Laba Adaro Energy Tumbuh 352,22 Persen hingga Kuartal III 2022

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatat pertumbuhan penjualan dan laba hingga September 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Nov 2022, 06:46 WIB
Ilustrasi PT Adaro Energy Tbk (Foto: Dok PT Adaro Energy Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja keuangan perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022.

Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,9 miliar atau sekitar Rp 29,78 triliun (kurs Rp 15.646 per USD). Laba itu naik 352,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 420,9 juta.

Raihan laba itu sejalan dengan pendapatan usaha Adaro Energy Indonesia yang naik 130 persen menjadi USD 5,91 miliar pada September 2022 dari USD 2,57 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

“Kenaikan pendapatan ini terutama karena kenaikan 106 persen yoy pada ASP. Cuaca buruk, keterbatasan suplai dan peristiwa geopolitik menopang harga dekat level tertinggi historis yang terjadi pada kuartal II 2022, dan dengan demikian mendukung kenaikan ASP secara yoy untuk Adaro," ungkap Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Indonesia, Garibaldi Thohir dalam keterbukaan informasi Bursa, Selasa, 1 November 2022.

Walaupun terjadi curah hujan yang tinggi dan tantangan pengadaan alat berat, ADRO berhasil meningkatkan produksi sebesar 14 persen menjadi 45,4 juta ton dari 39,6 juta ton pada September 2022. Peningkatan produksi mendorong kenaikan penjualan batu bara dengan porsi yang sama (14 persen) menjadi 44,2 juta ton pada September 2022 dari 38,9 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, Adaro mencatat peningkatan pengupasan lapisan penutup stabil yakni 173,5 Mbcm pada September 2022 dari 173,0 Mbcm pada September 2021, dan nisbah kupas turun 12 persen menjadi 3,82x dari 4,36x.

"Jika cuaca mendukung, nisbah kupas ini diperkirakan akan meningkat pada kuartal IV 2022, namun nisbah kupas untuk satu tahun penuh pada 2022 diperkirakan akan dicapai di bawah target yang ditetapkan sebesar 4,1x,” imbuh pria yang akrab disapa Boy Thohir itu.

 

 


EBITDA

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

EBITDA operasional Adaro Energy tumbuh 231 persen yoy menjadi USD 3,79 miliar dari USD 1.15 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian EBITDA operasional yang tinggi mencerminkan fluktuasi cuaca, permintaan batu bara dari pemulihan aktivitas global pasca pandemi, dan dinamika geopolitik yang mempengaruhi harga.

"Margin EBITDA operasional tetap bertahan di dekat level tertinggi di posisi 64 persen pada September 2022, atau naik melebihi 1.950 bps yoy karena permintaan tetap tinggi dan leverage operasi tetap positif,” jelas Boy.

Hingga September 2022, total aset perseroan naik 41 persen menjadi USD 10.03 miliar dari USD 7,12 miliar pada tahun sebelumnya karena kenaikan 122 persen pada kas menjadi USD 3,35 triliun. Aset lancar naik 96 persen menjadi USD 4,55 miliar dari USD 2,33 miliar pada September 2021.

Sementara aset tidak lancar naik 14 persen menjadi USD 5,48 miliar dari USD 4,79 miliar pada September 2021. Kontribusi terbesar terhadap peningkatan aset non lancar diperoleh dari investasi pada perusahaan patungan dan aset keuangan yang tersedia untuk dijual.

Total liabilitas hingga September 2022 naik 34 persen menjadi USD 3.743 dari USD 2,79 miliar karena kenaikan signifikan pada utang pajak akibat tingginya harga batu bara. Pada periode ini, utang pajak naik 296 persen menjadi USD 1,11 miliar dari USD 280 juta pada September 2021.

Hal itu mendorong kenaikan liabilitas lancar sebesar 79 persen menjadi USD 1,85 miliar dari USD 1.03 miliar pada September 2021.

Liabilitas non lancar naik 7 persen menjadi USD 1,89 miliar dari USD 1,76 miliar pada periode yang sama tahun lalu karena pembiayaan kembali terhadap pinjaman bank SIS memperoleh tenor yang lebih panjang. Seemantara total ekuitas sampai dengan September 2022 tercatat USD 6,28 miliar, atau naik 45 persen dari USD 4.32 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

 


Anak Usaha Adaro Energy Raih IUPK hingga 2032

Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33 persen dan kenaikan hingga 168,89 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Anak Usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Adaro Indonesia (AI) raih perpanjangan izin operasi menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) hingga 2032. Adaro Indonesia merupakan entitas yang 88,47 persen sahamnya dimiliki oleh perseroan.

Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto menjelaskan, pada 14 September 2022 PT Adaro Indonesia mendapatkan IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak atau perjanjian dari Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia atas nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tertanggal 13 September 2022.

“IUPK-KOP diberikan dengan jangka waktu sampai dengan tanggal 1 Oktober 2032 dan dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” kata Mahardika dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (20/9/2022).

PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor pemerintah melalui Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) generasi pertama yang telah dirikan pada 1982. Perusahaan melakukan kegiatan eksplorasi penambangan batu bara di Kalimantan Selatan dan mulai berproduksi secara komersial pada 1992. Lokasi penambangan terletak di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.

AI merupakan aset batu bara terbesar milik perseroan, memproduksi 22,88 juta ton batu bara pada semester I 2022, atau naik 5 persen dari 21,73 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Volume penjualan baut bara Ai pada semester I 2022 naik 6 persen menjadi 25,27 juta ton dari 23,84 juta tpn pada semester I 2021.


Adaro Energy Perpanjang Buyback Saham hingga 16 Desember 2022

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berencana memperpanjang periode pembelian kembali (buyback) saham perseroan. Kali ini, perseroan memperpanjang periode buyback mulai 16 Juni 2022 sampai 16 Desember 2022.

Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy indonesia Tbk, Mahardika Putranto menerangkan, pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lama tiga bulan setelah keterbukaan informasi yang disampaikan pada 16 September 2021.

“Tanggal keterbukaan informasi yakni pada 16 September 2022. Sehingga periode perpanjangan kembali yakni mulai 16 September 2022 sampai 16 Desember 2022,” tulis Mahardika, dikutip Sabtu (17/9/2022).

Perpanjangan periode pembelian kembali saham ini merupakan yang keempat kalinya dilakukan perseroan. Sebelumnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membeli kembali saham yang dilakukan bertahap mulai 27 September-26 Desember 2021.


Perpanjang Buyback

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perpanjangan pertama dilakukan pada 24 Desember 2021 sampai dengan 23 Maret 2022. Kedua, perpanjangan dilakukan sejak 22 Maret 2022 hingga 21 Juni 2022. Perseroan kembali memperpanjang periode pembelian kembali saham hingga 19 September, sebelum akhirnya kini diperpanjang hingga 16 Desember 2022.

“Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja dan pendapatan perseroan. Itu karena saldo laba dan arus kas perseroan yang tersedia saat ini sangat mencukupi untuk kebutuhan dana pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali,” jelas Mahardika.

Pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali akan dilakukan dengan harga yang dianggap baik dan wajar oleh perseroan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

PT Adaro Energy Tbk berencana buyback saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 4 triliun. Sesuai POJK Nomor 2/2013 dan SEOJK Nomor 3/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20 persen dari modal disetor dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor perseroan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya