbagai lini perusahaan, salah satunya melalui kolaborasi dengan Transparansi Internasional Indonesia,” katanya.
Pada kesempatan yang sama Sekretaris Jenderal TII, J. Danang Widiyoko mengatakan bahwa sebagai perusahaan berkelas dunia, Pelindo harus patuh dengan semua standar globa, terutama dengan mengadopsi prinsip-prinsip good governance, dengan menerapkan prinsip dan menjalankan bisnis yang transparan, akuntabel dan partisipatif serta bersih dari korupsi dan berintegritas.
"Harapan saya WBSnya terus diperkuat karena dari situ upaya perbaikan bisa dilakukan. Kedepannya perlu dilakukan survei pada seluruh pihak yang berinteraksi dengan Pelindo sehingga mampu mendorong perbaikan ke arah yang lebih maju secara terus-menerus,” ujar J. Danang Widiyoko.
Advertisement
Setahun Merger, Pelindo Hemat Rp 500 Miliar
Merger BUMN Pelindo pada 1 Oktober 2021 diklaim mampu memberikan penghematan bagi perusahaan. Salah satu penghematan didapat dari optimalisasi aset yang dilakukan oleh subholding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP). Selama setahun, penghematan dari optimalisasi aset disebut sedikitnya mencapai Rp500 miliar.
Corporate Secretary SPTP Widyawendra mengatakan, nilai penghematan tersebut didapat dari sejumlah relokasi peralatan yang dilakukan oleh perseroan.
Relokasi peralatan pendukung kepelabuhanan dilakukan oleh SPTP untuk memenuhi kebutuhan minimal peralatan di terminal peti kemas yang membutuhkan.
Hingga September 2022, sedikitnya SPTP telah merelokasi 3 unit alat angkat peti kemas di atas dermaga (quay container crane/QCC), 4 unit alat angkat peti kemas di lapangan penumpukan (rubber tyred gantry/RTG).
"Optimalisasi aset ini dilakukan untuk mendukung standardisasi terminal peti kemas dengan cara memenuhi kebutuhan minimum peralatan, ketimbang jika harus melakukan pembelian baru melalui pengadaan yang membutuhkan biaya besar dan waktu yang tidak sedikit," kata Widyaswendra, Kamis (6/10/2022).
Disebutkan, nilai baru alat jenis QCC berkisar antara Rp 140-160 milliar per unit. Sementara untuk jenis RTG berkisar antara Rp 40-50 milliar. Jumlah aset yang dioptimalkan oleh PT Pelindo Terminal Petikemas hingga 2025 mencapai 99 peralatan yang akan direlokasi ke sejumlah terminal peti kemas di pelabuhan seluruh wilayah kerja perusahaan.
"Selain QCC dan RTG juga ada alat angkat dan angkut peti kemas lainnya yang akan dioptimalkan, tentunya disesuaikan dengan terminal yang akan dituju terutama infrastruktur seperti dermaga dan lapangan penumpukan," lanjutnya.
Ada Ketimpangan
Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi mengatakan, saat ini terdapat ketimpangan antara terminal peti kemas di wilayah barat dengan wilayah timur di Indonesia.
Sejumlah terminal peti kemas belum didukung dengan peralatan yang memadai. Akibatnya kinerja bongkar muat di sejumlah terminal masih belum maksimal.
Lebih lanjut, Siswanto mengapresiasi langkah Pelindo untuk melakukan relokasi sejumlah peralatan utama dan pendukung kegiatan terminal peti kemas.
Advertisement