Liputan6.com, Bali - Lawar merupakan kuliner Bali yang dapat ditemukan hampir di seluruh kuliner non-halal dari Pulau Dewata. Lawar umumnya terbuat dari parutan kelapa yang dicampur dengan daging maupun darah babi.
Namun berbeda dengan lawar khas Desa Adat Dukuh Penaban, Kabupaten Karangasem. Lawar di Timur Pulau Dewata ini dibuat menggunakan don jepun atau daun kamboja.
Dikutip dari berbagai sumber, lawar don jepun menjadi kuliner yang wajib hadir disetiap acara keagamaan dan upacara adat lainnya. Masyarakat Desa Adat Dukuh Penaban berhasil mengolah daun kambo yang bergetah dan pahit menjadi sajian yang lezat.
Baca Juga
Advertisement
Daun kamboja atau don jepun yang digunakan sebagai bahan pembuat lawar adalah daun yang tidak terlalu tua maupun muda. Setelah terkumpul don jepun tersebut kemudian dipisahkan dengan batangnya yang ada di tengah-tengah daun.
Setelah itu diiris tipis-tipis dan barulah direbus sebentar.Setelah matang kemudian ditiriskan, beberapa menit kemudian dikukus.
Selanjutnya bisa diolah dengan dicampur bumbu khas Bali yaitu basa genep. Sebagai pelengkap bisa dicampur dengan daging ayam dan babi, namun juga ada yang polos tanpa daging.
Olahan lawar don jepun sudah ada sejak jaman dahulu. Saat itu para leluhur masyarakat Desa Adat Dukuh Penaban berjanji jika berhasil membangun sebuah Pura Puseh dan Pura Bale Agung, akan terus menghaturkan atau mesaudan olahan don jepun ke pura tersebut saat hari raya besar keagamaan.
Janji tersebut berhasil dijaga masyarakat desa sampai saat ini. Bahkan, sudah menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat Desa Adat Dukuh Penaban.
Para wisatawan dapat mencicipi sensasi lawar don jepun ini saat menggunjungi Museum Pusaka Lontar. Namun, ada baiknya wisatawan melakukan pemesanan terlebih dahulu, agar bahan-bahan pembuatan lawar don jepun dapat disiapkan.