Tragedi Halloween Itaewon, Warga Beri Bantuan CPR pada Korban

Salah satu pemandangan tak terlupakan dari insisden Halloween di Itaewon adalah warga yang turut membantu paramedis melakukan tindakan darurat seperti CPR pada para korban.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 31 Okt 2022, 07:45 WIB
Seseorang, yang diyakini menderita serangan jantung, diangkut dengan tandu di distrik kehidupan malam populer Itaewon di Seoul, Korea Selatan, Minggu (30/10/2022). Lebih dari 140 ambulans dikerahkan ke tempat kejadian untuk membantu mengevakuasi para korban tragedi Halloween Itaewon. (Photo by JUNG YEON-JE / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pemandangan tak terlupakan dari tragedi Halloween Itaewon adalah warga yang turut membantu paramedis melakukan tindakan darurat pada para korban.

Tampak dalam beberapa unggahan video yang beredar di media sosial, warga yang menjadi relawan mempraktikkan cardio-pulmonary resucitation (CPR) di tepi-tepi jalan bersama para petugas medis.

Sebelumnya, seorang pria tampak mengundang siapa pun diantara para warga yang merupakan ahli di bidang kesehatan atau bisa melakukan CPR untuk bergabung. Seperti dilansir Koreaboo, dalam unggahan video terdengar pria tersebut dalam bahasa Korea meminta kesediaan warga membantu melakukan tindakan CPR. Dia pun mengulangi permintaannya dengan bahasa Inggris.

"Adakah di sini yang tahu caranya melakukan CPR? Yang sudah pernah mengikuti wajib militer dan belajar cara melakukan CPR, mohon bantuannya! Perawat wanita, mohon bantuannya!" pria tersebut berseru. 

Video lain dari lokasi tragedi Itaewon menunjukkan orang-orang tanpa lelah melakukan CPR sementara bantuan darurat melewati kerumunan untuk menolong setiap korban.

Salah seorang dokter yang menjadi relawan, Lee Beom-suk, mengatakan pada stasiun TV lokal YTN bahwa jumlah korban meningkat tajam segera setelah dia bergabung. Korban yang jatuh pun melebihi kemampuan tenaga medis di lapangan.

"Semula aku melihat dua korban, tapi jumlah mereka meningkat secara dramatis dan staf medis darurat tidak cukup untuk membantu mereka semua. Para warga termasuk dokter dan perawat lainnya yang ada di sana bergabung untuk membantu para korban," ujar Lee, dilansir Korea Herald.  

 

 


Tak Tertolong

Puing-puing terlihat di lokasi korban tewas dan luka-luka dalam tragedi Halloween Itaewon di Seoul, Korea Selatan, Minggu (30/10/2022). Terkait insiden tersebut, Presiden Yoon Suk-yeol telah memerintahkan para pejabat untuk mengirim tim pertolongan pertama bagi mereka yang terkena dampak. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Meski demikian, Lee mengatakan tak satupun korban yang dibantunya terselamatkan. Tampaknya para korban itu telah terlalu lama terperangkap.

"Wajah-wajah mereka semuanya sudah membiru, dan perut mereka membengkak," ucapnya.

Dikutip dari Yahoo News, Lee juga mengatakan dia tak merasakan nadi dari korban yang ditanganinya.

"Aku tak bisa merasakan detak nadi mereka atau pun napas mereka dan banyak diantara mereka yang hidungnya berdarah," ujar Lee.

Keterangan serupa juga didapat dari Ana (24), seorang warga Spanyol, dan temannya, Melissa (19) dari Jerman. Keduanya tengah berada di sebuah bar di dekat lokasi kejadian dan hendak keluar saat ambulans berdatangan dan polisi berlarian membuka jalan untuk membawa keluar para korban meninggal serta terluka.

"Ada begitu banyak orang yang memerlukan orang biasa untuk melakukan CPR. Jadi semua orang mulai bergerak membantu. Kami punya dua teman yang tahu bagaimana melakukan CPR dan mereka ikut membantu," ujar Ana.

"Tiga menit kemudian atau lebih, mereka kembali, terlihat begitu trauma dan menangis. Karena mereka berusaha menyelamatkan lima atau enam orang dan mereka semua meninggal di tangan temanku."

 


Meninggalkan Trauma

Petugas penyelamat dan petugas pemadam kebakaran berusaha membantu orang-orang yang terluka di dekat lokasi kerumunan massa di Seoul, Korea Selatan, Minggu (30/10/2022). Pihak berwenang mengatakan mereka sedang menyelidiki penyebab pasti insiden perayaan Halloween Itaewon tersebut. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Ana pun kemudian berusaha ikut memberi bantuan pada dua orang gadis.

"Aku tak tahu bagaimana melakukan CPR tapi aku mengikuti instruksi yang diberikan orang-orang di sama. Mereka memberitahuku bagaimana cara memegang kepala korban dan membuka mulut mereka, hal-hal semacam itu. Aku berusaha membantu tapi mereka juga sudah dalam keadaan meninggal. Semua orang diminta bantuannya untuk melakukan CPR, sebagian dari korban sudah tak bernapas jadi mereka pun tak dapat berbuat apa-apa," tutur Ana.

Tak dapat melakukan apa-apa, itulah yang diakui Ana sebagai trauma utama dari kejadian di Itaewon.

Ratusan remaja dan orang muda usia 20-an berkumpul di distrik tersebut, berdandan dengan kostum Halloween dan bergembira akhirnya bisa pesta setelah dua tahun terkungkung oleh aturan terkait COVID-19. Siapa menduga beberapa waktu berselang mereka terjebak dalam sebuah gang sempit bersama ratusan orang lainnya hingga menyebabkan cedera bahkan kehilangan nyawa. 

Menurut Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat Korea Selatan (CDSCHQ), per 30 Oktober pukul 23.00 waktu Korea, gelombang kerumunan Itaewon telah menewaskan 154 orang dan melukai 132. Dari 132 yang terluka, 36 masih dalam kondisi kritis.

 


CPR

Lokasi pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan. (Yonhap)

Sebagian korban meninggal di Itaewon dikabarkan mengalami henti jantung, ini merupakan kondisi darurat yang bisa terjadi kapan saja pada individu yang memiliki riwayat penyakit jantung maupun tidak. 

Mengutip laman Unair, Cara yang digunakan untuk mengatasi henti jantung atau henti pernapasan secara mendadak adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR). CPR merupakan suatu teknik penyelamatan nyawa untuk mengembalikan sirkulasi aliran darah yang kaya oksigen dan organ lainnya sampai datangnya pertolongan medis.

Orang yang dapat melakukan CPR dianjurkan merupakan orang yang sudah terlatih untuk mencegah kesalahan fatal saat melakukan CPR. Untuk mempelajari cara melakukan CPR dapat mengikuti pelatihan CPR dan cara menggunakan external defibrillator (AED).

Lalu bagaimana cara melakukan CPR yang aman dan benar?

Apa yang dilakukan sebelum melakukan CPR?

  • Periksa apakah lingkungan aman bagi orang tersebut
  • Periksa apakah orang tersebut sadar atau tidak sadar
  • Jika orang tersebut tampak tidak sadarkan diri, panggil namanya atau bapak atau ibu dan tanyakan apakah dia baik-baik saja atau tidak dengan suara yang lantang, apabila masih tidak merespon tepuk atau goyangkan bahunya.
  • Periksa bagaimana pernapasannya dengan melihat gerakan naik turun dada dan mendengar dan merasakan napasnya selama 10 detik
  • Periksa denyut nadi di pergelangan tangannya
  • Jika orang tersebut tidak merespons dan Anda bersama orang lain yang dapat membantu, mintalah satu orang menelepon 112 atau nomor darurat setempat dan dapatkan AED, jika tersedia
  • Jika berada di rumah sakit dapat teriak CODE BLUE dan laporkan lokasi kejadian sehingga tim pertolongan datang.     

Cara melakukan CPR

Menurut American Heart Association menggunakan huruf CAB untuk membantu orang mengingat urutan untuk melakukan langkah-langkah CPR.

C: Compression (kompresi)

A: Airway (jalan napas)

B: Breathing (bernapas)

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya