Banjir Bandang hingga Kematian di Malam Halloween, Korsel Sedang Tak Baik-Baik Saja

Pada Sabtu, 29 Oktober 2022, pesta halloween di Itaewon, Korea Selatan, memakan korban jiwa.

oleh Hani Safanja diperbarui 30 Okt 2022, 10:07 WIB
Lokasi pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan. (Yonhap)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka dari Korea Selatan menggemparkan dunia. Pada Sabtu, 29 Oktober 2022, pesta halloween di Itaewon memakan korban jiwa. Laporan dari Koreaboo, Minggu (30/10/2022), menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 100.000 orang yang berkumpul di dalam dan di sekitar Itaewon setiap hari selama akhir pekan Halloween.

Dilaporkan, setidaknya 149 orang telah tewas saat perayaan Halloween yang berlangsung di jalan sempit di ibu kota Korea Selatan itu.

Melansir dari Koreaboo, pada kejadian ini, petugas darurat dilaporkan menerima setidaknya 81 panggilan dari orang-orang di Itaewon yang mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan bernapas.

Halloween yang jatuh pada 31 Oktober memang merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh warga Korea Selatan. Pandemi yang menunda perayaan Halloween selama 2 tahun diyakini sebagai alasan terjadinya tragedi Itaewon ini.

Di sisi lain, Korea Selatan turut mengalami berbagai peristiwa mencekam yang sempat memporak porandakan tidak hanya warga Korea, tetapi juga internasional.

Peristiwa Paris Baguette yang sebelumnya memakan korban jiwa pun masih cukup hangat dan membekas di hati para warganet. Tidak hanya itu, Korea Selatan juga dikabarkan memiliki peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron terbaru.

Adapun sebelumnya, pada Agustus 2022, Korea Selatan juga mengalami banjir terburuk dalam 80 tahun terakhir.

Lantas apa saja peristiwa yang telah terjadi di Negeri Ginseng akhir-akhir ini? Berikut kami himpun peristiwa yang mencekam di Korea Selatan yang dilansir dari berbagai sumber.


1. Gempa 4.1 Ritcher di Korea Selatan

Ilustrasi Gempa (Liputan6.com/Abdillah)

Melansir dari Yonhap, gempa berkekuatan 4,1 SR melanda wilayah tengah Korea Selatan Goesan pada Sabtu (29/10), kata badan cuaca Korea Selatan, tanpa ada kerusakan atau korban jiwa yang dilaporkan sejauh ini.

Gempa tersebut terjadi di desa Jangyeon, Goesan timur laut Provinsi Chungcheong Utara, pada pukul 8:27 pagi KST dengan perkiraan kedalaman 12 kilometer, menurut Administrasi Meteorologi Korea (KMA).

Ini menandai gempa terkuat yang pernah melanda Semenanjung Korea tahun ini dan yang terbesar ke-38 sepanjang masa di negara tersebut. Gempa ini juga merupakan gempa terkuat setelah gempa berkekuatan 4,9 SR yang menghantam perairan lepas pantai Seogwipo di pulau selatan Jeju pada 14 Desember tahun lalu.

Laporan Yonhap juga menyebutkan gempa berkekuatan 4,1 didahului oleh tiga gempa susulan berkekuatan 1,6 SR, 1,3 SR, dan 3,5 SR, semuanya terjadi beberapa menit sebelum gempa yang lebih besar dilaporkan. Kemudian, terdapat 12 gempa susulan yang dilaporkan hingga pukul 10 pagi.

Getaran gempa tampaknya dirasakan bahkan dari Seoul, 110 km jauhnya dari Goesan, dengan beberapa warga melaporkan kepada otoritas pemadam kebakaran bahwa mereka merasakan tanah berguncang selama sekitar dua detik.


2. Gelombang Covid-19 ke-7 di Korea

Orang-orang menunggu tes virus corona COVID-19 di tempat pengujian darurat, Seoul, Korea Selatan, Rabu (26/1/2022). Korea Selatan mengurangi periode karantina dan perluasan pengujian cepat menyusul melonjaknya kasus COVID-19. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Melansir dari Korean Times, Korea Selatan sedang menghadapi gelombang baru infeksi COVID-19. Tetapi, peningkatan gelombang ini mungkin tidak separah gelombang sebelumnya karena telah ada peningkatan kekebalan dari infeksi dan vaksinasi yang telah diberikan.

Para ahli mengantisipasi varian Omicron BQ.1 dan keturunan BQ 1.1 yang baru muncul, juga dikenal sebagai Typhon dan Cerberus, yang menjadi peningkatan atas gelombang ini , menggantikan varian induk BA.5.

Korsel juga mengalami peningkatan kasus BQ. Varian ini menyumbang sekitar 0,9 persen dari total infeksi di seluruh negeri pada minggu kedua bulan Oktober, tetapi angka tersebut melonjak menjadi 3,7 persen pada minggu berikutnya.

Otoritas kesehatan Korea Selatan memandang bahwa negara ini sedang memasuki gelombang baru, seperti yang terlihat dari kebangkitan infeksi dan jumlah pasien yang sakit kritis.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan, terdapat 35.924 kasus virus baru pada Kamis (27/10), meningkatkan total keseluruhan menjadi 25.466.922.


3. Insiden Paris Baguette

Ikustrasi Paris Baguette. ( Dok: Instagram Paris Baguette Liputan6 dyah)

Paris Baguette, perusahaan roti di Korea Selatan, diboikot massal karena terdapat kasus yang menewaskan salah satu pekerjanya. Dikabarkan bahwa pegawai wanita masuk ke dalam mesin pengaduk karena pabrik tidak menjalankan SOP yang ada.

