Berbagi Data Virus Bakal Dituntaskan Lewat Presidensi G20 India

Implementasi berbagi data genom virus di negara G20 akan berlanjut ke Presidensi G20 India.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 01 Nov 2022, 06:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat memberikan keterangan pers saat Pertemuan Kedua Menteri Kesehatan G20 (G20 2nd Health Ministers Meeting) di Hotel InterContinental Bali Resort, Bali pada Kamis, 27 Oktober 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Bali - Pada Presidensi G20 Indonesia bidang kesehatan, berbagi data genom virus rupanya belum mencapai ‘kesepakatan penuh’ antar Negara Anggota G20. Pembahasan berbagi data virus pun akan dilanjutkan dan dituntaskan melalui Presidensi G20 India di tahun depan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menuturkan, kesepakatan berbagi data genom virus butuh waktu lama sehingga tidak bisa diselesaikan sepenuhnya dalam Presidensi G20 Indonesia yang hanya beberapa bulan saja dilakukan.

Walau begitu, fokus utama adalah Indonesia telah menyuarakan pentingnya berbagi data genom virus terutama dalam masa pandemi COVID-19. Seperti halnya, Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GISAID), yang mana persebaran virus SARS-CoV-2 maupun virus influenza dapat dilihat oleh seluruh negara di dunia. 

Pemantauan data genom virus pun akan memengaruhi bagaimana kebijakan setiap negara untuk melakukan persiapan, pencegahan, dan merespons kemunculan varian baru. Apalagi varian Virus Corona terus bermutasi dan dikhawatirkan memunculkan varian baru yang insidensi penularan lebih cepat.

“Terkait penelitian dan manufaktur – berbagi data genom virus – akan memakan waktu. Sekali lagi, ini akan memakan waktu ya. Saya kasih contoh lain soal pembentukan Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF) sendiri,” terang  Budi Gunadi menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat acara 'G20 2nd Health Ministers Meeting' di Hotel InterContinental Bali Resort, Bali, ditulis Senin (31/10/2022).

“FIF dimulai pada masa Presidensi G20 Italia tahun lalu. Nah, karena itu tidak bisa selesai, kemudian dipindahkan (dilanjutkan) ke kursi Kepresidensian G20 Indonesia dan kami yang akan menyelesaikannya (implementasi pembentukan FIF).”

Sebagai informasi, pertemuan G20 Joint Finance and Health Task Force (JFHTF) ke-6 pada tanggal 28 September 2022 telah menghasilkan berbagai perkembangan signifikan sejak mandat yang diberikan oleh G20 Leaders’ Rome Declaration tahun 2021 kepada JFHTF, salah satunya pembentukan Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF) for Pandemic Prevention, Preparedness, and Response (PPR). Ada 19 negara anggota dan non anggota G20 serta 3 filantropi telah membuat komitmen FIF untuk PPR pandemi.


Bangun Platform Data Virus

Virus/copyright unsplash.com/Julia Koblitz

Perihal perluasan kapasitas penelitian dan manufaktur, Budi Gunadi Sadikin menyoroti tahap awal adalah bagaimana membangun platform. Platform jejaring bersama ini telah disepakati oleh 7 Negara Anggota G20, yaitu Indonesia, India, Arab Saudi, Afrika Selatan, Brasil, Turki, dan Argentina.

“Saya sangat percaya, dalam hal perluasan kapasitas penelitian dan manufaktur terutama di negara berkembang, itu akan memakan waktu. Tugas kami adalah membangun platform. Mudah-mudahan, output-nya adalah tujuh negara, yaitu anggota G20 yang masing-masing mewakili belahan dunia gitu,” jelasnya.

"Di selatan, ada Afrika Selatan, di Asia Selatan, yang akan menjadi pusatnya di Arab Saudi, India, Indonesia, dan Turki. Kemudian di selatan Amerika, yang kita miliki untuk anggota G20, ada Brasil dan Argentina.” 

Kesepakatan membangun jejaring data genom virus dilatarbelakangi demi peningkatan kemampuan kapasitas penelitian dan pengembangan manufaktur. Hal ini melihat terdapat kesenjangan pengembangan penelitian, yang mana negara-negara di belahan Bumi utara lebih maju ketimbang di selatan.

“Jadi tujuh negara dari G20 telah sepakat, bahwa kami akan membangun jaringan atau antar jejaring (data genom virus). Sehingga kita bisa berbagi ilmu dalam hal penelitian dan pengembangan juga manufaktur,” imbuh Menkes Budi Gunadi.

Tak hanya soal saling berbagi jejaring data genom virus, ketujuh negara di atas turut bersepakat untuk meneliti vaksin. Upaya ini belajar dari pengalaman pandemi COVID-19, penelitian vaksin sangat diperlukan untuk penanganan pandemi.

“Untuk kesepakatan melakukan analisa dan pemetaan dari riset, penelitian, dan jaringan laboratorium untuk pemerataan akses layanan kesehatan, hal itu akan dilakukan di Presidensi India G20 berikutnya,” ucap Budi Gunadi di hadapan Delegasi G20 yang hadir.

“Ada Indonesia, Afrika Selatan, Turki, Brasil dan lainnya. Ketujuh negara ini setuju melakukan jaringan dan penelitian produksi vaksin."


