Liputan6.com, Jakarta Pelabuhan di Indonesia kedatangan salah satu kapal terbesar di dunia, CMA CGM. Kapal ini sandar di Jakarta International Container Terminal (JICT), Jakarta.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Arif Toha berharap kedatangan kapal terbesar CMA CGM, Alexander Von Humboldt, di Jakarta International Container Terminal (JICT) dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
Harapan itu ia sampaikan mengingat kapasitas angkut kapal petikemae tersebut mencapai 16.000 TEUs. Kapal tersebut merupakan kapal pertama dari tiga seri yang akan bersandar di JICT.
Selain itu, faktor yang membuatnya optimis atas pertumbuhan ekonomi dari kapal Alexander Von Humboldt yaitu, kontribusi pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari transportasi.
"Ekonomi kita sudah tumbuh kemarin ada 5 koma sekian, dengan kontribusi terbesar ada di transportasi. Oleh karena itu ini akan mampu membangkitkan pertumbuhan ekonomi kita lebih baik lagi," ujar Arif di Pelabuhan JICT, Senin (31/10/2022).
Disinggung mengenai masa depan ekspor dan impor seiring kondisi keuangan global yang fluktuatif, Arif menuturkan, jika selama tiga bulan secara berturut-turut kapal dengan kapasitas seperti Alexander Von Humboldt bersandar di JICT, maka Indonesia bisa terhindar atau setidaknya menekan dari dampak buruk ekonomi global.
"Dengan adanya ini kita terus tingkatkan kalau 3 bulan secara continue akan ada kunjungan kapal sebesar ini maka dampaknya akan terlihat," ungkapnya.
Jakarta-Amerika Serikat
CMA CGM Alexander Von Humboldt memiliki rute pelayanan langsung atau direct call CMA CGM Columbus JAX yang menghubungkan Jakarta dan Amerika Serikat.
Layanan ini diutamakan untuk memfasilitasi pertumbuhan volume perdagangan antara Indonesia dengan pasar ekspor terbesar keduanya tersebut, serta mengantisipasi pertumbuhan ekspor sebanyak 2 digit pada akhir tahun 2022.
Layanan JAX juga menawarkan konektivitas tanpa batas ke pantai timur dan pantai barat Amerika Serikat dengan waktu transisi 34 hari, meningkatkan waktu transit industri.
Layanan JAX mengirimkan produk lokal dan produk manufaktur seperti kertas, karet, garmen, alas kaki, dan barang elektronik dari Indonesia ke Amerika Utara setiap minggunya.
"Mulai hari ini 3 dari 19 kapal dalam layanan mingguan JAX CMA CGM akan berukuran 16.000 TEUs. Kapal-kapal ini akan memfasilitasi kita untuk pengiriman lebih optimal ke dan dari Indonesia pada setiap perjalanan," ujar John Lim, Presiden Direktur CMA CGM Indonesia.
Reporter: Yunita Amalia
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Sri Mulyani Pede Pertumbuhan Ekonomi Melesat sampai Akhir Tahun, Gimana 2023?
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus melesat sampai akhir tahun ini. Dia juga membuat skenario terkait tantangan yang akan dihadapi pada 2023 mendatang.
Adapun optimisme tersebut muncul karena Indonesia konsisten mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen selama tiga kuartal beruntun sejak triwulan IV 2021. Dan, itu masih akan terus berlanjut sampai tiga bulan terakhir di tahun ini.
Meskipun, kata Sri Mulyani, di saat yang sama masyarakat harus terkena beban peningkatan harga komoditas, semisal bahan pangan hingga BBM.
"Karena memang masyarakat kita dihadapkan pada ekonomi yang lagi tumbuh bagus. Tiga kuartal berturut-turut kita tumbuh di atas 5 (persen). Meskipun kemarin naik BBM 30 persen, di mana-mana masih macet. Permintaan, consumer confidence masih sangat kuat," ujarnya, Jumat (28/10/2022).
Menurut Sri Mulyani, optimisme serupa turut terpancar dari tingkat inflasi, yang meskipun naik tapi tidak separah negara lain. Begitu pun untuk nilai tukar rupiah, yang meski terkena Depresiasi tapi masih slightly better than others.
"Sehingga Indonesia punya banyak alasan untuk optimis dan maju. Kuartal ketiga (2022) ini juga kita harapkan momentum pemulihannya masih akan kuat, mungkin bahkan slightly higher dari kuartal II yang 5,4 (persen)," imbuhnya.
Prediksi 2023
Namun untuk tahun depan, sang Bendahara Negara mengatakan, pemerintah telah menyetel APBN 2023 guna menghadapi kondisi yang sangat dinamis. Khususnya dalam menghadapi tantangan berupa situasi geopolitik Rusia-Ukraina yang penuh ketidakpastian, hingga isu climate change.
"Semua mengatakan global warming, tapi kita tidak tahu siapa yang akan kena, kekeringan siapa yang akan kena. Mungkin aja kita punya BMKG bilang, minggu depan akan seperti ini, bulan depan mungkin terjadi El Nino, La Nina. Tapi precisely kita enggak tahu, tiba-tiba hujan aja enggak berhenti-berhenti, banjir," paparnya.
"Atau, seperti yang teman saya ketemu dengan Menteri Keuangan Brazil atau sama Australia, mereka mengatakan, we never experience the drought yang kemudian semuanya kering dan kebakaran hutan masif. Kalau Anda lihat California, Brazil, Australia, that's quite something," bebernya.
Advertisement