Berdasarkan laporan, wanita tersebut hanya mengoperasikan mesin sendirian, yang seharusnya dioperasikan oleh dua karyawan. Celemeknya kemudian tersangkut yang membuatnya masuk ke dalam mesin pengaduk dan bagian atas tubuhnya terjepit.

Sebelumnya, SPC yang merupakan pabrik afiliasi dari Paris Baguette juga terungkap mengalami kecelakaan lain ketika tangan seorang karyawan tersangkut di mesin produksi lain, tetapi tidak ditindak karena statusnya sebagai pekerja tidak tetap.

Sontak kasus ini jadi perbincangan karena tidak adanya pertanggungjawaban yang sepantasnya. Reaksi dari berdukanya SPC ke pemakaman korban pun turut menjadi perbincangan karena hanya mengirimkan produksi roti sebanyak 2 kardus ke tempat pemakaman.


4. Kasus Pembunuhan Gwangmyeong

Ilustrasi Kepolisian Gwangmyeong, Korea Selatan (Dok: Korean Times)

Melansir dari Korean Times, seorang ibu dan dua anak remaja ditemukan tewas dengan luka tusukan di rumah mereka di Gwangmyeong, selatan Seoul.

Suaminya yang berusia 30-an tahun memberi tahu polisi sekitar pukul 11:30 malam selasa waktu setempat, bahwa ketiganya ditemukan tewas. Adapun mayat sang ibu yang berusia 30-an dan dua anak laki-laki itu berada di lantai ruang tamu apartemen mereka ketika polisi tiba.

Setelah dilakukan penyelidikan, pengadilan yang dilakukan pada Jumat (28/10), waktu setempat menyetujui surat perintah penangkapan untuk seorang pria berusia empat puluh tahun yang ditahan awal pekan ini karena diduga membunuh istri dan dua putra remaja mereka di rumah mereka di Gwangmyeong, tepat di selatan Seoul.

Tersangka ditahan karena dicurigai menikam istrinya yang berusia 40-an dan dua putranya secara fatal, satu anak SMP dan yang lainnya seorang siswa sekolah dasar,  di apartemen mereka di kota Provinsi Gyeonggi sekitar pukul 8 malam waktu setempat pada hari sebelumnya.

Adapun tersangka dilaporkan mengatakan kepada polisi bahwa dia melakukan pembunuhan karena konflik rumah tangga dan menyalahkan para korban.


5. Super Topan di Korea Selatan

Dampak Topan Hinnamnor di Pohang, Korea Selatan. Dok: Kim Hyun-tai/Yonhap via AP.

Melansir dari Yonhap, Korea Selatan menghadapi topan yang berpotensi paling merusak dalam 10 tahun terakhir.

Topan Hinnamnor yang kuat bergerak menuju Korsel dan peringatan cuaca awal telah dikeluarkan di sebagian besar kota dan kabupaten di wilayah selatan, termasuk Gwangju, Busan dan Jeju.

Topan ini dilaporkan memakan korban jiwa karena dampaknya. Adapun total korban berjumlah 10 orang setelah badai menerjang pantai selatan dengan gelombang besar dan hujan lebat pada Rabu (7/9/2022).

Di kota pelabuhan tenggara Pohang, salah satu daerah yang paling terpukul, tujuh jasad dan dua orang yang selamat ditarik keluar dari tempat parkir bawah tanah yang terendam di sebuah kompleks apartemen, kata Central Disaster and Safety Countermeasures Headquarters.

Topan Hinnamnor memaksa lebih dari 4.700 orang meninggalkan rumah mereka demi keselamatan, dan menghancurkan sekitar 12.000 rumah dan bangunan.

Dilaporkan, badai ini juga turut menerjang Korea Utara hingga Jepang dan berdampak pada pemadaman listrik di Jepang. 


6. Banjir Bandang di Korea Selatan

Seorang pria terjebak di atas mobilnya saat banjir melanda kota Seoul, Korea Selatan, 8 Agustus 2022. (dok. Twitter @eennaax)

Bencana banjir yang terjadi di Ibukota Seoul pada Senin (8/8/2022), turut merendam wilayah Gangnam. Banjir besar mengakibatkan ratusan orang harus ikut evakuasi, mati lampu, dan korban jiwa yang mencapai 9 orang.

Dilaporkan juga pada Minggu (14/8), bahwa angka kematian meningkat menjadi 14 orang dan 6 orang menghilang. 8 korban meninggal berlokasi di Seoul, 4 korban di Provinsi Gyeonggi yang berbatasan dengan Ibukota, adapun dua korban bertempat di Provinsi Gangwon.

Selanjutnya, ada 2 orang menghilang di Provinsi Chungheong Selatan usai truk mereka terseret banjir. 4 korban lain yang hilang berasal di Provinsi Gyeonggi dan Gangwon.

Sekitar 7.480 warga di Korea Selatan harus dievakuasi akibat banjir yang terjadi, berdasarkan data Central Disaster and Safety Countermeasures Headquarters.

Diyakini, hujan yang terjadi di Korea Selatan ini adalah yang terparah dalam 80 tahun terakhir.

Presiden Korea Selatan meminta agar jajarannya siap untuk melawan dampak lebih lanjut dari banjir di wilayah Seoul dan sekitarnya, seperti tanah longsor.

Hasil Utama KTT Korea Utara-Korea Selatan adalah Perang Korea Berakhir (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya