Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari lalu Twitter resmi dibeli oleh Elon Musk. Dilansir The Washington Post, pembelian itu dicapai dengan kesepakatan bernilai US$44 miliar dolar pada Kamis malam, 27 Oktober 2022. Hal ini langsung mendapat berbagai respons dari warganet.
Elon Musk sendiri langsung melakukan beberapa perubahan. Salah satu yang ramai dibicarakan adalah isu bahwa orang terkaya nomor satu di dunia itu memecat para petinggi media sosial burung biru itu. Namun kabar terbaru, Elon Musk menolak kebenaran isu itu.
Advertisement
Kini, rupanya ada lagi isu terbaru mengenai perubahan peraturan yang dilakukan Elon Musk terhadap Twitter. Dilansir The Verge, Elon Musk berniat untuk memungut biaya bagi akun-akun yang ingin centang biru mereka tidak hilang.
Dikabarkan, Twitter meminta harga sebesar US$19,99 dollar atau Rp311.845 per bulan (rate hari ini, Senin (31/10/2022) US$1 = Rp 15.600) untuk hal itu.
Para pengguna terverifikasi akan memiliki waktu 90 hari untuk membayar atau mereka nanti akan kehilangan tanda centang biru. Hal ini tentu saja membuat banyak pemilik akun-akun terkejut.
Bukan hanya itu saja, bahkan dikabarkan bahwa Elon Musk ingin hal ini segera diterapkan. Pria kelahiran 28 Juni 1971 itu ingin para karyawannya untuk memenuhi permintaan itu sebelum 7 November 2022 atau mereka akan dipecat.
Elon Musk beberapa bulan menjelang akuisisi memang ingin mengubah cara Twitter memverifikasi akun dan menangani bot. Sebelumnya, Elon Musk telah memberitahu hal ini.
"Seluruh proses verifikasi sedang diubah sekarang," ucap Elon Musk, Minggu, 30 Oktober 2022.
Ditolak Warganet
Mengenai kabar ini, banyak warganet yang mengutarakan pendapatnya. Ada yang senang, ada juga yang tidak.
"Ini sebenarnya langkah yang bagus. Orang-orang percaya apa pun dari siapa pun dengan tanda centang di nama (akun) mereka." tulis salah satu warganet.
Perlu diketahui bahwa tujuan dari lencana biru memang sebagai verifikasi kebenaran tulisan (informasi) yang disebarkan. Walau begitu, tidak jarang berita hoaks dengan sengaja disebarkan oleh akun-akun besar terverifikasi sebagai sebuah cara menggiring opini publik.
"Jadi, bukankah ini hanya menciptakan lingkaran yang menghasilkan pendukung sayap kanan Musk dengan (/yang memiliki) uang menjadi yang "terverifikasi"?" tanya salah satu warganet.
Lalu, ada juga warganet yang bertanya alasan Elon Musk mau menerapkan pertaruan baru itu.
"Mengapa orang terkaya di dunia membutuhkan orang untuk membayar US$240 dolar setiap tahun untuk sesuatu yang gratis sebelumnya?"
Banyak yang bercanda menjawab bahwa ini salah satu cara agar uang Elon Musk dari pembelian Twitter dapat balik modal.
Advertisement
Kontroversi
Selain masalah pembayaran akun verifikasi ini, sebelumnya Elon Musk sudah dikecam oleh banyak warganet. Salah satunya yang terbaru adalah saat dia menulis "Komedi sekarang legal di Twitter'.
Tweet ini dia tulis pada 29 Oktober 2022 waktu setempat. Banyak warganet yang merespons buruk tweet itu.
Banyak warganet yang menganggap ungkapan Elon Musk itu merujuk kepada akun-akun yang ter-banned akibat menyalahi peraturan kebijakan Twitter. Seperti misalnya karena bercanda dengan membawa topik rasis, seksis, atau hal semacamnya.
Dengan pernyataan tweet itu, warganet menilai Ellon Musk akan "membiarkan" tindakan rasis, seksis, dan semacamnya, yang bersembunyi dengan kedok "hanya sebagai candaan semata".
N-Word Meningkat
Ketakutan banyak warganet dari tweet Elon Musk itu sudah bisa terlihat. Dilansir Variety, penggunaan kata N-word di Twitter meningkat hampir 500% dalam periode 12 jam dibandingkan rata-rata sebelum Elon Musk mengakuisisi Twitter.
Perlu diketahui bahwa N-word adalah kata kasar yang ditujukan untuk menghina dan mendiskreditkan orang-orang kulit hitam. Kata ini tentunya tidak bisa sembarangan diucapkan.
Selain N-word, Yoel Roth, kepala keamanan dan integritas Twitter, juga melihat “sejumlah kecil akun memposting satu ton tweet yang menyertakan cercaan dan istilah menghina lainnya.”
Advertisement