Liputan6.com, Jakarta - Pada pekan ini, sejumlah perusahaan teknologi besar rilis laporan keuangan. Dari laporan kinerja keuangan, perusahaan teknologi seperti hadapi posisi yang tidak biasa.
Kapitalisasi pasar saham gabungan dari Alfabet, Amazon, Meta dan Microsoft terpangkas lebih dari USD 350 miliar atau sekitar Rp 5.443,42 triliun (asumsi kurs Rp 15.552 per dolar AS). Koreksi kapitalisasi pasar itu terjadi`setelah manajemen perseroan menyampaikan mengenai kuartal III 2022 dan prospek akhir 2022.
Advertisement
Salah satunya dari kasus Meta yang di antara pertumbuhan pendapatan melambat dan atau penurunan. Perseroan juga berupaya mengendalikan biaya. Raksasa teknologi telah menemukan diri dalam posisi yang tidak biasa setelah pertumbuhan yang tak terkendali dalam dekade terakhir.
Hasil kuartal III 2022 pada pekan ini datang dengan latar belakang inflasi yang melonjak, kenaikan suku bunga dan resesi yang membayangi. Sementara itu, Apple melawan tren setelah mengalahkan harapan pendapatan dan laba. Saham Apple mencatat kinerja terbaik dalam lebih dari dua tahun.
Selain itu, induk Facebook Meta mengalami penurunan laba, dan mencatat rata-rata pendapatan terendah per pengguna dalam dua tahun. Manajemen Meta mengatakan penjualan pada kuartal IV 2022 akan turun dalam jangka waktu lama.
“Ada banyak hal yang terjadi saat ini dalam bisnis dan dunia sehingga sulit untuk memiliki yang sederhana, kami akan melakukan satu hal ini, dan itu akan menyelesaikan semua masalah,” ujar CEO Meta, Mark Zuckerberg dikutip dari CNBC, Minggu (30/10/2022).
Saham Meta alami pekan terburuk sejak IPO perusahaan pada 2012. Saham Meta anjlok 24 persen selama lima hari terakhir. Saham Microsoft melemah 2,6 persen pada pekan ini setelah turun 7,7 persen pada Rabu, 26 Oktober 2022. Hal itu setelah perseroan memberikan panduan yang lemah pada akhir tahun dan meleset dari perkiraan untuk pendapatan cloud.
Saham Amazon Merosot pada Pekan Ini
Koreksi juga terjadi di saham Amazon. Saham Amazon turun 13 persen. Aksi jual yang terjadi seiring perkiraan kuartal IV yang lesu bersama dengan perlambatan dramatis dalam unit komputasi awannya.
Sementara Amazon Web Services melihat ekspansi lambat menjadi 27,5 persen dari 33 persen pada periode sebelumnya. Grup cloud Google secara signifikan lebih kecil dengan pertumbuhan hampir 38 persen dari sekitar 36 persen. Google tetap berencana investasi di cloud meski mengendalikan pertumbuhan karyawan secara keseluruhan dalam beberapa kuartal ke depan.
“Kami sangat senang dengan peluang ini mengingat bisnis dan pemerintah masih dalam masa awal adopsi cloud oleh publik, kami terus berinvestasi sesuai dengan itu. Kami tetap fokus pada jalur jangka panjang menuju profitabilitas,” ujar CFO Alphabet, Ruth Porat.
Advertisement
Analis Turunkan Target Harga Saham Amazon
Namun, hasil dari Alphabet kurang mengesankan. Bisnis periklanan inti perushaaan hanya tumbuh sedikit dan pendapatan iklan Youtube turun dari tahun sebelumnya. Kebalikannya berlaku untuk Amazon yang atasi ketertinggalan dengan Google dan Facebook dalam periklanan digital. Untuk bisnis iklan Amazon, pertumbuhan pendapatan naik menjadi 30 persen dari 21 persen, dan melampaui perkiraan analis.
“Pengiklan mencari iklan yang efektif, dan iklan kami berada pada titik dengan konsumen siap berbelanja. Kami memiliki banyak keuntungan yang kami rasa akan membantu konsumen dan juga mitra kami seperti penjual dan pengiklan,” tutur CFO Perusahaan Brian Olsavsky.
Analis Raymond James, Aaron Kessler menurunkan target harga saham pada saham Amazon menjadi USD 130 dari USD 164. Namun, dia pertahankan peringkat beli yang setara dengan saham dan mengatakan pertumbuhan iklan yang kuat memiliki potensi membantu Amazon dongkrak marginya..
Penutupan Wall Street pada Jumat 28 Oktober 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 28 Oktober 2022 setelah data ekonomi menunjukkan inflasi yang melambat dan konsumen yang stabil. Wall street menanjak meski saham Amazon anjlok.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melesat 828,52 poin atau 2,6 persen lebih tinggi ke posisi 32.861,80. Indeks S&P 500 bertambah hampir 2,5 persen ke posisi 3.901,06. Indeks Nasdaq melesat 2,9 persen ke posisi 11.102,45.
Selama sepekan, indeks acuan membukukan kenaikan. Wall street mencatat kenaikan dalam empat minggu berturut-turut untuk indeks Dow Jones. Indeks Dow Jones bertambah 5,7 persen dalam sepekan, dan catat kinerja terbaik sejak Mei 2022. Kenaikan indeks Dow Jones ini juga berada di jalur untuk bulan terbaiknya sejak Januari 1976.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 3,9 persen dan 2,2 persen pada pekan ini. Pasar saham telah bergejolak pekan ini seiring investor melepas saham teknologi menyusul hasil dan prospek yang lemah dari Microsoft, Alphabet dan Meta. Investor beralih ke saham yang sensitif secara ekonomi akan diuntungkan jika ekonomi AS dapat melewati resesi.
Pada saat yang sama, investor telah menemukan harapan dalam data yang keluar selama sepekan yang menunjukkan inflasi mungkin mereda, meningkatkan optimisme the Federal Reserve (the Fed) dapat mematahkan tren kenaikan suku bunga 75 basis poin setelah pertemuan November 2022.
“Data inflasi sebenarnya tidak terlalu buruk. Laba tidak besar, tetapi tidak buruk. Ketika anda memiliki jalan tengah itu, itu membatu pasar saham,” ujar Chief Investment Officer Verance, Megan Horneman, dikutip dari CNBC, Sabtu (29/10/2022).
Advertisement