Ide GISAID Plus

Ilustrasi data jaringan | Christina Morillo dari Pexels

Presidensi G20 Indonesia yang menyuarakan, 'Memperkuat Arsitektur Kesehatan Global', delegasi dari GISAID turut menghadiri pertemuan ‘G20 Finance and Health Ministers’ pada 20 - 21 Juni 2022 di Yogyakarta. Pembahasan dengan Negara Anggota G20 dan mitra soal pembentukan GISAID+ (GISAID Plus) untuk berbagi data genom virus.

Para pemimpin global merefleksikan kebutuhan untuk mengkoordinasikan dan memperkuat sumber daya selama pandemi di masa depan. Secara khusus, Negara-negara Anggota G20 menekankan peran penting yang dimainkan GISAID dalam keamanan kesehatan global.

Selanjutnya, pembahasan bagaimana para pemimpin global dapat mendukung ekspansi GISAID sebagai sumber daya global untuk menanggapi patogen lainnya yang berdampak besar dan berpotensi pandemi.

Kepemimpinan G20 menegaskan GISAID untuk membentuk GISAID+ sebagai inisiatif yang didukung secara global dalam mengumpulkan dan berbagi informasi genomik dan lainnya tentang patogen, menghormati kepemilikan data, dan memfasilitasi respons cepat.

Menteri Kesehatan G20 pada gilirannya menyatakan, pentingnya GISAID selama pandemi sembari menekankan komitmen mereka terhadap peengembangan GISAID jangka panjang, sebagaimana informasi dari laman GISAID berjudul, GISAID joins the G20 Joint Finance & Health Ministerial Meeting.

Australia’s Minister for Health and Aged Care, Mark Butler menyoroti, perlunya membahas cara-cara untuk membangun beberapa kerangka kerja yang sangat penting secara global selama pandemi dan menekankan bahwa, GISAID terbukti sangat berharga dalam berbagi data genom virus.

Pada tahun 2017, Menteri Kesehatan dari negara-negara G20 telah menyadari pentingnya GISAID dalam hal berbagi data genom virus. 

 

Dalam hal berbagi sampel dan data, kami menyadari pentingnya kerangka kerja WHO Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) dan Pandemic Influenza Preparedness (PIP), serta Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

Fakta bahwa kesehatan global akan menjadi agenda tetap dalam agenda G20 adalah sinyal kuat yang kami kirimkan dari Berlin hari ini. Bagaimanapun, kesejahteraan semua orang – dan itu berlaku untuk negara-negara industri, negara berkembang, dan negara berkembang – bergantung pada apakah kita berhasil mengatasi tantangan kesehatan global secara efektif atau tidak. 

Sama seperti setiap pemadam kebakaran mengadakan latihan rutin untuk mempersiapkan kebakaran, kami juga akan melakukan latihan rutin untuk mempersiapkan krisis kesehatan. Memang, sekarang kita harus memanfaatkan waktu dengan baik untuk mengoptimalkan kesiapsiagaan kita, demikian pernyataan yang disepakati ‘G20 Health Ministers’ dalam Berlin Declaration pada 19 - 20 Mei 2017.

 


Data Penyakit yang Timbulkan Pandemi

Virus (ilustrasi/Pexels/Anna Shvets)

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasa Nugraha menekankan, tidak semua data genom virus bisa dibagikan ke negara lain, melainkan hanya data penyakit yang kemungkinan menimbulkan pandemi.

“Kami ingin berbagi data dan informasi, tapi tidak semua kita bagi ya, tapi lebih kepada penyakit-penyakit yang kemungkinan menimbulkan pandemi,” katanya saat konferensi pers di sela-sela agenda ‘2nd Health Working Group’ di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (7/6/2022).

Data penyakit yang kemungkinan menimbulkan pandemi itu dianalisis sehingga semua negara bisa mengakses dan memberikan analisis dari berbagai sisi. Kasus cacar monyet (monkeypox) dan hepatitis misalnya, data kedua penyakit itu yang dibagikan.

Saling berbagi data bertujuan mengetahui penyakit yang berpotensi pandemi, melakukan pencegahan sedini mungkin, dan menentukan penatalaksanaan yang tepat jika penyakit itu terjadi.

“Berbagi data supaya kita tahu dan apakah penyakit tersebut sudah sampai di Indonesia, ada tidak kasusnya, sehingga kita bisa persiapan. Kita juga bisa berbagi data penyakit-penyakit yang ada di Indonesia yang kemungkinan akan menimbulkan pandemi,” tutur Kunta.

Data penyakit yang kemungkinan menimbulkan pandemi dihimpun terlebih dahulu oleh GISAID. Data yang dimaksud bukan berupa sampel yang dikirim ke GISAID, tapi analisanya. 

Artinya, negara-negara melakukan analisa dari sampel genom virus, lalu dihimpun oleh GISAID untuk bisa diakses oleh negara lain.

GISAID bertugas menghimpun data penyakit yang kemungkinan menyebabkan pandemi. Sementara itu, data penyakit yang diberikan kepada GISAID dilakukan oleh para ahli yang ada di setiap negara. Sehingga apabila ada negara atau perusahaan yang membutuhkan data penyakit, maka tetap harus berhubungan langsung dengan negara pemilik data.

Infografis Waspada Covid-19 Omicron XBB Sudah Masuk Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya