Bursa Saham Asia Beragam Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu, 2 November 2022 seiring investor bersiap hadapi keputusan suku bunga the Fed.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 02 Nov 2022, 09:06 WIB
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada Rabu (2/11/2022) karena investor bersiap untuk kemungkinan kenaikan suku bunga 75 basis poin oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 0,11 persen dan Topix 0,11 persen lebih tinggi. Fast Retailing akan melaporkan penjualan Uniqlo di Jepang. Indeks Kospi di Korea Selatan melemah 0,19 persen dan indeks Kosdaq turun 0,58 persen. Inflasi Korea Selatan lebih tinggi menjadi 5,7 persen pada Oktober, lebih tinggi dari 5,6 persen yang diperkirakan oleh analis dalam survei Reuters.

Indeks S&P/ASX 200 Australia diperdagangkan 0,15 persen lebih tinggi, melawan tren di wilayah tersebut. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang hampir datar.

Saham Amerika Serikat tergelincir semalam karena investor mencerna data ekonomi menjelang kenaikan suku bunga yang diharapkan dari the Fed pada Rabu malam.  

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 79,75 poin, atau 0,24 persen, menjadi 32.653,20, sedangkan indeks S&P 500 kehilangan 0,41 persen menjadi 3.856,10. Indeks Nasdaq Composite turun 0,89 persen menjadi 10.890,85.

Saham di Hong Kong dan daratan China menguat pada Selasa setelah laporan yang belum dikonfirmasi beredar tentang komite yang dibentuk untuk membuka kembali diskusi di China. Juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak mengetahui situasi tersebut.

"Saya tidak tahu dari mana Anda mendapatkan informasi ini. Saya benar-benar tidak tahu apa-apa tentang ini,” kata Zhao dikutip dari CNBC, Rabu (2/11/2022).

 


Menanti Pertemuan The Fed

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Ekonom Hao Hong dari Grow Investment Group membuat tweet komite yang dikabarkan sedang meninjau data dari berbagai negara dan bertujuan untuk pembukaan kembali pada Maret tahun depan.

Saham berakhir lebih rendah karena bursa bersiap untuk keputusan suku bunga the Fed lainnya yang akan dirilis Rabu. Investor mungkin terlalu bersemangat tentang potensi perubahan dari the Fed, menurut Lauren Goodwin selaku ekonom dan ahli strategi portofolio di New York Life Investments.

Goodwin mengatakan dalam sebuah catatan, memperkirakan the Fed akan menaikkan 0,75 persen pada Rabu dan setengah poin pada Desember, tetapi perlambatan itu tidak boleh dilihat sebagai awal dari perubahan besar dari bank sentral.

"Jeda the Fed tidak sama dengan poros. Tentu saja, kondisi ekonomi dan kredit yang memburuk dapat menyebabkan the Fed melakukan pivot moderat di beberapa titik, tetapi poros penuh ke wilayah akomodatif sangat tidak mungkin di tahun depan," kata Goodwin dalam sebuah catatan.

 


Selanjutnya

Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Goodwin menunjukkan, kenaikan suku bunga pertama sekarang harus mulai menunjukkan dampaknya di seluruh ekonomi secara luas, bukan hanya perumahan.  Namun, the Fed akan membutuhkan beberapa bulan data untuk berjalan sebelum mengubah arah.

“Pada titik ini, dengan inflasi yang mengejutkan seperti sebelumnya, the Fed akan ingin melihat tanda-tanda yang jelas dari pembalikan pertumbuhan upah sebelum berputar. Resesi harus dianggap sebagai kasus dasar daripada risiko," kata Goodwin.

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada Selasa, 1 November 2022. Indeks Hang Seng melesat 3,81 persen, indeks Korea Selatan Kospi menanjak 1,43 persen, indeks Jepang Nikkei bertambah 0,27 persen, indeks Thailand mendaki 0,40 persen. Selain itu, indeks Shanghai menguat 1,17 persen, indeks Singapura naik 0,93 persen dan indeks Taiwan menanjak 0,49 persen.


Penutupan Wall Street pada 1 November 2022

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 1 November 2022. Koreksi wall street terjadi seiring pelaku pasar menilai data ekonomi lebih baik dari perkiraan dan bersiap untuk kemungkinan kenaikan suku bunga dari bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 79,75 poin atau 0,24 persen ke posisi 32.653,20. Sedangkan indeks S&P 500 susut 0,41 persen menjadi 3.856,10. Indeks Nasdaq tergelincir 0,89 persen ke posisi 10.890,85.

Semua rata-rata indeks acuan utama menguat tetapi berbalik arah melemah setelah lowongan pekerjaan pada September menunjukkan pasar tenaga kerja yang tangguh. Berita itu meningkatkan kekhawatiran  kalau bank sentral AS mungkin mempertahankan sikap agresifnya karena berjuang untuk jinakkan inflasi yang tinggi.

“Setiap kali Anda mendapatkan kabar baik, pasar tidak menyukainya karena itu hanya berarti the Fed mungkin akan lebih ketat dan berpotensi lebih lama,” ujar Direktur Pelaksana dan Derivatid Schwab Center for Financial Research, Randy Frederick dikutip dari CNBC, Rabu (2/11/2022).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya