Oktober 2022 Catat Deflasi, BI Pede Inflasi Tahun Ini Dikisaran 3 Persen

BPS menyatakan Oktober 2022 mengalami deflasi 0,11 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal maupun inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 1,17 persen (mtm).

oleh Tira Santia diperbarui 01 Nov 2022, 18:15 WIB
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). BPS menyatakan Oktober 2022 mengalami deflasi 0,11 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal maupun inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 1,17 persen (mtm). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia memperkirakan inflasi inti tetap terkendali seiring dengan penurunan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM, di tengah permintaan yang berlanjut serta langkah-langkah pengendalian inflasi yang ditempuh.

Bank Indonesia berkomitmen untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting) dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023.

Dilansir dari laman resmi Bank Indonesia, Selasa (1/11/2022), sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2022 mengalami deflasi 0,11 persen  (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal maupun inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 1,17 persen (mtm). 

Realisasi inflasi yang lebih rendah dari prakiraan awal tersebut sejalan dengan dampak penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM), terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) yang tidak sebesar prakiraan awal.

Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga rendah seiring dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM tersebut dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,71 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal maupun inflasi IHK bulan sebelumnya yang mencapai 5,95 persen (yoy).

Penurunan inflasi IHK ini sejalan dengan semakin eratnya sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan laju inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM.

Untuk itu, Bank Indonesia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kebijakan, yang secara bersama-sama menjaga stabilitas harga sehingga mendukung daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi.

 


Inflasi Lebih Rendah

Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk keseluruhan tahun 2022, Bank Indonesia memandang inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1 persen. Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun inflasi inti pada Oktober 2022 terkendali sebesar 0,16 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi September 2022 yang sebesar 0,30 persen (mtm). Penurunan inflasi inti secara bulanan yang lebih rendah dari prakiraan awal ini terutama dipengaruhi oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM terhadap inflasi inti yang menurun pada Oktober 2022 dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Secara tahunan, inflasi inti Oktober 2022 tercatat sebesar 3,31 perseb (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,21 persen (yoy).

Sementara, kelompok volatile food pada Oktober 2022 kembali mencatat deflasi sebesar 1,62 persen (mtm), lebih besar dari prakiraan awal dan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,79 persen (mtm). 

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi aneka cabai serta telur dan daging ayam ras didukung oleh peningkatan stok seiring dengan panen raya hortikultura, kondisi pasokan telur dan daging ayam ras yang lebih dari cukup, serta langkah-langkah pengendalian harga yang ditempuh bersama-sama oleh Pemerintah, Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, dan mitra strategis lainnya melalui TPIP-TPID dan GNPIP.

 


Komoditas Beras

Pekerja memasukkan beras ke dalam karung di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (8/9/2022). Kenaikan harga BBM bersubsidi berdampak pada melonjaknya harga beras di Pasar Induk Cipinang hingga Rp 2.000 - Rp 3.000 per kilogram akibat bertambahnya biaya transportasi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Di sisi lain, komoditas beras mengalami inflasi seiring dengan berakhirnya panen di mayoritas daerah sentra. Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok volatile food secara tahunan juga mengalami penurunan dari 9,02 persen (yoy) pada bulan lalu menjadi 7,19 persen (yoy).

Disisi lain, inflasi kelompok administered prices pada Oktober 2022 menurun menjadi 0,33 persen (mtm) dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 6,18 persen (mtm). Penurunan inflasi tersebut terutama dampak langsung (first round effect) penyesuaian harga BBM bersubsidi yang berangsur normal dan penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan meredanya tekanan harga avtur.

Penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi terhadap angkutan dalam kota dan inflasi bahan bakar rumah tangga seiring dengan penyesuaian harga di tingkat pengecer. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi yang stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 13,28 persen (yoy). 

INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya