Liputan6.com, London - Kebun Binatang Chester di Inggris mengumumkan kelahiran seekor spesies terancam punah, yaitu badak bercula satu yang lebih besar (greater one-horned) atau badak India.
Dikutip dari situs Odditycentral, Sabtu (29/10/2022), kebun binatang di Cheshire, Inggris itu mengumumkan, badak Asha yang berusia 15 tahun melahirkan seekor bayi betina pada Jumat, 14 Oktober 2022. Momen tersebut terekam kamera di kandang sang induk.
Advertisement
Badak bercula satu ini termasuk spesies terancam punah di Daftar Merah IUCN (International Union for the Conservation of Nature's Red List). Hanya ada sekitar 3.000 ekor yang diyakini masih bertahan hidup di habitat liarnya, di sekitar wilayah Barat India.
Momen kelahiran bayi langka itu dibagikan oleh Chester Zoo melalui akun sosial media dan laman resmi Chester Zoo. Melansir dari laman tersebut, Asha melahirkan putrinya setelah 15 bulan masa kehamilan.
Ini merupakan kelahiran yang ditunggu-tunggu setelah kelahiran badak bercula satu India empat tahun sebelumnya.
Menurut keterangan Rhino Team Manager Sam Harley, pada hari anak badak itu lahir, Asha tampak lesu dan tidak mau makan. Tanda kelahiran ini disadari oleh tim Sam, mereka memantau momen istimewa ini melalui kamera tersembunyi.
"Kami melihat air ketubannya pecah sekitar pukul 16:10 saat kami menonton dari jarak jauh melalui kamera. Lalu pukul 16:24, dia mendorong si kecil keluar ke dunia. Benar-benar hak istimewa untuk menyaksikan acara khusus seperti itu", ujar Sam.
Sam juga menambahkan, bayi betina Asha ini lahir dengan ukuran yang luar biasa, lahir dengan berat 50 kg dan dia akan tumbuh menjadi sekitar 1,7 ton.
"Terlepas dari perawakannya yang sangat besar, spesies ini memiliki sisi yang sangat lembut. Saat ini induk dan anak badak ini telah bersantai dan tenang, menghabiskan waktu berdampingan bersama-sama,” ujar Sam menerangkan kondisi Asha dan putrinya.
4 Bayi Badak Bercula Satu TN Ujung Kulon Belum Punya Nama, Ada Rekomendasi?
Kabar baik kelahiran binatang langka ini, juga ada di Indonesia, yaitu temuan empat ekor anak badak bercula satu sepanjang tahun 2021 di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), sehingga totalnya ada 75 badak jawa yang hidup di Taman Nasional Ujung Kulon.
Pada September 2021, dua ekor anak badak bercula satu diketahui menjadi penghuni baru hutan Taman Nasional Ujung Kulon usai tertangkap kamera trap, yang dipasang tim monitoring di bulan April-Juni 2021. Anak badak bercula satu terpantau hidup di sekitar resort Karangranjeng, Cibandawoh, Cibunar, dan Handeuleum, yang memang menjadi habitat alaminya.
"Gambarnya tertangkap di Semenanjung Ujung Kulon. Jadi itu hasil identifikasi, jadi tiap bulan itu chipnya di kamera trap itu diambil dan disetorkan terus kita identifikasi. Dan dalam identifikasi itu tertangkap adanya populasi baru, dua ekor," kata Kepala Sub Bagian (Kasubag) Tata Usaha (TU) Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Dudi Mulyadi, Rabu (18/8/2021).
Populasi hewan eksotis bernama latin Rhinoceros Sondaicus kini semakin banyak. Sebelumnya, terpantau dua ekor anak badak lahir terpantau kamera trap pada Maret 2021.
Advertisement
Badak Putih Tertua di Dunia Mati di Kebun Binatang Italia
Namun, tahun lalu juga terdapat kabar buruk mengenai hewan berkulit keras ini. Kabar duka datang dari Italia, Toby sang badak putih tertua di dunia, mati di usia 54 tahun di salah satu kebun binatang Parco Natura Viva Italia.
"Nonno 'Toby' (Kakek Toby) meninggal pada 6 Oktober," ucap seorang perwakilan Kebun Binatang Parco Natura Viva, Elisa Livia Pennacchioni, pada AFP, dilansir dari laman RTE, 12 Oktober 2021. "Dia pingsan di lantai dalam perjalanan kembali ke tempat penampungan malamnya, dan setelah sekitar setengah jam, jantungnya berhenti," ungkap Pennacchioni.
Ia menambahkan, Toby akan dibalsem dan dipajang di museum sains MuSe di Trento. Kabarnya, badak daro Afrika itu akan bergabung dengan Blanco, seekor singa putih yang mati lima tahun lalu.
Menurut Pennacchioni, badak putih biasanya hidup hingga usia 40 tahun saat berada di penangkaran, sedangkan yang hidup di alam liar bisa mencapai 30 tahun.
Kematian Toby, yang menyusul pasangan betinanya Sugar pada 2012. Toby juga meninggalkan Parco Natura Viva dengan satu badak putih yang tersisa, Benno, berusia 39 tahun.
Menurut WWF, Toby masuk dalam spesies badak putih selatan, salah satu populasi badak yang tidak terancam punah. Populasi badan putih selatan diperkirakan sekitar 18.000 spesies.
Badak putih terbagi dalam dua sub spesies, yaitu badak putih utara dan selatan. Keduanya ditemukan di dua wilayah berbeda di Afrika.
Berbeda dengan badak putih selatan yang masih memiliki banyak populasi, badak putih utara kini hanya tersisa dua di dunia. Namun, kedua badak putih utara ini adalah betina.
Badak putih utara jantan terakhir di dunia, Sudan, mati pada 2018 lalu. Sudan meninggalkan dua keturunan badak putih utara, yakni Najin, seorang putri, dan Fatu, seorang cucu perempuan, dilansir New York Times. Namun, keduanya tak akan bisa menyelamatkan kepunahan badak putih utara.
Sementara itu, ancaman kepunahan juga terjadi pada badak jawa Rhinoceros sondaicus, satu dari lima jenis badak terancam punah di dunia. Badak jawa adalah satu dari tiga spesies badak Asia. Seperti namanya, dia hanya dapat ditemukan di Pulau Jawa.
Badak Jawa memiliki ciri khas khusus, badak jawa jantan memiliki satu cula dengan ukuran rata-rata sekitar 25 cm. Sedangkan, badak jawa betina tidak memiliki cula atau hanya bercula kecil. Umumnya, badak Jawa memiliki panjang 2-3,2 meter dengan berat 900-2,300 kg.
Baik jantan maupun betina, badak jawa memiliki gigi seri bawah yang menyerupai taring, yang mereka gunakan untuk bertarung. Badak jawa mendiami hutan, daerah rawa, dan daerah semak belukar di kawasan Jawa Barat.
Selain di Pulau Jawa, badak jawa pernah menempati Kalimantan, Sumatra, Semenanjung Malaya, dan wilayah yang membentang ke utara melalui Myanmar hingga Bengal timur. Utamanya, badak Jawa adalah penjelajah dan sering memakan tanaman pionir yang mendominasi celah di hutan yang dibuat oleh pohon tumbang.
Sama seperti halnya badak Sumatera, badak Jawa juga menyandang status critically endanger atau sangat terancam punah. Saat ini populasi badak Jawa terkonsentrasi di Taman Nasional Ujung Kulon.
Pada 2020, pengelola Taman Nasional Ujung Kulon mengandalkan data perangkap kamera untuk mengidentifikasi dan melacak badak Jawa. Mereka memperkirakan bahwa populasi badak Jawa tidak lebih dari 68-74 ekor yang masih hidup.
Badak jawa sangat rentan terhadap kepunahan karena bencana, hilangnya habitat, penyakit, perburuan, dan potensi perkawinan sedarah. Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa ancaman yang berpotensi sebagai penyebab badak jawa punah:
1. Perdagangan satwa liar
Sejak lama, badak Jawa telah menjadi target perburuan liar. Mereka juga dibunuh karena dianggap sebagai hama pertanian. Biasanya, badak Jawa dibunuh untuk diambil culanya, komoditas yang sangat berharga dalam pengobatan tradisional Asia.
2. Penyakit
Dalam beberapa tahun terakhir, empat ekor badak, termasuk satu betina dewasa muda, diperkirakan mati karena penyakit. Penyakit ini mungkin ditularkan ke ternak liar kemudian menular ke badak.
3. Kekurangan habitat
Orang-orang yang tinggal di dekat habitat badak Jawa terus merambah hingga mengakibatkan kerusakan merusak habitat badak. Selain itu, pembangunan di dekat taman nasional juga berisiko mengambil habitat badak Jawa.
4. Keragaman genetik yang rendah
Keragaman genetik yang rendah dan perkawinan sedarah dapat mempersulit kelangsungan hidup spesies badak Jawa dalam jangka panjang.