Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) umumkan pemenang Kompetisi Inklusi Keuangan (KOINKU) 2022 dengan total hadiah sebesar Rp 80 juta, dalam acara puncak kegiatan Bulan Inklusi Keuangan 2022 di Central Park Jakarta.
Kompetisi yang telah diselenggarakan sejak tahun 2014 ini, menjadi salah satu strategi OJK dalam meningkatkan pemahaman dan awareness masyarakat terhadap inklusi keuangan.
Advertisement
Tidak hanya itu, dikutip dari keterangan resmi OJK, kompetisi ini bertujuan untuk mencari ide-ide kreatif serta inovatif terkait model inklusi keuangan. Tema KOINKU tahun 2022 adalah “Inovasi Model Inklusi Keuangan Dalam Mendukung Implementasi Ekonomi Hijau”.
Dewan Juri yang terdiri dari OJK, perwakilan World Bank, perwakilan Lembaga Jasa Keuangan yaitu dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, perwakilan dari Kementerian Keuangan dan perwakilan akademisi dari Universitas Gajah Mada telah melakukan penjurian terhadap 104 proposal KOINKU yang berasal dari para Akademisi, Profesional, Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK), Mahasiswa, dan Masyarakat Umum yang telah menyampaikan karya terbaiknya.
Rincian pemenang KOINKU tahun 2022 adalah sebagai berikut:
· Juara1: CARBON ADDONS
Plugin software app untuk mengimbangi jejak karbon pembelian online dan membiayai proyek perubahan iklim
· Juara 2: TIM FORMULA 46
Pembiayaan Ekonomi Hijau Melalui Digitalisasi Ekosistem Perhutanan Sosial BNI
· Juara 3: AIRUPIAH
Airupiah: Inovasi Terintegrasi Pengolahan Air Limbah Sebagai Alat Tukar Pembayaran Kredit Modal
· Harapan 1: BRIVOLUTION
Swasembada Energi untuk Negeri
· Harapan 2: BNIEH
GREEN - Go Recycle Your Trash Be Money
“Pelaksanaan KOINKU tahun 2022 diharapkan dapat memperoleh model inklusi keuangan yang nantinya akan diimplementasikan melalui penerapan ekonomi hijau. Diharapkan, proposal para peserta nantinya dapat menjadi rekomendasi/usulan kebijakan yang inovatif dan solutif dalam rangka meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat dalam mendukung implementasi ekonomi hijau, yang pada akhirnya dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia” ujar Kristrianti Puji Rahayu, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, Minggu (31/10/2022).
Melalui kegiatan KOINKU, OJK akan terus berkomitmen dalam mendorong adanya berbagai inovasi model inklusi keuangan dalam rangka mendukung tercapainya tingkat inklusi keuangan sebesar 90% pada akhir tahun 2024 dan tercipta masyarakat yang well literate dan financially well-being.
Survei OJK: Tingkat Inklusi Keuangan Tembus 85,10 Persen, Literasi Keuangan 49,68 Persen
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis tingkat inklusi keuangan dan literasi keuangan terbaru tahun ini. Angkanya menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tiga tahun lalu.
Mengacu survei OJK, indeks inklusi keuangan berhasil tembus 85,10 persen dan indeks literasi keuangan berhasil tembus 49,68 persen di 2022. Besarnya angka ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi OJK dan seluruh pemangu kepentingan untuk menyusun strateg dan merancang produk ataupun layanan keuangan sesuai kebutuhan konsumen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkap angka literasi dan inklusi telah mendekati rasio 3 banding 5. Artinya, 3 dari 5 orang yang mengakses produk keuangan telah mengerti betul tentang produk tersebut.
Dia mengatakan, kalau sebelumnya rasionya hanya 1 banding 2. Dimana tiap 2 orang yang mengakses keuangan, salah satuny belum betul-betul mengerti soal produk atau layanan yang diambil.
"Hasil dari survei nasional literasi inklusi keuangan angka itu sudah naik, sudah lebih mendekati 3 dari 5 yang mengerti literasinya," kata dia dalam Puncak Bulan Inklusi Keuangan 2022 di Central Park, Jakarta, Sabtu (29/10/2022).
Informasi, mengacu survei pada 2019 OJK mencatat, tingkat literasi dan inklusi keuangan nasional masih memiliki gap yang besar. Inklusi keuangan memang sudah mencapai 76,19 persen, namun literasi keuangan baru sekitar 38,03 persen.
Dengan begitu, ada peningkatan sekitar 8,91 persen untuk inklusi keuangan, dan peningkatan sekitar 11,65 persen. Angka ini cukup signifikan untuk peningkatan daalam 3 tahun terakhir.
Advertisement
Tantangan
Kendati demikian, Mahendra memandang ada tantangan yang perlu dihadapi seiring dengan peningkatan tingkat inklusi dan literasi keuangan ini. Utamanya dari sisi utilisasi produk atau layanan keuangan di masyarakat.
"Setelah literasinya naik, utilisasinya untuk ditawarkan berbagai akses kepada produk jasa keuangan harus terus ditingkatkan," kata dia.
"Kalau tidak maka tidak akan optimal itu mengapa kita perlu keluar dan reach out lebih banyak lagi di daerah-daerah yang justru masih memerlukan pendekatan yang lebih baik untuk program literasi, inklusi dan edukasi," tambahnya.