Pasokan Turun, Harga Referensi CPO Naik jadi USD 770,88 per MT

Harga referensi produk minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) periode 1-15 November 2022 adalah USD 770,88 per MT.

oleh Tira Santia diperbarui 01 Nov 2022, 18:30 WIB
Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta Harga referensi produk minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) periode 1-15 November 2022 adalah USD 770,88 per MT. Nilai ini naik 7,98 persen atau USD 56,99 dibanding periode 16-31 Oktober 2022.

Peningkatan tersebut berdampak pada naiknya BK CPO periode 1-15 November 2022 menjadi sebesar USD 18 per MT, sesuai Kolom 3 Lampiran Huruf C pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 123/PMK.010/2022. Harga Referensi tersebut sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1460 Tahun 2022 tentang Harga Referensi Crude Palm Oil yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

Selain itu, minyak goreng (Refined, Bleached, And Deodorized/RBD Palm Olein) dalam kemasan bermerek dan dikemas dengan berat netto ≤ 25 kg dikenakan BK USD 0 per MT dengan penetapan merek sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1462 Tahun 2022 tentang Daftar Merek Refined, Bleached, And Deodorized (RBD) Palm Olein dalam Kemasan Bermerek dan Dikemas dengan Berat Netto ≤ 25 Kg.

“Saat ini harga referensi CPO mengalami peningkatan yang menjauhi ambang batas sebesar USD 680/MT. Untuk itu, Pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD 18 per MT untuk periode 1-15 November 2022,” kata Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Didi Sumedi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (1/11/2022).

Peningkatan harga referensi CPO dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya penurunan pasokan dari Indonesia dan Malaysia karena meningkatnya curah hujan, konflik Ukraina dan Rusia yang memanas, rencana negara-negara OPEC+ untuk mengurangi produksi minyak mentah dunia sebesar 2 juta barel per hari mulai November 2022, serta penurunan harga minyak nabati lainnya seperti kedelai dan minyak canola.

Sementara itu, harga referensi biji kakao periode November 2022 ditetapkan sebesar USD 2.337,95 per MT, turun 1,22 persen atau sebesar USD 28,94 dari bulan sebelumnya. Hal ini berdampak pada penurunan harga patokan ekspor (HPE) biji kakao pada November 2022 menjadi USD 2.054 per MT, menurun 1,37 persen atau USD 28,51 dari periode sebelumnya.

Peningkatan harga ini tidak berdampak pada BK biji kakao, yaitu tetap 5 persen sesuai Kolom 2 Lampiran Huruf B pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 123/PMK.010/2022. Peningkatan harga referensi dan HPE biji kakao dipengaruhi penurunan permintaan Kakao dan penguatan nilai tukar USD.


Harga Referensi CPO Turun, Bea Keluar Sawit Jadi USD 3 per MT

Ilustrasi CPO.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mematok harga referensi produk minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) periode 16—31 Oktober 2022 tercatat sebesar USD 713,89 per metrik ton (MT).

Besaran harga referensi ini turun 9,88 persen atau USD 78,30 dibandingkan periode 1—15 Oktober 2022.

Penurunan tersebut berdampak pada turunnya Bea Keluar CPO periode 16—31 Oktober 2022 menjadi sebesar USD 3 per MT, sesuai Kolom 2 Lampiran Huruf C pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor123/PMK.010/2022.

Harga Referensi tersebut sebagaimana tercantum dalam Keputusan MenteriPerdagangan Nomor 1436 Tahun 2022 tentang Harga Referensi Crude Palm Oil yang Dikenakan BeaKeluar dan Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

“Saat ini harga referensi CPO mengalami penurunan yang semakin mendekati ambang batas sebesarUSD 680/MT. Pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD 3/MT untuk periode 16—31 Oktober2022,” kata Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Veri Anggrijono.

Penurunan harga referensi CPO dipengaruhi beberapa faktor, antara lain adanya kekhawatiran resesi global, melimpahnya stok CPO di Indonesia dan Malaysia, serta menurunnya harga minyak nabatilainnya terutama harga minyak kedelai pada akhir September 2022.


Ekspor Produk Sawit Melonjak Rp 13,7 Triliun per Agustus 2022

Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan, ekspor produk sawit per Agustus 2022 mengalami lonjakan yang sangat signifikan dibandingkan Juli 2022 sebesar 1.629 ribu ton, dari 2.705 ribu ton menjadi 4.334 ribu ton.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengungkapkan, kenaikan ekspor tertinggi terjadi pada jenis olahan minyak sawit mentah (CPO), dari 1.923 ribu ton menjadi 2.971 ribu ton.

"Lonjakan ekspor yang terjadi pada bulan Agustus dikarenakan pemerintah memberikan relaksasi berupa zero levy yang diperpanjang sampai Oktober 2022, dan rencananya pemerintah (melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian) akan memperpanjang sampai akhir tahun," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (12/10/2022).

"Relaksasi zero levy sangat membantu eksportir, sehingga daya saing produk minyak sawit Indonesia makin baik di pasar global di tengah persaingan yang tinggi dengan minyak nabati lain," beber Mukti.

Adapun kenaikan ekspor ini diikuti dengan lonjakan nilai ekspor sebesar USD 900 juta, atau setara Rp 13,77 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS), dari USD 3.800 juta pada Juli 2022 menjadi USD 4.791 pada Agustus 2022. Meskipun di sisi lain harga CPO Cif Rotterdam turun dari USD 1.203 per ton pada Juli menjadi USD 1.095 per ton pada Agustus.

Kenaikan ekspor terbesar dari Juli ke Agustus terjadi untuk tujuan India yang naik 193 persen, dari 370,8 ribu ton menjadi 1.086,0 ribu ton. Diikuti China yang naik 68 persen (355,7 ribu ton) dari 524,0 ribu ton menjadi 879,7 ribu ton, dan Uni Eropa yang naik 51,7 persen (172,8 ribu ton) dari 334,0 ribu ton menjadi 506,8 ribu ton.

Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya