Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Ekonomi Syariah bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan telah menggelar kegiatan santri cakap literasi keuangan syariah atau Sakinah, yang digelar serentak di 5 pondok pesantren, dan diikuti oleh 5.000 santri.
Menteri BUMN sekaligus Ketua Umum Pengurus Pusat MES Erick Thohir, mengatakan pemahaman keuangan ini penting termasuk bagi santri. Ilmu tentang pengelolaan keuangan merupakan keterampilan hidup yang sangat penting dan dibutuhkan oleh para santri dan kita semua.
Advertisement
"Sebagaimana kita ketahui pada tanggal 22 Oktober 2002 lalu kita juga MES dan OJK menyelenggarakan kegiatan santri cakap literasi keuangan syariah atau Sakinah, yang digelar serentak di 5 pondok pesantren," ujar Erick dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional 2022, Senin (31/10/2022).
Oleh karena itu, kerjasama bersama OJK ini diharapkan dapat terus terjalin. Erick menegaskan, acara pelaksanaan kegiatan seperti ini bersama pondok pesantren diharapkan bisa memberikan multiplier efek yang positif bagi lingkungan dan sekitarnya termasuk masyarakat mengingat peran penting santri di lingkungan.
Adapun dalam Peringatan Hari Santri Nasional yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015, kata Erick merupakan momentum untuk merefleksikan peran santri bagi bangsa dan negara. Catatan sejarah bangsa kita tidak terlepas dari peran santri, bahkan sejak sebelum terjadinya kemerdekaan.
"Dari santri dan Pesantren juga kita menegakkan mercusuar peradaban serta memajukan motor perekonomian rakyat, bahkan saat ini kita memiliki bapak wakil presiden Bapak Kyai Haji Ma'ruf Amin yang juga alhamdulillah seorang santri, ini membuktikan bahwa santri bisa mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi apapun asal para santri bekerja semaksimal mungkin," ujar Erick.
Hari Santri Nasional
Erick Thohir menyampaikan, Hari santri nasional tahun ini mengangkat tema "Berdaya menjaga martabat kemanusiaan" yang tentu bisa dimaknai bersama sebagai harapan kepada santri sebagai Garda terdepan perjuangan bangsa ini.
"Tema tersebut mengangkat pesan bahwa santri harus bisa berdaya mengarahkan segala usahanya dalam belajar, bersosial dan berkarya menjadi SDM unggul dan bermartabat bagi bangsa dan negara," ujarnya.
Selain itu, tema Santri berdaya untuk Indonesia Sejahtera sebagai bentuk dukungan pada program pemberdayaan bagi santri, untuk mendorong kesejahteraan bangsa. Pesantren tentunya harus didukung oleh kita semua dan terutama oleh pemerintah.
"Sebab santri dan Pesantren menyimpan potensi yang besar, yang dapat kita optimalkan dalam mendorong kemajuan bangsa Indonesia. Sebagai organisasi yang inklusif, masyarakat ekonomi syariah menyadari betul hal ini untuk itu sejak awal ketika Bapak Wapres mendorong kami anggota kepengurusan MES untuk benar-benar memajukan ekonomi keumatan ini menjadi bagian yang harus kita laksanakan bersama-sama," pungkasnya.
Advertisement
OJK Ingin Santri Belajar Ekonomi Hijau, Kripto hingga Metaverse
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya memperluas edukasi atau sosialisasi seputar produk dan jasa keuangan. Salah satunya kepada para santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren.
Salah satu langkah yang saat ini dijalankan adalah kegiatan Santri Cakap Literasi Keuangan Syariah (Sakinah), dalam rangka perayaan Hari Santri Nasional 2022 yang digelar di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (22/10/2022).
Pada kesempatan itu, Anggota Dewan Komisaris OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi, mengaku senang para pengurus pondok pesantren ingin lebih banyak belajar tentang tren keuangan yang ada saat ini, di luar keuangan syariah.
Termasuk ekonomi hijau (green economy) yang kini marak digencarkan, hingga produk-produk jasa keuangan berbalut teknologi digital semisal kripto hingga metaverse.
"Adek-adek harus belajar green economy, karena sebenarnya itu adalah sesuatu yang sedang tren, dan nanti saya yakin di zaman kalian itu akan booming dan harus dipelajari dari sekarang," ujar Friderica.
"Belajar tentang kripto, belajar tentang metaverse, jadi banyak sekali hal-hal baru yang bisa dipelajari melalui digital teknologi, digital ekonomi, dan saat ini banyak sekali yang bisa dipelajari," imbuhnya.
Literasi Keuangan Masih Rendah
Di sisi lain, Friderica menyadari, tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat di Tanah Air masih tergolong rendah. Dimana tingkat literasi baru menyentuh 38 persen, sementara inklusi 76 persen.
"Kok lebih tinggi literasinya daripada inklusinya? Berarti masih banyak orang yang menggunakan produk dan jasa keuangan, tapi belum paham. Ini bahaya sekali," seru dia.
Oleh karenanya, OJK beritkad untuk terus bekerjasama dengan seluruh stakeholder dan pelaku industri jasa keuangan, guna semakin mengecilkan gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan.
"Jadi kalau orang pakai produk jasa keuangan harus paham juga. Angkanya sesuai target pak Presiden Joko Widodo, Insya Allah kita bisa mencapai inklusi keuangan 2024 sebesar 90 persen," tuturnya.
Advertisement