6 Tindakan Utama Hasil Pertemuan Menteri Kesehatan G20

Hasil inti pertemuan Menteri Kesehatan Negara G20 yang tertuang dalam Technical Document.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 02 Nov 2022, 08:03 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat memberikan keterangan pers saat Penutupan Pertemuan Kedua Menteri Kesehatan G20 (G20 2nd Health Ministers Meeting) di Hotel InterContinental Bali Resort, Bali pada Jumat, 28 Oktober 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Bali Pertemuan Kedua Menteri Kesehatan Negara G20 (G20 2nd Health Ministers Meeting) di Bali yang digelar 27 - 28 Oktober 2022 menghasilkan enam tindakan utama (key actions). Keenam tindakan utama ini termaktub dalam bentuk Chair’s Summary atau Technical Document

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin selaku Chair’s (Ketua) Presidensi G20 bidang Kesehatan memaparkan enam tindakan utama yang telah disepakati antar Menteri Kesehatan Negara G20. 

“Ada enam tindakan utama yang harus dilakukan dari Technical Document. Pertama, kami telah membentuk Joint Finance Health Task Force dan kami menyerukan kepada semua negara G20 untuk membangun pencapaian aksi nyata besar dalam membentuk (penggalangan) dana pandemi,” kata Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers 'G20 2nd Health Ministers Meeting' di Hotel InterContinental Bali Resort, Bali, ditulis Selasa (1/11/2022).

“Pembentukan dana ini dikenal sebagai Financial Intermediary Fund on the Pandemic, Prevention, Preparedness and Response (FIF PPR).”

FIF PPR yang beroperasi mulai 9 September 2022 menunjukkan awal yang menjanjikan dengan total USD1,4 miliar terkumpul dari 20 donor dan 3 filantropi. Kementerian Kesehatan dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebelumnya telah menyelenggarakan ‘1st G20 Joint Finance and Health Ministers Meeting’ (JFHMM) di bawah Kepresidenan G20 Indonesia pada 21 Juni 2022. 

Pertemuan tersebut membahas perkembangan dari pembentukan Dana Perantara Keuangan. Pada JHMM pada Juni 2022, berhasil mendapatkan komitmen Dana Perantara Keuangan sebesar USD1,2 juta miliar yang akan digunakan untuk penanganan pandemi berikutnya termasuk USD50 juta dari Indonesia.

Selain Indonesia, beberapa negara yang telah menyatakan komitmen untuk ikut berkontribusi dalam pendanaan FIF di antaranya, Amerika Serikat (AS) (USD450 jut), Uni Eropa (USD450 juta), Jerman (EUR50 juta), Singapura (USD10 juta), dan Wellcome Trust (£10 juta). 

FIF yang terbentuk pada pembahasan G20 memiliki tujuan khusus untuk menutup kesenjangan pembiayaan pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. Setelah dana ini terkumpul, maka langkah penting berikutnya adalah menentukan prioritas penggunaan dana FIF. 

Dalam menentukan prioritas penggunaan dana, besarnya jumlah komitmen setiap negara, serta proses distribusi yang cepat dan merata pada pandemi selanjutnya harus diperhatikan. Pembahasan teknis ini diharapkan selesai dalam waktu yang singkat, untuk selanjutnya bisa dibawa pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT G20) di Bali pada pertengahan November 2022.


Platform Penanggulangan Pandemi

Delegasi Negara Anggota G20 menghadiri Pertemuan Kedua Menteri Kesehatan Negara G20 (G20 2nd Health Ministers Meeting) di Hotel InterContinental Bali Resort, Bali yang digelar 27 - 28 Oktober 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Kedua, tindakan utama terkait ACT-Accelerator (ACT-A) Evaluation negara-negara G20 yang akan menjadi alat utama untuk meningkatkan akses penanggulangan medis dalam merespons pandemi di masa depan.

“Jadi, kita siap untuk memiliki pengaturan formal, bagaimana kita bisa menggunakan ACT-A ini untuk pandemi di masa depan,” pungkas Budi Gunadi Sadikin.

ACT-Accelerator merupakan kolaborasi global untuk mempercepat pengembangan, produksi, dan akses yang merata ke diagnostik, terapi, dan vaksin terutama dalam hal penanganan pandemi. Pada masa COVID-19, kolaborasi global dikenal dengan sebutan Access to COVID‐19 Tools Accelerator (ACT‐A).

Pada pernyataan resmi 18 Oktober 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghargai berbagai pandangan tentang pengaturan, operasi ACT-Accelerator (ACT-A) dan hasil dalam  External Evaluation. Hasil evaluasi merupakan perspektif yang diungkapkan oleh sejumlah negara di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia yang memanfaatkan ACT-A selama pandemi.

Salah satu yang disorot, laporan External Evaluation ACT-A  memberikan perspektif penting yang menambah sejumlah evaluasi, laporan, ulasan, dan rekomendasi yang bertujuan untuk menginformasikan pembentukan platform penanggulangan pandemi yang lebih kuat.

Secara kolektif, hal ini akan memperkuat dunia mengandalkan platform yang lebih kuat untuk mempercepat  distribusi dan tindakan pencegahan yang merata pada pandemi di masa depan.

Tindakan utama ketiga, lanjut Menkes Budi Gunadi adalah membuat kemajuan dalam pengawasan genomik yang dapat membuka jalan bagi keterikatan dan kemajuan dalam pencegahan pandemi dan merespons pandemi.

“Kami setuju bahwa seluruh laboratorium genom sekuens di setiap negara itu penting. Kami akan bekerja sama dalam sistem peringatan dini untuk pengawasan jika ada patogen, baik virus bakteri lain muncul di setiap sudut dunia,” jelasnya.

“Sehingga kita dapat mengidentifikasi dengan cepat, dan berbagi informasi ke negara lain secepat mungkin.”


Sertifikat Perjalanan Digital

Rombongan pertama wisatawan asing tiba di Bandara Internasional Taoyuan di Taoyuan, Taiwan Utara, Kamis (13/10/2022). Pemerintah menyambut kedatangan pertama yang mendapat manfaat berakhirnya karantina dalam penerbangan dari Bangkok di bandara internasional utama Taiwan. (AP Photo/Chiang Ying-ying)

Tindakan utama keempat yang dihasilkan antar Menteri Kesehatan G20 tentang sertifikat vaksinasi lintas negara berbasis digital yang memuat informasi tentang vaksin dan juga pengujian (testing). Sertifikat digital ini akan membantu bila ada pandemi sewaktu-waktu terjadi di masa depan.

“Intinya, dengan sertifikat digital buat pelaku perjalanan ya tidak membatasi 100 persen pergerakan orang. Ini sangat penting untuk memastikan pergerakan barang dan layanan darurat secara global tetap dapat dilakukan selama pandemi,” Budi Gunadi Sadikin menerangkan.

“Kami juga telah sepakat bahwa akan mengajukan standar protokol kesehatan global ini untuk dimasukkan ke International Health Regulation (IHR) WHO. Pengajuan ini akan dilakukan pada pertemuan World Health Assembly tahun depan. Jadi, kami akan memasukkan revisi IHR pada kategori sertifikat perjalanan digital.”

Penggunaan Sertifikat Vaksinasi Lintas Negara selama COVID-19 pun sudah diuji coba dan diterapkan di Negara G20, bahkan negara Eropa juga sudah menggunakannya. Ketika masuk ke negara, pelaku perjalanan cukup men-scan barcode atau QR Code di pintu kedatangan.

Selanjutnya, tindakan utama kelima adalah kesepakatan melakukan analisis kesenjangan dan pemetaan jaringan penelitian dan manufaktur, terutama di negara-negara berkembang. Pembahasan ini akan dilanjutkan oleh Kepresidensian G20 India tahun depan.

“Tapi kami, di negara-negara G20, khususnya anggota di bagian selatan seperti Afrika Selatan. Turki, Arab Saudi, India, Indonesia, Argentina, Brasil telah sepakat membangun jaringan untuk melakukan penelitian dan manufaktur untuk terapi, vaksin dan diagnostik,” imbuh Menkes Budi Gunadi.

“Ini akan membutuhkan kolaborasi di antara semua negara G20.”


Pendanaan TB, One Health dan Resistensi Antimikroba

Ilustrasi Tuberkulosis Foto oleh Anna Shvets dari Pexels

Tindakan utama keenam berupa peningkatan pendanaan terhadap sejumlah penyakit, yakni tuberkulosis (TB) dan resistensi antimikroba (Antimicrobial Resistance/AMR) serta kerja sama One Health. Pendanaan digaungkan demi upaya pencegahan dan deteksi.

“Kita telah melihat aksi nyata muncul dari side event Health Working Group (HWG) yang telah digelar. Utamanya, meningkatkan pendanaan untuk memerangi tuberkulosis, komitmen untuk menerapkan inisiatif One Health,” Budi Gunadi Sadikin menjelaskan.

“Dan terakhir adalah meningkatkan kapasitas untuk mencegah mendeteksi dan menangani resistensi antimikroba.”

Khusus penanganan tuberkulosis, Negara-negara G20 dapat memimpin upaya dalam meningkatkan sumber daya tambahan untuk menutup kesenjangan investasi TB. Investasi global perlu meningkat empat kali lipat pada tahun 2023 agar dapat mencapai pendanaan yang dibutuhkan untuk dan mengeliminasi TB tahun 2030 mendatang.

Seruan 'Aksi Pembiayaan untuk Penanggulangan Tuberkulosis' telah disusun oleh Presidensi G20 Indonesia melalui konsultasi dengan anggota G20, bekerja sama dengan WHO, Stop TB Partnership, Global TB Caucus, Global Fund, USAID, Bank Dunia, dan Stop TB Partnership Indonesia.

Menutup paparan Technical Document, Menkes Budi Gunadi mengakui, tahun 2022 adalah tahun yang sangat menantang bagi Kepresidensian G20 Indonesia di tengah realitas isu-isu politik global.

“Terlepas dari perbedaan kami dalam masalah geopolitik, Negara-anggota G20 telah berkumpul untuk berbicara dalam bahasa yang sama: bahasa kemanusiaan. Dan tidak memiliki batas untuk menyuarakan Memperkuat Arsitektur Kesehatan Global, tidak hanya untuk generasi kita tetapi juga untuk generasi dan generasi setelah kita,” ucapnya.

“Kami telah memenangkan kepercayaan dari anggota G20 untuk menerapkan tindakan utama yang disebutkan dalam Technical Document yang terdiri dari banyak tindakan terkait kesehatan dalam inisiatif bangsa untuk memperkuat Arsitektur Kesehatan global. Key actions ini akan diajukan sebagai bahan pertimbangan pada KTT para pemimpin G20 pada pertengahan November mendatang.”

Infografis Kejahatan Meningkat saat Pandemi Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya