Liputan6.com, Makassar - Taman Nasional Taka Bonerate merupakan salah satu destinasi wisata di Sulawesi Selatan yang menjadi rumah bagi para ikan dan terumbu karang. Bisa dikatakan bahwa Taman Nasional Taka Bonerate merupakan surga bagi pencinta biota laut yang menawan.
Suguhan panorama kehidupan alam bawah laut yang indah dan menakjubkan akan menyambut para pengunjung yang datang ke destinasi wisata ini. Pasalnya, Taman Laut Taka Bonerate dihuni oleh ratusan spesies ikan serta penyu maupun berbagai jenis kura-kura.
Mengutip dari laman ksdae.menlhk.go.id, Taman Nasional Taka Bonerate merupakan kawasan kepulauan karang yang berbentuk atol atau cincin. Semula, kawasan ini dikenal dengan nama Kepulauan Macan.
Baca Juga
Advertisement
Sebelum menjadi Taman Nasional pada 1992, kawasan Taka Bonerate berada dalam dua wilayah administratif kecamatan, yakni bagian utara dan selatan. Bagian utara adalah Kepulauan Macan yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pasimasunggu, sedangkan bagian selatan adalah Kepulauan Pasitallu yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pasimarannu.
Nama Taka Bonerate disematkan karena kawasan ini terdiri dari banyak taka yang memiliki nama masing-masing. Taka merupakan bahasa Selayar untuk menyebut pasir yang muncul atau bertumpuk.
Sementara itu, nama 'Bonerate' diambil dari nama ibu kota kecamatan Pasimarannu, yaitu Bonerate. Setelah resmi menjadi Taman Nasional, kawasan ini pun disatukan ke dalam satu kecamatan, yakni Kecamatan Taka Bonerate dengan Pulau Kayuadi sebagai ibu kota kecamatan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perjalanan Taman Nasional Taka Bonerate
Pada 1989, wilayah tersebut ditunjuk sebagai cagar alam laut karena hamparan karang berbentuk cincin (atol). Selain itu, lokasinya yang menjadi habitat berbagai jenis biota laut, seperti kima raksasa Tridacna gigas dan triton terompet Charonia tritonis, juga menjadi alasan penunjukkan tersebut.
Daerah tersebut juga merupakan tempat peneluran penyu hijau chelonia mydas dan penyu sisik eretmochelys imbricata. Oleh sebab itu, keberadaan wilayah ini perlu dipertahankan, dibina, dan dilestarikan.
Kemudian, wilayah ini juga dikenal dengan kawasan 'Atol terbesar ketiga di dunia' setelah Atol Kwajifein di Kepulauan Marshall yang terletak di antara Hawaii dan Australia serta Atol Suvadiva di Maladewa. Kemudian, pada 1992, kawasan tersebut berubah menjadi Taman Nasional karena kekhasannya.
Pada 2001, penobatan kawasan tersebut sebagai Taman Nasional diperkuat dengan adanya SK Menteri Kehutanan. Kemudian pada 2015, kawasan ini diakui sebagai cagar biosfer kesepuluh dari Indonesia yang menjadi anggota MAB UNESCO dengan nama 'Taka Bonerate-Kepulauan Selayar'.
Hal tersebut juga mengacu pada diakuinya kawasan tersebut sebagai anggota “Man and Biosphere Programme” (MAB) UNESCO. Pengakuan tersebut juga telah disahkan dalam sidang ke-27 International Co-ordinating Council (ICC) MAB di Kantor Pusat UNESCO Paris.
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement