Liputan6.com, Jakarta - Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang mematikan di dunia. Menurut data GLOBOCAN 2020, diperkirakan terdapat 19,3 juta kasus kanker baru dan hampir 10 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia pada 2020.
"Kanker ini kan merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi," ujar Direktur Fasilitas Layanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Aswan Usman, M.Kes dalam acara "Peluncuran Kemitraan Strategis untuk Hasil Penanganan Kanker yang Lebih Baik" pada Rabu (02/10/2022).
Advertisement
Prevalensi kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada 2018, berdasarkan data Riskesdas.
Melihat kasus kanker yang terus naik, Direktur Pusat Kanker Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais Dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS menekankan perlunya intervensi dalam kasus kanker. Intervensi penting dilakukan untuk mencegah jumlah kasus yang terus bertambah. Hal ini sebab diperkirakan jumlah kasus kanker baru akan mencapai 480.800 di tahun 2030.
Bahkan, pada 2040, diperkirakan terdapat 27,5 juta kasus kanker baru dan 16,3 juta kematian akibat kanker, menurut Komunitas Kanker Amerika (ACS).
"Jadi, diprediksi sampai 2030 kalau kita tidak melakukan intervensi, maka sekitar dua kali lipat dari kasus yang ada sekarang ini itu bisa terjadi, sehingga kita harus lakukan intervensi," tutur Soeko.
Kanker Payudara Tempati Urutan Pertama
Di antara banyak jenis kanker, kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.
Menurut data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa.
"Jadi, kanker di Indonesia yang paling tinggi sampai sekarang itu masih kanker payudara. Kemudian untuk wanita itu juga kanker serviks angkanya masih tinggi," ucap Soeko.
Selain itu, jumlah kasus kanker paru-paru, kanker kolorektal (usus besar) serta kanker prostat juga cukup tinggi.
Hadir juga di kesempatan itu, Presiden Direktur Roche Indonesia Dr. Ait-Allah Mejri mengatakan alasan peningkatan kasus kanker di Indonesia ada banyak faktor. Seperti jumlah lansia yang meningkat, dan perubahan gaya hidup masyarakat. Kebiasaan merokok juga menjadi faktor risiko kanker.
Hal lain yang penting untuk diketahui adalah tren kanker di usia muda mengalami peningkatan akhir-akhir ini. Aswan memprediksi hal ini terkait dengan pola hidup.
Advertisement
Keterlambatan Diagnosis
Kanker merupakan salah satu penyakit katastropik yang menyumbang pembiayaan tertinggi. Sekitar 70 persen pasien sejak terdiagnosis kanker meninggal dalam waktu 1 tahun beberapa diantaranya juga mengalami kebangkrutan untuk pembiayaan kanker seperti disampaikan Health System Partner Roche Indonesia Nani Wijaya dalam kesempatan yang sama.
Hal ini terjadi, terkait keterbatasan dari sumber daya dan pengetahuan sehingga penatalaksaan kanker menjadi belum optimal.
"Belum lagi jumlah tenaga ahli di ontologi dan juga perawat yang profesional di bidang ontologi sangatlah terbatas dan juga distribusinya pun tidak merata," tambahnya.
Faktor lain yang menyebabkan angka kematian kanker tinggi karena banyak pasien kanker yang datang ke rumah sakit setelah menginjak stadium akhir. Keterlambatan diagnosis ini akan mengurangi efektivitas pengobatan dan terapi yang dilakukan.
"Itu berarti semua perawatan bukan untuk menyembuhkan pasien ini tetapi (merupakan perawatan) paliatif," lanjutnya.
Pentingnya Deteksi Dini
Soeko mengatakan deteksi dini kanker merupakan hal penting. Deteksi dini dilakukan untuk meningkatkan angka kesembuhan pasien serta mengurangi biaya berobat yang bisa mencapai ratusan hingga milyaran rupiah.
Tak hanya itu, deteksi dini juga dapat meningkatkan usia harapan hidup pasien.
"Kalau sudah stadium lanjut, alat apapun, secanggih apapun diberikan, tetap saja nanti hasilnya juga kurang memuaskan, angka harapan hidupnya tidak terlalu tinggi, biayanya juga jadi lebih mahal," jelasnya.
Majri turut menjelaskan bahwa deteksi dini kanker payudara misalnya bisa dilakukan dengan mammografi skrining.
"Ketika Anda mencapai usia 40 atau 45 tahun, Anda perlu melakukan mammogram setiap 2 tahun," Mejri menjelaskan.
Edukasi dan deteksi dini dengan mammogram penting untuk mengetahui ada tidaknya sel kanker sedini mungkin.
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement