Liputan6.com, Jakarta - Lain dari biasanya, 12 desainer yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) mempresentasikan deretan gaun pengantin bergaya kontemporer. Total ada 36 kreasi desainer IPMI dihadirkan sebagai penutup di hari kelima Jakarta Fashion Week (JFW) 2023.
Tampilan gaun pengantin karya desainer IPMI memberikan banyak tawaran desain yang segar. Era Soekamto, perwakilan IPMI yang juga menampilkan rancangannya, mengungkapkan secara detail masing-masing desainer menampilkan tiga karya. "Dua belas desainer dalam satu panggung, it will be fun," ujarnya saat konferensi pers sebelum pegelaran, pada 28 Oktober 2022.
Baca Juga
Advertisement
Bertema "Moonlight Whisper", mereka kompak menampilkan gaun pengantin putih. Kontemporer dan otentik, itulah yang akhirnya ditampilkan di atas panggung. Meski begitu, tetap ada unsur budaya tradisional di dalamnya. Di samping, musik latar yang diputar di sepanjang pertunjukan berupa alunan gamelan.
Show dibuka oleh tiga gaun pengantian rancangan Era Soekamto. Mantan Direktur Kreatif Iwan Tirta itu mempersembahkan gaun pengantin dengan tampilan tradisional. Kebaya dan kain batik putih mengilap, sepatu putih, serta kerudung putih yang terbentang menghadirkan suasana magis dan sakral. Tentunya, tampilan tersebut dilengkapi dengan ronce melati di sanggul.
Suasana tersebut tetap terjaga dengan kehadiran rancangan Ghea Panggabean yang menghadirkan gaun pengantin Bali yang menonjolkan warna keemasan. Kemben yang khas Bali dikreasikan sedetail mungkin olehnya, mengangkat tema "Astungkara" yang bermakna semoga terjadi atas kehendak-Nya. Astungkara ini diucapkan saat sedang menyampaikan harapan dan doa kita kepada Tuhan.
Seumpama Karya Seni
Tema tersebut diangkat karena Ghea menampilkan koleksi pakaian pernikahan yang terinspirasi dari keindahan budaya dan tradisi Pulau Bali. Dalam koleksi ini, Ghea terinspirasi dari tradisi leluhur dan keindahan songket Bali yang ditranslasikan ke dalam busana pernikahan bernuansa putih yang melambangkan kesucian dengan sentuhan bordir emas ciri khas Ghea dalam bahan sifon dan sutra Thailand.
Sementara, Andreas Odang menampilkan tiga gaun pengantin dengan salah satunya bisa disebut unik karena berbentuk mini. Ia terinspirasi dari terinspirasi dari Puisi Cinta dan rasa hati yang penuh Kebahagiaan,.
"Lebih ke showpieces dan art, karena saya hanya menampilkan tiga gaun malam ini, saya berpikir kenapa tidak menampilkan show pieces dan sesuatu yang berbeda dari gaun pengantin pada umumnya," ungkap Andreas di kesempatan yang sama.
Gaun pertama, bagaikan tiupan api cinta yang membara terlukiskan melalui payetan bermotif lidah lidah api. Sementara, gaun kedua tampak seperti sebuah hand bouquet. Gaun ball gown berbahan organdi dengan ratusan bunga bunga kecil yang dipasang satu per satu. Kemudian, ekor kelopak kelopak bunga di badan atas menyerupai seikat buket bunga pengantin.
Untuk gaun ketiga, Andreas membuatnya seperti cinta yang memeluk erat dalam keindahan bordiran kelopak kelopak bunga berpayet. Semua tampilan itu ditunjang oleh sepatu pengantin berbahan satin yang didesain khusus oleh Cava Prive dan aksesori karya Rinaldy A. Yunardi.
Advertisement
Timeless
Selanjutnya, ada Liliana Lim yang kembali berkreasi dengan menyuguhkan karyanya yang merepresentasikan identitasnya sebagai designer. Kecantikan yang simple dan timeless adalah pendekatan utama dalam mendesain gaun-gaunnya. Gaun pertama terinspirasi oleh Hanbok Korea dengan bahan dasar tulle dan beaded lace.
Gaun kedua dan ketiga merupakan karya gaun dengan teknik Moulage, salah satu trademark dari design Liliana Lim. Salah satunya, wedding jumpsuit adalah sebuah bentuk eksplorasi untuk menciptakan look yang berbeda dari wedding gown pada umumnya.
Utsukushi dalam bahasa Jepang memiliki arti ‘beautiful’ atau ‘kecantikan’. Kata tersebut yang selalu dijadikan acuan Danny Satriadi dalam membuat sebuah karya.Kali ini Danny Satriadi, yang fasih dalam memadu-madankan motif dan siluet bergaya oriental, mencoba untuk mengangkat budaya Jepang dengan mengeksplor kain Obi.
Kain Obi yang terbuat dari tenun Jepang asli membuat koleksi ini begitu kental dengan budaya Asia.Kain tersebut dibentuk menyerupai detail origami sebagai pemanis sentuhan akhir dalam pembuatan koleksi wedding dress kali ini. Tali pengikat Obi dengan sentuhan tassel, yang menambah kekuatan dari setiap look.
Elegan dan Feminin
Kali itu juga tampil dari brand SEBASTIAN sposa oleh desainer Sebastian Gunawan & Cristina Panarese yang diluncurkan pada 2006. Mereka menawarkan desain yang unik dan eksklusif dengan sentuhan detail yang dipersonalisasi. "The Metaphors of White" terinspirasi oleh gagasan pengantin sepanjang zaman.
Menyerupai kemurnian dan kepolosan pengantin wanita, kertas putih untuk awal yang baru. Ide-idenya ditonjolkan di sini dengan sentuhan satin, organza sutra, tulle, dan semuanya berwarna putih. Koleksi yang dibuat untuk generasi modern.
Berfokus pada siluet dan lipatan kain berkualitas, gaun pengantin bisa benar-benar putih tetapi tidak harus selalu begitu. Koleksi ini menggunakan rangkaian warna kain putih mulai dari putih gading hingga kombinasi kelabu tua dan krem. Bahannya dirancang untuk melengkapi siluet anggun pengantin wanita dengan tali, hiasan mutiara dan detail perak, tulle lembut, dan satin Italia yang rimbun.
Selain beberapa desainer IPMI tadi, masih ada karya menarik lainnya dengan tema gaun pengantin bernuansa putih, seperti milik desainer Ivan Gunawan yang mengakomodasi pengantin yang ingin tampil seksi. Sementara, Priyo Oktaviano menampilkan gaun pengantin bergaya oriental. Ia menghadirkan gaun pengantin cheongsam dengan nuansa putih keemasan. Siluet yang dihadirkan tampak elegan dan feminin melalui potongan backless.
Advertisement