FPCI Rilis Hasil Survei Hubungan ASEAN-China, Konflik Geopolitik Jadi Sorotan

FPCI membagikan hasil survei terkait hubungan kerjasama ASEAN-China, mengungkap hubungan ASEAN dengan Cihna, kepercayaan masyarakat ASEAN dengan China, hingga keterkaitan dengan konflik wilayah.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Nov 2022, 10:34 WIB
Deng Xijun, Ambassador of the People's Republic of China to ASEAN, menyampaikan sambutannya dalam acara Lauch ASEAN-China Survey 2022 bersama FPCI, Senin (30/10/2022). (Dok. FPCI)

Liputan6.com, Jakarta - Survei yang berjudul ASEAN-China Survey 2022: Managing Cooperation Amidst Geopolitical Tension diadakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sebagai platform untuk mengetahui persepsi masyarakat ASEAN tentang China. 

Survei ASEAN-China ketiga yang diadakan oleh FPCI ini menggalang 1.658 suara masyarakat di 10 negara Asia Tenggara, baik dari kategori sipil, akademisi, pelajar, komunitas bisnis, maupun pemerintah. 

Survei ini menggali persepsi responden tentang pengaruh China, keterkaitan dengan konflik geopolitik di Laut China Selatan, Myanmar, hingga Ukraina, Rivalitas China-AS, dan kepercayaan masyarakat ASEAN terhadap China.

Dalam peluncuran hasil survei pada Senin (31/10/2022) sore, Dr. Shofwan Al Banna Choiruzzad selaku Supervisor ASEAN-China Survey Program memaparkan bahwa survei 2022 ini juga dibandingkan dengan dua survei sebelumnya pada tahun 2020 dan 2021.

Hasil survei dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh para pembuat kebijakan mengenai isu terkait, tak hanya untuk negara-negara di Asia Tenggara tapi juga negara-negara lain yang bekerjasama dengan ASEAN seperti AS, Jepang, atau Australia.

Shofwan juga menjelaskan tentang hal yang mendasari penentuan ASEAN-China sebagai fokus survei. Menurutnya, hubungan ini cukup konsekuensial, penting tapi juga kontroversial.

China terus berkembang menjadi negara super power di Asia, tentu ini memberikan dampak baik bagi negara-negara di Asia untuk memanfaatkan hubungan politiknya dengan China. Dalam hal ekonomi, nilai perdagangan negara-negara ASEAN dengan China pada semester awal 2022 mencapai $212 miliar USD (Rp 3.310 triliun).

Namun, kontroversi muncul karena konflik geopolitik, baik yang terjadi di China, Asia, maupun Eropa, yang dapat mengancam keamanan politik maupun ekonomi negara-negara ASEAN.

 

 


Kepercayaan terhadap China dan Ketegangan Politik

Hasil Survei ASEAN-Cina 2022 yang menunjukkan persentase kepercayaan masyarakat Asia Tenggara terhada Cina. (Dok. FPCI)

Hasil survei menunjukkan bahwa 71,92% responden tidak memercayai China dalam hal politik dan keamanan. Secara umum, 42,76% masyarakat Thailand, Indonesia, Vietnam, dan Philipina tidak bisa menentukan keyakinannya dengan China. Hanya 27,38 % yang memercayai China, sementara sisanya tidak.

Keraguan itu tak hanya terkait dengan masalah geopolitik yang sedang terjadi saat ini, para responden juga khawatir dengan rivalitas atau kompetisi China dan Amerika Serikat.

Dr. Renato Cruz De Castro, Distinguished Full Professor at the International Studies Department De La Salle University, berpendapat bahwa negara-negara ASEAN harus memanfaatkan kesempatan ekonomi dengan China sebagai 'dompet terbesar kedua' di dunia, tapi juga mempertimbangkan kekuatan politiknya.

Dr. Sheila Devi Michael, Dosen Senior di Department of International and Strategic Studies University of Malaya menanggapi, "Tidak bisa dipungkiri, konflik geopolitik terjadi di luar ekspektasi. Bagaimanapun, negara-negara harus mengantisipasi agar tidak ada konflik serupa yang terjadi lagi, sehingga kepercayaan terkadang menjadi ambigu. Akan tetapi, China dengan great power-nya juga harus memiliki great responsibility." Sheila meneruskan, negara-negara ASEAN dapat menjalin hubungan strategis yang komperhensif sebagai alternatif yang menguntungkan dan tetap hati-hati.

Terkait dengan konflik geopolitik, para panelis sepakat bahwa ASEAN memang masih memiliki limitasi untuk mengatasi konflik tersebut. Kendati demikian, ASEAN dapat menjadi platform untuk mediasi penyelesaian konflik tersebut.


7 Rekomendasi

FPCI. (Logo FPCI/https://www.fpcindonesia.org/)

Dengan beragam data yang dihasilkan survei multilateral ini, FPCI memberikan tujuh rekomendasi berikut.

  1. ASEAN dan China harus menjalin Comprehensive Strategic Partnership (hubungan strategis yang komperhensif) untuk meningkatkan kerjasama antara anggota ASEAN dan China.
  2. China dan ASEAN harus lebih transparan dan bertanggungjawab dalam mempertimbangkan dan menjalankan inisiatif kerjasama yang berdampak pada lingkungan dan sosial, khususnya terkait dengan pengembangan perhubungan (seperti transportasi dan infrastruktur energi).
  3. ASEAN dan China harus mengembangkan kerjasam yang lebih kuat dalam menangani isu lingkungan.
  4. ASEAN dan China harus menunjukkan dan berkomunikasi tentang maksud baiknya dalam menghadapi isu keamanan politik, seperti negoiasi South China Sea Code of Conduct.
  5. Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, ASEAN dan China dapat membangun lebih banyak koneksi untuk mengembangkan mutual trust.
  6. ASEAN dan China dapat membuka dialog untuk menerjemahkan ASEAN Outlook on the Indo-Pasifik menjadi inisiatif yang konkret.
  7. ASEAN harus dipastikan sebagai organisasi yang efektif, khususnya dalam mengatasi tekanan isu seperti krisis di Myanmar.

Hasil survei ASEAN-China 2022 tersebut telah dipublikasikan di laman resmi FPCI pada 31 Oktober 2022. Sementara langkah selanjutnya, FPCI berencana memperluas survei dengan negara-negara lain yang berkaitan dengan ASEAN, baik negara di Asia Tenggara sendiri atau lainnya.

 

Reporter: Safinatun Nikmah

Kondisi HAM di negara Asia Tenggara

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya