Kata HM Sampoerna Terkait Perkembangan Segmen SKT

Direktur Sampoerna Elvira Lianita mengatakan, segmen SKT merupakan segmen padat karya yang memberikan dampak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 01 Nov 2022, 17:02 WIB
Paparan publik PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), Selasa, (1/11/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir segmen sigaret kretek tangan (SKT) telah mendapatkan tekanan. Namun, HM Sampoerna sudah dapat melihat ada stabilisasi dan juga bahkan pertumbuhan, segmen SKT tentunya adalah kunci bagi ekonomi.

"Bahwa dari sekitar lebih dari 70 persen total atau yang dipekerjakan di segmen ini, segmen linting tangan memberikan dampak langsung yang lebih besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan penggunaan tembakau dan juga dibandingkan dengan segmen buatan mesin,” kata Presiden Direktur HM Sampoerna Vassilis Gkatzelis dalam paparan publik, Selasa (1/11/2022).

Dia menambahkan, Sampoerna memberikan dampak yang lebih luas kepada ekosistem terus berinvestasi dan terus menyerap tenaga kerja di sektor tersebut dengan pasar sekarang stabil. 

"Portfolio SKT Sampoerna sudah tumbuh sekitar 7,9 persen year to date, Dji Sam Soe telah tumbuh sekitar 10 persen dan kami terus menjaga investasi kami, kebijakan cukai tentunya akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja sektor ini," kata dia.

Sementara itu, Direktur Sampoerna Elvira Lianita mengatakan, segmen SKT merupakan segmen padat karya yang memberikan dampak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja serta menggunakan tembakau dan cengkeh dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan rokok buatan mesin dan secara total segmen SKT menyerap 70 persen dari total industri rokok.

"Pekerjaan yang diciptakan oleh industri rokok telah mengalami tren penurunan sejak 2007 SKT mulai menunjukan tanda-tanda pemulihan dengan pangsa pasar 21 persen pada 2021. Kami tentunya sangat mengapresiasi kebijakan pemerintah terhadap segmen SKT ini khususnya 2 tahun terakhir di mana hal ini berkontribusi pada pemulihan segmen padat karya," kata Elvira.

Elvira menyebutkan, besar harapan Sampoerna agar kebijakan  dari pemerintah untuk segmen linting tangan terus diterapkan agar kebijakan ini tetap dijadikan acuan untuk kebijakan cukai tahun depan demi keberlangsungan serapan tenaga kerja industri hasil tembakau nasional secara keseluruhan.


Kinerja Bisnis

House of Sampoerna (Foto: Dok PT HM Sampoerna Tbk)

Sampoerna, sebagai salah satu pelaku usaha hasil tembakau terbesar di Indonesia dengan dampak ekonomi signifikan dalam mata rantai industri, mencatat pangsa pasar sebesar 28 persen sampai akhir kuartal III 2022 ytd dengan total volume penjualan 65,6 miliar batang. 

Perseroan mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 83,4 triliun, meningkat 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Vassilis mengatakan, Sampoerna mencatatkan pemulihan volume penjualan, pangsa pasar, dan pendapatan bersih secara bertahap di setiap kuartal pada 2022. Hal ini ditunjang oleh kekuatan portofolio kelompok merek Sampoerna A, Dji Sam Soe, dan Marlboro. 

Selain itu, Sampoerna terus memperkuat jaringan penjualan di seluruh Indonesia, termasuk meningkatkan akses digitalisasi melalui ekosistem Sampoerna Retail Community (SRC) yang mencakup sekitar 200 ribu peritel tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Saat ini, Sampoerna tengah menghadapi dinamika yang sangat menantang, utamanya didorong oleh kenaikan cukai yang tinggi dan jauh di atas angka inflasi, serta membesarnya jarak tarif cukai antar golongan, khususnya pada segmen sigaret kretek mesin (SKM) golongan 2 dengan tarif cukai 40 persen lebih rendah dibandingkan dengan golongan 1," kata Vassilis.

 


Pangsa Pasar Menurun

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Faktor‐faktor tersebut, ditambahkan dengan melemahnya daya beli perokok dewasa sebagai dampak dari pandemi, telah menyebabkan percepatan tren down trading di mana perokok dewasa beralih ke produk dengan cukai dan harga yang lebih rendah.

Pangsa pasar dan volume penjualan produk di golongan 1 mengalami penurunan signifikan sejak 2019. Hal ini berbanding terbalik dengan meningkatnya pangsa pasar untuk produk dengan cukai dan harga lebih rendah (golongan 2 dan 3), dari 20 persen pada 2019 menjadi 36 persen pada kuartal III 2022.

Kondisi ini berdampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan, di mana laba bersih Sampoerna terus mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir.

"Profitabilitas Sampoerna telah menunjukkan indikasi kestabilan dan mengalami pemulihan secara bertahap, meskipun secara keseluruhan masih di bawah masa sebelum pandemi. Sampoerna mencatat laba bersih sebesar Rp 4,9 triliun hingga kuartal III 2022 atau turun 11,7 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan laba bersih disebabkan karena Perseroan tidak dapat meneruskan sepenuhnya beban cukai yang meningkat kepada konsumen,” kata Vassilis.

 


Kebijakan Fiskal Jadi Kunci

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mempertimbangkan arah kebijakan cukai dan percepatan tren downtrading selama tiga tahun terakhir, maka intervensi arah kebijakan cukai berperan sangat penting guna mencapai tujuan pemulihan ekonomi, kesehatan masyarakat, serapan tenaga kerja, dan penerimaan negara. 

Kebijakan fiskal merupakan salah satu elemen kunci untuk memastikan keberlanjutan usaha dan investasi pelaku industri golongan 1 yang berdampak langsung pada serapan tenaga kerja, penerimaan negara, serta menjaga keseimbangan nilai untuk keseluruhan mata rantai ekosistem IHT, termasuk antara lain penyerapan tembakau dan cengkeh, penyediaan barang dan jasa dari pemasok lokal, pengembangan peritel tradisional, dan peningkatan kinerja ekspor.

Sepanjang 2021, Sampoerna membayar pajak sebesar Rp78,7 triliun dan sejak kuartal I hingga kuartal III 2022, Perseroan membayar Rp66,2 triliun yang mencakup pembayaran cukai, pajak pertambahan nilai (PPN), pajak daerah, dan pajak penghasilan (PPh).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya