Bilebante, Kawasan Tambang Pasir yang Kini jadi Tempat Pelesir

Pada saat itu, di desa tersebut hanya ada sawah, petani, dan bebek.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 02 Nov 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi Gili Meno, Lombok. (Photo by Mathis Jrdl on Unsplash)

Liputan6.com, Lombok - Bilebante merupakan salah satu desa wisata yang terletak di Lombok Tengah. Dari pusat Kota Mataram, Bilebante hanya berjarak sekitar 16 km.

Lokasi ini memiliki udara yang sejuk karena memiliki kawasan hijau yang asri. Namun, siapa sangka jika kawasan asri tersebut dulunya adalah kawasan tambang pasir?

Melansir dari laman indonesia.go.id, selain bertani, warga setempat mendapatkan sumber pendapatan dari tambang pasir tersebut. Bahkan, dahulu nyaris tak ada yang dapat dibanggakan dari desa ini karena tak ada gunung, pantai, hutan, bukit, dan air terjun yang identik dengan pesona alam Pulau Lombok.

Pada saat itu, di desa tersebut hanya ada sawah, petani, dan bebek. Hingga akhirnya, masyarakat mendapat pelatihan dari Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui kerja sama Indonesia-Jerman dan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas) pada 4 April 2015.

Pelatihan tersebut pun membuat pemahaman masyarakat terhadap desa wisata perlahan berubah. Masyarakat mulai memahami bahwa desa wisata mencakup segenap lapisan masyarakatnya yang mampu menjaga keaslian suasana kehidupan desa. 

Pada 2017, lembaga sosiopreneur Institute of Social Economic Digital (ISED) menggelar pelatihan literasi pengelolaan keuangan yang benar bagi ibu-ibu rumah tangga. Masyarakat Desa Bilebante pun bersepakat untuk mengembangkan segenap potensi di desa mereka menjadi objek wisata.

Salah satu wisata pertama yang menjadi percontohan adalah wisata bersepeda keliling desa atau gowes. Rute wisata ini dimulai dari depan Kantor Sekretariat Desa Wisata Bilebante, melintasi permukiman warga, melewati jalan setapak yang membelah hamparan sawah, lalu singgah ke kawasan masyarakat Hindu untuk belajar budaya mereka.

Pengunjung juga bisa mampir ke Pura Lingsar Kelod, yakni tempat ibadat umat Hindu tertua di Lombok Tengah yang telah berdiri sejak 1822.  Selain itu, pengunjung juga akan disuguhi musik tradisional bale ganjur dari masyarakat Bilebante beragama Hindu. 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pasar Pancingan

Selain gowes, proyek percontohan lain yang juga dibuat adalah Pasar Pancingan. Pokdarwis Bilebante bersama komunitas anak-anak muda Generasi Pesona Indonesia (Genpi) mencoba membangun sebuah atraksi baru yang menarik wisatawan sekaligus mengangkat potensi desa.

Pasar Pancingan beroperasi setiap hari Minggu mulai pukul 07.00 -14.00 WITA. Modelnya mirip dengan pasar pekan yang masih dapat dijumpai di sejumlah desa di Lombok.

Lapak pedagang dibuat dari bilah-bilah bambu dan alang-alang. Uniknya, para penjual mengenakan pakaian khas Sasak, yakni suku asli Pulau Lombok.

Lebih dari 30 kuliner khas Sasak bisa dinikmati di sini, seperti ayam merangkat atau gulai ayam kampung yang dagingnya telah dibakar, ebatan atau salad, clorot atau dodol Lombok dibalut daun kelapa, plecing kangkung, dan ayam taliwang. Adapun alat transaksi yang digunakan adalah uang kepeng.

Pengelola menyediakan uang kepeng dengan nilai dari 2,5 (bernilai Rp2.500), 5 (bernilai Rp5.000), dan 10 (bernilai Rp10.000). Selain itu, pengunjung juga bisa memancing di kolam pemancingan dari bekas lubang galian pasir sebagai daya tarik utama.

 


Kebun Herbal

Bilebante juga memiliki Kebun Herbal seluas 400 meter persegi yang dibangun oleh Martha Tilaar Group. Terdapat sekitar 200 jenis tanaman obat, seperti jawer kotok (coleus ascutellarodes) yang berkhasiat menyembuhkan sakit pinggang dan wasir.

Selain itu, ada juga binahong (adredera cordifolia) yang berkhasiat mengobati asam urat, tipus, dan mencegah stroke. Kebun Herbal ini juga berhasil mengembangkan minuman sejenis jamu bernama lemongrass tea atau dalam bahasa lokal disebut serbat.

Adapun di tempat ini juga dibangun pondok-pondok terbuka beratap hijau menghadap persawahan yang bisa digunakan untuk terapis kebugaran. Beberapa layanan spa yang tersedia, meliputi body massage, body scrub, body masker, hand and foot massage, facial treatment, face massage, dan refleksi.

Selain itu, ada pula wisata Lembah Gardena, yakni sebuah taman yang dulunya merupakan area bekas galian pasir. Berkonsep ekowisata, pengunjung akan disuguhi beragam tanaman dan pepohonan indah yang tumbuh asri.

Desa ini juga mengembangkan kuliner tradisional bernama serabi rumput laut. Rumput laut yang digunakan adalah rumput laut yang dikembangbiakkan pada lahan persawahan warga.

(Resla Aknaita Chak)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya