Rupiah Hari Ini Loyo ke 15.655 per Dolar AS

Kurs rupiah pagi ini melemah 27 poin atau 0,18 persen ke posisi 15.655 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.628 per dolar AS.

oleh Tira Santia diperbarui 02 Nov 2022, 10:37 WIB
Kurs rupiah pagi ini melemah 27 poin atau 0,18 persen ke posisi 15.655 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.628 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada Rabu pagi seiring pelaku pasar yang masih mengantisipasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).

Kurs rupiah pagi ini melemah 27 poin atau 0,18 persen ke posisi 15.655 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.628 per dolar AS.

"Rupiah akan sulit menguat karena pasar mengantisipasi hasil keputusan The Fed dini hari nanti," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Rabu (2/11/2022).

Pelaku pasar kini tengah menunggu pengumuman kebijakan moneter The Fed pada Kamis (3/11) dini hari. The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75 persen - 4 persen.

Kendati demikian sejumlah pejabat bank sentral mengungkapkan keinginan untuk mengendurkan laju kenaikan suku bunga sebab ada risiko perekonomian AS akan kembali mengalami resesi.

Menurut Ariston, pelaku pasar masih cenderung wait and see kebijakan moneter yang akan diambil The Fed.

"Karena ini mover penting untuk dolar - rupiah (USDIDR)," ujar Ariston.

Dari domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,11 persen (month-to-month/mtm) pada Oktober 2022 atau adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,87 pada September menjadi 112,75.

Penyumbang deflasi pada Oktober utamanya berasal dari penurunan harga komoditas cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai rawit, minyak goreng, tomat dan bawang merah.

 

 


Deflasi

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dengan terjadinya deflasi pada Oktober, maka inflasi tahun kalender Oktober 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 4,73 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Oktober 2022 terhadap Oktober 2021 sebesar 5,71 persen.

"Data inflasi ini kayaknya dikesampingkan dulu. Hasilnya memang bagus, tapi pasar mungkin perlu pembuktian lebih lanjut bahwa inflasi akan terkendali ke depannya," kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 15.640 per dolar AS hingga 15.680 per dolar AS.

Pada Selasa (1/11) lalu, rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,19 persen ke posisi 15.628 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.598 per dolar AS.


Rupiah Berpeluang Melemah pada Rabu 2 November 2022

Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pada perdagangan Selasa, 1 November 2022, Rupiah ditutup melemah 30 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 65 poin di level Rp 15.627. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 15.597.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Rabu, 2 November 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.600 hingga Rp 15.670,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 November 2022.

Secara internal hal ini dipengaruhi Manufaktur Indonesia tumbuh 51,8 pada Oktober. Meski turun cukup dalam dari bulan sebelumnya 53,7 tetapi masih berada di atas 50. Angka di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya adalah kontraksi.

“Hal ini menjadi kabar baik di tengah isu resesi dunia, nilai tukar rupiah yang terpuruk dan Bank Indonesia (BI) yang terus mengerek suku bunga acuannya dalam 3 bulan beruntun sebesar 125 basis poin menjadi 4,75 persen,” jelas Ibrahim.

Di saat suku bunga acuan naik, berisiko menghambat ekspansi dunia usaha, sebab suku bunga kredit, baik investasi maupun modal kerja, akan mengalami kenaikan. Kenaikan tingkat keyakinan bisnis dalam kondisi tersebut memberikan harapan ekspansi sektor manufaktur akan terus berlanjut. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami inflasi 1,66 sebesar persen pada Oktober 2022 (mtm). Kondisi ini membuat, laju inflasi secara tahunan sudah menembus 5,71 persen (YoY).  lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu 5,95 persen.

Berdasarkan ekspektasi pasar inflasi Oktober diperkirakan menembus 0,08 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). 

“Adapun inflasi bulan Oktober jauh lebih kecil dibandingkan yang tercatat pada September yakni 1,17 persen (mtm). Kemudian inflasi secara tahunan (yoy) akan menembus 5,95 persen atau stagnan dibandingkan pada September yang juga tercatat 5,95 persen,” tutur Ibrahim.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya