Sering Belanja Tanpa Sebab? Kenali Istilah Impulsive Buying dan Ciri-cirinya

Belanja dapat menimbulkan rasa senang dan kepuasan tersendiri untuk sejumlah orang.

oleh Haya Aulia diperbarui 31 Okt 2022, 13:20 WIB
Ilustrasi shopping, belanja. (Photo by freestocks on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Melakukan pembelian terhadap barang yang disukai adalah hal paling menyenangkan. Pasalnya, setelah menunggu sekian lama akhirnya benda tersebut bisa berada dalam dekapan kita.

Tak hanya barang yang disukai saja, kadang kala kita membutuhkan sejumlah barang sebagai alat pendukung kehidupan kita. Saat datang ke pusat perbelanjaan, kamu akan menemukan berbagai macam barang, mulai dari pakaian hingga makanan.

Berada di dalamnya, bisa saja membuatmu tak tahan ingin membeli segala benda yang menarik bagimu. Belum lagi, kamu yang sering menggulir aplikasi belanja online. Banyak sekali, barang yang bisa kamu temukan di dalamnya.

Kadang kala, saat waktu senggang, kamu malah sengaja membuka aplikasi tersebut. Padahal belum tentu juga kamu membelinya. Namun, ada sebagian orang yang sulit menahan diri untuk melakukannya. Mereka sering kali menghabiskan uang untuk barang yang tidak terlalu penting di hidupnya.

Apalagi, saat menemukan barang unik nan lucu dengan harga miring, tentu mereka tak ingin melewatkan kesempatan itu. Lalu, saat barang sudah menjadi miliknya, mereka bingung mau digunakan untuk apa benda tersebut. Rasa penyesalan ini kerap kali hadir saat membeli sebuah barang tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.

Lantas pernahkah kamu mendengar istilah impulsive buying? Nah, ini menjadi salah satu ciri dan tanda seseorang sedang melakukan pembelian impulsif. Simak penjelasan lengkapnya di halaman berikut.


Apa Itu Impulsive Buying?

Ilustrasi Berbelanja Barang Diskon Credit: unsplash.com/Artem

Dilansir dari Economic Times, impulsive buying merupakan kecenderungan seseorang untuk membeli sebuah barang yang terlihat bagus tanpa direncanakan sebelumnya.

Terkadang, saat mengitari pusat perbelanjaan kamu kerap kali tertarik pada sebuah barang yang belum tentu kamu butuhkan. Bahkan, sebenarnya barang tersebut tidak terlalu berfungsi untuk kehidupanmu. Kejadian seperti ini mungkin saja terjadi.

Apalagi, saat kamu habis gajian dan memiliki banyak uang. Lalu, bingung mau diapakan uang tersebut? Tak hanya mengelilingi pusat perbelanjaan saja, bahkan kamu terkadang dengan sengaja membuka platform belanja online.

Semakin banyak durasi yang dihabiskan, mungkin semakin banyak pula kamu tergiur dengan beberapa barang. Hal ini sering kali yang menyebabkan kamu membeli barang yang belum dibutuhkan. Keputusan untuk membeli atau tidaknya barang dipengaruhi oleh faktor emosional dan perasaan.


Tanda dan Gejala Impulsive Buying

Ilustrasi belanja (Foto: unsplash.com/JP Valery)

Impulsive buying dikaitkan dengan kalian yang sering kali melakukan pembelian barang tanpa adanya perencaan terlebih dahulu. Kejadian ini bisa saja dilakukan tanpa sadar sekalipun. Contoh saja, saat melihat barang murah dan diskon.

Pasti kamu tak mau melewatkannya dan segera ingin memilikinya. Apalagi, barang tersebut unik dan lucu untuk dimiliki. Sebenarnya, pembelian yang dilakukan secara impulsif ini tidak berbahaya jika sesuai dengan anggaran yang dimiliki.

Namun, akan berdampak negatif, jika dilakukan secara terus menerus. Bagaimana tidak, seseorang akan menghabiskan uangnya dalam waktu singkat. Dilansir melalui verywellmind, terdapat tanda-tanda bahwa kamu mengalami impulsive buying, berikut ciri-cirinya:

  • Menghabiskan lebih banyak uang dari pengeluaran biasanya.
  • Sering menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan yang memicu terjadinya pembelian impulsif.
  • Adanya kepuasan diri setelah membeli barang yang tak direncanakan.

Penyebab Impulsive Buying

Jelang new normal, seluruh mal di Jakarta akan buka pada 5 Juni 2020 mendatang. (Foto: Unsplash).

Pembelian yang dilakukan secara impulsif kebanyakan berawal dari kepuasaan yang didapatkan ketika membeli barang tersebut, baik secara terencana ataupun tidak.

Padahal, impulsive buying dapat menghantarkan mereka pada penyesalan dan kesulitan dalam ekonomi. Di samping itu, tindakan ini mampu melepaskan endorfin dan dopamin di otak, sehingga menimbulkan sensasi menyenangkan.

Hal ini yang menyebabkan mereka termotivasi untuk melakukan tindakan serupa untuk mendapatkan sensasi tersebut. Adapun alasan yang membuat mereka melakukan pembelian impulsif, yakni:

  1. Tak ingin menyesal karena tidak membeli barang tersebut,
  2. Belanja karena dirasa sanggup meringankan tekanan emosional,
  3. Senang memburu barang yang dianggap langka,
  4. Mengumpulkan beberapa koleksi barang agar tetap eksis,
  5. Melakukan pembelian untuk mempertahankan citra diri.
Infografis Aturan di Pusat Perbelanjaan, Mal, Pusat Perdagangan PPKM Level 1 Jawa-Bali (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya