Liputan6.com, Jakarta Harga emas naik lebih dari 1 persen pada hari Selasa karena dolar AS dan imbal hasil obligasi tergelincir dari sesi tertinggi. Kini investor fokus beralih ke pengumuman utama Federal Reserve untuk isyarat apakah akan mengurangi atau mempertahankan sikap agresifnya pada kenaikan suku bunga.
Dikutip dari CNBC, Rabu (2/11/2022), harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi USD 1.646,78 per ounce, naik ke level USD 1.696,94 di awal sesi. Emas berjangka AS ditutup naik 0,6 persen pada USD 1,649,80.
Advertisement
"Emas berada dalam posisi di mana ia mempertahankan sebagian besar kenaikan hari ini menuju FOMC (pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal)," kata Edward Moya, analis senior OANDA.
"Pasar tenaga kerja akan mereda, itu tidak terjadi secepat yang dipikirkan orang dan itu akan menjaga jalur The Fed untuk memperlambat kenaikan suku bunga - mungkin tidak pada bulan Desember, tetapi mungkin akan terjadi pada pertemuan Februari itu," tambahnya.
Indeks dolar AS melemah dari puncaknya satu minggu.
Benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun juga tergelincir pada spekulasi bahwa Fed mungkin menandakan langkah pengetatan kebijakan yang lebih lambat minggu ini, bahkan karena diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi.
Emas Sensitif Terhadap Kenaikan Suku Bunga
Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga karena meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga telah turun sekitar 21 persen sejak naik melewati level $2.000 per ons di bulan Maret, karena kenaikan suku bunga yang cepat dari The Fed.
"Kami terus percaya bahwa emas pada akhirnya akan menembus di bawah level $1.600 per ounce, tapi saya pikir untuk saat ini mungkin ada sedikit resistensi di sekitar USD 1.675- USD 1.680," kata Bart Melek, kepala strategi pasar komoditas di TD Securities.
Sementara itu, perak spot naik 2,4 persen menjadi USD 19,56 per ounce, setelah mencapai puncaknya dalam tiga minggu.
Advertisement
Harga Emas Masih Bisa Bertahan di USD 1.620 pada Pekan Ini
Harga emas masih berada di ujung tombak penurunan karena pada pekan kemarin berakhir di USD 1.650 per ounce. Pada pekan ini sentimen pasar terhadap harga emas masih kacau dan belum ada harapan bisa berada di arah yang benar.
Dalam Survei yang dijalankan oleh kantor berita Kitco menunjukkan bahwa para anlis memperkirakan harga emas bakal naik atau bullish. Investor ritel pun juga mengharapkan harga emas bisa naik di di pekan ini.
Namun baik analis maupun investor ritel tidak ada keyakinan bahwa analisis maupun harapan itu bisa terwujud.
Dikutip dari Kitco, Senin (31/10/2022), analis memperkirakan beberapa investor pasar emas akan mencoba mengambil posisi dalam penurunan harga saat ini. Hal ini karena adanya indikasi Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) akan memperlambat kenaikan suku bunga acuan.
Namun memang indikasi ini masih banyak diperdebatkan. Di dalam Bank Sentral sendiri masih ada tarik menarik antara tetap menjalankan keputusan agresif atau akan mengurangi dengan mempertimbangkan angka pertumbuhan ekonomi.
Menurut analis, pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve pada 2 November akan menjadi kekuatan pendorong di belakang harga emas minggu depan.
Co-Director lindung nilai Walsh Trading Sean Lusk memperkirakan harga emas akan bergerak melemah pada pekan ini. Hal ini karena tidak adanya sentimen baru yang bisa mendorong kenaikan.
"Sampai kami mendapat kejelasan dari Federal Reserve, emas akan terus dijual," katanya.
"Saya tidak berpikir kita akan mendapatkan banyak kejelasan dari The Fed minggu ini," tambah dia.
Lusk menambahkan bahwa dia akan mengawasi area USD 1.620 per ounce dengan cermat. Tembus ke bawah akan memicu sinyal yang sangat bearish.
Hasil Survei
Hasil survei emas mingguan Kitco mengungkapkan bahwa para analis di Wall Street memiliki kecenderungan sedikit bullish pada harga emas minggu depan.
Dari 17 analis yang berpartisipasi dalam survei, tujuh analis atau 41 persen memperkirakan harga akan naik minggu depan.
Sementara itu, enam analis atau 35 persen memperkirakan akan bearish dalam waktu dekat dan empat analis atau 24 persen memiliki pandangan netral terhadap harga emas.
Sentimen di pelaku pasar relatif sama. Minggu ini 473 responden mengikuti polling online. Sebanyak 200 pemilih atau 43 persen menyerukan harga emas naik.
Selain itu 169 responden atau 37 persen memperkirakan harga emas akan jatuh. Sisanya 94 pemilih atau 20 persen menyerukan pasar sideways.
Kepala analis Blue Line futures Phillip Streible memilih untuk tetap pada pandangan netral terhadap emas dalam waktu dekat karena kenaikan suku bunga Federal Reserve akan terus membebani logam mulia.
"Tidak ada yang menghentikan emas untuk turun di bawah USD 1.600 per ounce dalam waktu dekat, dan itu bukan pernyataan yang berani," katanya.
"Namun, jika emas turun, saya akan mencari untuk membeli posisi kecil. Saya akan mencari untuk membeli perak jika harga turun di bawah USD 18 per ounce," tambah dia.
Advertisement