Liputan6.com, New York City - Rata-rata suhu malam hari selama Oktober semakin hangat hingga 1.6 derajat Celcius dalam 50 tahun terakhir.
Senin malam, parade hantu, tengkorak, atau manusia laba-laba dilakukan dari rumah ke rumah dalam rangka ziarah tahunan dan mencari permen Halloween. Tapi, rasa dingin di akhir musim gugur mungkin tidak lagi menemani mereka.
Advertisement
Dilansir dari laman Independent, Senin (1/11/2022), suhu malam Oktober menjadi lebih hangat dalam lima dekade terakhir di seluruh AS karena krisis iklim, menurut data terbaru dari lembaga nirlaba Climate Central.
Tren ini bukan hanya tentang menghangatnya malam musim gugur, ini adalah pengingat lain dari peningkatan suhu bumi atau pemanasan global yang membuat gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, dan badai parah lebih sering dan lebih ekstrem.
Di 247 kota berbeda di Amerika Serikat, rata-rata malam Oktober menghangat hampir 2,9 derajat Fahrenheit (1.6 derajat Celcius) antara tahun 1970 dan 2021.
Di beberapa kota, pertumbuhan itu bahkan lebih dramatis. Di New York City, misalnya, malam Oktober yang dingin telah menghangat sekitar 3.8F (2,1 derajat Celcius) dalam 50 tahun terakhir.
Bagian Selatan AS mengalami kenaikan suhu rata-rata yang lebih drastis. Di Houston, Texas, dan Phoenix, Arizona, suhu rata-rata malam hari di bulan Oktober telah meningkat masing-masing sebesar 2.8 derajat Celcius dan 3.1 derajat Celcius.
Perubahan Lokal yang Tidak Tentu
Di New Orleans, Louisiana, malam Oktober menjadi 4.6 derajat Celcius lebih panas dan di Reno, Nevada, suhunya menjadi 6.3 derajat Celcius lebih hangat -- yang paling panas dari kota mana pun, menurut studi yang ada.
Di sebagian kota kecil, seperti Grand Junction, Colorado dan Rapid City, South Dakota, malam Oktober rata-rata menjadi sedikit lebih dingin -- sebuah pengingat bahwa meskipun krisis iklim membuat planet ini lebih hangat secara keseluruhan, perubahan lokal bisa lebih tidak menentu dan bervariasi.
Di kota-kota di mana Halloween menjadi lebih panas, suhu malam musim gugur ini masih relatif dingin dibandingkan dengan beberapa musim panas yang drastis dan intens. Akan tetapi, kondisi ini memungkiri tren yang mengkhawatirkan.
Advertisement
Kenaikan Suhu Bumi Membahayakan Tubuh Manusia
Sementara suhu tertinggi biasanya terjadi pada siang hari dalam gelombang panas, kenaikan suhu malam hari bisa sangat berbahaya.
Jika suhu tidak cukup turun di malam hari, tubuh manusia tidak mendapatkan kesempatan untuk mendinginkan badan dan beristirahat dari panas yang menyiksa, menurut Center for Desease Control (CDC). Hal tersebut dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti dehidrasi dan heat stress.
Sejumlah wilayah AS dilanda gelombang panas yang menyiksa di beberapa titik musim panas ini. Di Texas -- yang mencatat rekor Juli terpanas -- suhu secara rutin mencapai sekitar 38 derajat Celcius selama berhari-hari.
Gelombang panas semacam ini semakin cepat menjadi lebih panas dan lebih sering sebagaimana dengan memburuknya krisis iklim. Jika pemanasan dunia mencapai 2 derajat Celcius di atas suhu abad ke-19, gelombang panas yang terjadi sekali setiap 10 tahun akan terjadi setiap dua tahun sekali dan menjadi sekitar 2.6 derajat Celcius lebih panas, menurut panel ilmu iklim PBB.
Saat ini, dunia telah menghangat sekitar 1.2 derajat Celcius.
Pemanasan Global Adalah Peningkatan Suhu Permukaan Bumi, Ketahui Penyebabnya
Kenaikan suhu yang terjadi saat ini, tak hanya di Amerika Serikat saja, tapi di seluruh dunia, sehingga disebut pemanasan global.
Global warming atau pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata udara, atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global juga terkait dengan perubahan iklim.
Pemanasan global ini menjadi isu lingkungan baik nasional dan dunia yang masih terus menjadi perbincangan hangat. Apalagi dengan masih banyaknya perusakan lingkungan dari segala lini yang dapat membuat suhu bumi semakin meningkat.
Dikutip dari laman Kemdikbud, pengertian pemanasan global adalah suatu fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan kegiatan alih guna lahan.
Pemanasan global juga erat kaitannya dengan efek rumah kaca, sebab proses rumah kaca dapat menghasilkan gas-gas yang semakin lama semakin banyak jumlahnya di atmosfer, terutama gas karbon dioksida (CO2).
Disebut dengan efek rumah kaca karena adanya peningkatan suhu bumi akibat suhu panas yang terjebak di dalam atmosfer bumi. Prosesnya mirip seperti rumah kaca yang berfungsi untuk menjaga kehangatan suhu tanaman di dalamnya.
Peningkatan suhu dalam rumah kaca terjadi karena adanya pantulan sinar matahari oleh benda-benda yang ada di dalam rumah kaca yang terhalang oleh dinding kaca, maka udara panas tidak dapat keluar (greenhouse effect). Inilah yang menyebabkan perubahan iklim di bumi semakin tak menentu.
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement