Liputan6.com, Bekasi - Pilu, kata ini seolah menggambarkan kondisi batin Imil, nenek 68 tahun di Kampung Bancong, Desa Kertasari, Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Di usianya yang sudah senja, wanita tua ini harus pasrah tinggal di rumah yang kondisinya sudah tidak layak.
Rumah yang sudah puluhan tahun ditempati nenek Imil bersama kedua anaknya, Kaswati (30) dan Maesaroh (21) serta satu cucunya, Zoya yang masih berusia 3 bulan, nyaris roboh termakan usia.
Advertisement
Banyak material bangunan yang sudah lapuk dan berpotensi besar bakal ambruk sewaktu-waktu. Hal inilah yang membuat nenek Imil selalu dirundung kekhawatiran lantaran kondisi rumah yang mengancam keselamatan dirinya dan keluarga.
Pada bagian dinding ruang tamu saja, hampir seluruhnya rapuh sehingga isi rumah dapat terlihat jelas dari luar. Begitu pula dinding depan rumah yang sudah mulai bergerak miring.
Bagian atap rumah juga sangat memprihatinkan, dengan beberapa genteng yang mulai berjatuhan ke bawah. Dari luar rumah nampak jelas bagian atap yang tidak memiliki genteng sehingga menyebabkan kebocoran.
"Tembok-tembok lain pada retak-retak dan miring. Kalau hujan juga bocor di mana-mana," kata Nenek Imil saat ditemui di rumahnya, Rabu (02/11/2022) sore.
Nenek Imil dan keluarga semakin dibuat was-was manakala musim hujan tiba. Terlebih saat turun hujan deras yang disertai angin kencang, satu keluarga tersebut selalu mengungsi ke tetangga lantaran takut rumah mereka roboh.
"Kalau hujan kami milih keluar rumah, daripada nanti rumahnya ambruk. Lagian di sini ada orok. Biasanya numpang berteduh di teras tetangga," ujarnya.
Tak Pernah Dapat Bantuan dari Pemerintah
Meski tergolong warga miskin, janda yang ditinggal mati suami sejak 2017 silam itu ternyata tak pernah mendapat bantuan pemerintah selama tinggal di wilayah tersebut. Mulai dari bansos sembako, BLT dan bantuan lainnya, tidak sekalipun ia terima.
Nenek Imil juga sempat beberapa kali mengajukan bantuan kepada pihak pemerintah setempat, namun entah kenapa tak pernah direspons serius.
Sementara Ketua RT 01 RW 01 Kertasari, Halip Handika menyampaikan rasa prihatin terhadap kondisi rumah warganya tersebut. Menurut dia, Imil sangat peduli dengan keselamatan keluarganya dan ingin segera memiliki rumah yang layak.
"Selama ini pekerjaannya ngurusin cucu. Ia sebelumnya juga pernah jadi kuli tandur di sawah," ujar Halip saat dihubungi.
Ia berharap rumah Nenek Imil bisa secepatnya mendapat perbaikan dari pemerintah agar warganya tersebut dapat merasakan kenyamanan tinggal di rumah sendiri
"Karena sudah empat kali pengajuan di Musrembang, tapi tidak kunjung direspons pemerintah, dengan dalih belum adanya administrasi, juga hak kepemilikan masih nama orangtua si pemilik rumah," tandas Halip.
Advertisement
Abah Saka, Kakek Sebatang Kara Tinggal di Gubuk Reyot
Diketahui, kondisi rumah tak layak juga dialami seorang kakek di RT 03 RW 02 Jalan Raya Pebayuran, Desa Karang Mekar, Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi. Pria tua yang dikenal sebagai Abah Saka itu tinggal di sebuah gubuk reot berukuran 1,5x3 meter.
Mirisnya lagi, bangunan yang dibuat atas inisiatif warga sekitar tersebut berada tepat di sebelah bekas kandang ayam. Sudah dua tahun terakhir Abah Saka tinggal di gubuk yang hanya berisi kasur dan kain untuk dirinya beristirahat.
Sama seperti Nenek Imil, Abah Saka juga tak pernah sekali pun tersentuh program pemerintah. Bahkan, sejak awal pandemi, kakek tua itu tak pernah mendapat bantuan, baik uang tunai maupun sembako.
Untuk bertahan hidup sehari-hari, Abah Saka yang hidup sebatang kara itu hanya mengandalkan pemberian bantuan dari tetangga yang iba kepadanya.