Cerita Akhir Pekan: Tantangan Pertanian Organik Lokal

Hasil pertanian organik di Indonesia masih mahal karena belum banyak dan penanganannya berbeda dengan yang non-organik.

oleh Henry diperbarui 30 Okt 2022, 08:30 WIB
Lahan pertanian organik (Foto: Dok Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pertanian organik merupakan sistem budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis seperti pestisida. Beberapa tanaman Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dengan teknik tersebut adalah padi, hortikultura yang meliputi tanaman sayur, buah, bunga, dan tanaman obat, contohnya brokoli, kubis merah dan jeruk. Lalu tanaman perkebunan seperti kopi, teh, dan kelapa serta rempah-rempah.

Pertanian organik kini mulai dikenal luas masyarakat seiring dengan adanya tren hidup sehat. Banyak pelaku pertanian organik bermunculan seiring dengan pangsa pasar yang semakin terbuka. Tidak hanya karena bernilai ekonomis tinggi, pertanian organik penting untuk perbaikan ekosistem pertanian yang kian rusak terpapar bahan sintetik atau kimiawi seperti pestisida.

"Bahan-bahan organik seperti sayuran dan buah-buahan ini memang semakin diminati meski pasarnya belum sebanyak yang non-organik. Itu wajar saja karena keinginan dan kebutuhan masyarakat memang selalu berubah dan kebetulan di tengah tren pola hidup sehat ini bahan makanan organik makin diminati," terang Insan Syafaat selaku Wakil Ketua Komisi Tetap Kemitraan Peternakan Kadin Indonesia pada Liputan6.com, Selasa, 25 Oktober 2022 di Jakarta.

"Untuk sayuran dan buah organik ini biasanya ada label organiknya untuk membedakannya dengan yang non-organik. Kalau dibilang lebih mahal, itu karena pertanian organik di Indonesia ini masih belum banyak dan penanganannya memang berbeda dengan yang non-organik," lanjutnya.

Mengenai mana yang lebih sehat, Insan mengatakan, dua-duanya sama baiknya karena selama ini banyak orang yang mengonsumsi bahan makanan non-organik dan tetap sehat. Bedanya, bahan makanan organik banyak diklaim lebih sehat atau lebih terjamin kebersihannya.

"Pasar pertanian organik ini memang lagi bagus. Kalau memang mau ditingkatkan, pemerintah harus membeikan akses dan kesempatan yan sama pada tiap petani yang mau menanam tumbuhan organik," ucap pria yang biasa disapa Ino ini.

Menurut Insan, masih ada berbagai kendala yang dihadapi pertanian organik, di antaranya, belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik dan perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia. Selain itu, belum ada kepastian pasar, sehingga petani masih belum banyak yang memproduksi komoditas tersebut.

"Pertanian organik memang butuh modal yang lebih besar dan saat ini belum banyak petani yang beralih ke tanaman organik. Tapi bukan tidak mungkin kondisinya akan jauh berbeda dalam beberapa tahun kedepan kalau permintaan terhadap hasil pertanian organik semakin meningkat," tuturnya.


Gaya Hidup Sehat Meningkat

Ilustrasi Gaya Hidup Organik (Photo by Jannis Brandt on Unsplash)

Potensi bahan pertanian organik tentu jadi pertimbangan utama sejumlah pelaku usaha untuk menjual produk organik. Di seluruh dunia termasuk Indonesia, pertumbuhan permintaan produk organik meningkat dari tahun ke tahun.

Pertumbuhan pasar organik Tanah Air diperkirakan meningkat sekitar 15 sampai 20 persen dari tahun ke tahun. Hal ini disampaikan Chief Marketing Officer Growell Whole Foods, Wilyana Saujana.

"Kesadaran publik terkait gaya hidup sehat meningkat dan ini perlu terus didukung agar tak hanya jadi tren sesaat. Bergerak di bidang health-centric business, kami merasa literasi soal manfaat bahan makanan alami terhadap gaya hidup sehat perlu terus disampaikan," kata Wilyana pada Liputan6.com, beberapa waktu lalu di cabang kedua Growell di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Wilyana menambahkan, bahan makanan alami selalu muncul sebagai pilihan karena proses produksinya dilakukan tanpa melibatkan teknologi rekayasa, biologis, radiasi, penggunaan zat pestisida, hormon, maupun antibiotik. Selain itu, kehadiran Growell terutama dengan dibukanya cabang baru ini adalah untuk merespons permintaan gaya hidup sehat yang meningkat di masyarakat.

Di sisi lain, Wilyana mengakui, atu perbedaan mencolok antara produk organik dan non-organik adalah harganya. Kedua jenis produk ini terutama sayuran sama-sama mudah ditemukan di pasaran. Namun, harga jual sayur organik dan non-organik berbeda.


Keunggulan Organik

ilustrasi sayur organik | pexels.com/@markusspiske

"Kalau dibilang harga sayur organik itu mahal, mungkin sebenarnya bukan karena mahal, tetapi karena masih limited," terang Wilyana. Ia menjelaskan, jumlah sayur organik yang terbatas menjadi penyebab utama tingginya harga bahan makanan ini. Sayur organik berasal dari tanah khusus yang tidak pernah disemprot disinfektan setidaknya selama lima tahun terakhir.

"Ketika masa panen, kan sayurnya organik, berarti tidak semua sayurnya kelihatan cantik dan bagus,. Kemungkinan dengan produksi sekian, bisa jadi bulan itu cuma 30 persen yang bisa dijual," ungkapnya.

Meski harganya relatif mahal karena keterbatasan jumlah panen, sayur organik punya keunggulan tersendiri dibandingkan dengan sayur non-organik. Jenis sayur organik lebih sehat dikonsumsi. Pasalnya, produksi sayur ini tidak menggunakan campuran bahan kimia apapun. Masa simpan sayur organik juga tidak jauh beda dengan sayur non-organik. Selama penyimpanannya benar, sayur organik bisa tahan hingga tujuh hari lamanya.

Potensi pertanian organik yang cukup menjanjika juga diakui oleh Masyarakat Pertanian dan Petani Organik Indonesia (Maporina). Potensi pertanian organik sangat menjanjikan karena untuk kedepannya orang akan mencari makanan yang sehat dan yang dibudidayakan serta lebih ramah lingkungan

"Saat ini petani organik memang belum banyak tapi cenderung akan semakin bertambah karena sangat potensial di masa mendatang. Saat ini tanaman pangan organik seperti beras dan sayuran organik termasuk yang paling banyak permintaan pasarnya," ungkap Agus Yulianto selaku Ketua Bidang Verifikasi dan Sertifikasi pada Liputan6.com, Kamis, 27 Oktober 2022. Namun karena pertanian organik belum terlalu banyak dan masih berkembang, harganya lebih mahal dibandingkan non-organik.


Prospek Produk Organik

Growell Whole Foods buka di Jakarta/dok. Growell Whole Foods

"Produksinya belum terlalu massal jadi harganya masih terbilang mahal. Selain itu belum ada kepastian pasar tentang produksi pertanian organik dan pengetahuan tentang organik di masyarakat masih minim," terangnya.

Produk pertanian organik umumnya menghasilkan bahan makanan yang lebih sehat karena lingkungannya lebih terjaga. Hal itu membuat permintaan akan produk pertanian organik cukup diminati, termasuk oleh toko-toko yang menjual bahan makanan organik. Agus mengatakan, salah satu bukti prospek produk organik kedepannya akan semakin cerah bisa dilihat semakin bertumbuhnya toko-toko yang khusus menjual bahan-bahan organik.

Untuk saat ini, tempat usaha yang menjual produk pertanian organik lebih banyak dijumpai di kota-kota besar dan konsumennya sebagian besar adalah masyarakat menengah keatas. Selain masalah harga dan penyebaran yang belum merata, menurut Agus, kurangnya edukasi tentang keunggulan atau kebaikan makanan organik masih sangat minim.

"Harapan kami masyarakat mulai mencintai dan mengonsumsi produk produk organik dan pemerintah perlu campur tangan untuk memberi perhatian pada produk-produk organik. Saat ini mungkin belum terlalu banyak tapi pertanian organik punya potensi besar dalam beberapa tahun mendatang," pungkasnya.

Perlawanan Satu Dekade Petani Kendeng (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya